Pengangguran Terbesar

Pengangguran Terbesar

Oleh: Ndaru Anugerah

Selama pandemi berlangsung, angka pengangguran di dunia makin menggila. Dan seperti prediksi saya, ini akan terus memakan korban dipicu oleh kebijakan ‘pembatasan’ yang dilakukan oleh banyak negara. Jadi bukan mati karena Kopit, tapi mati karena kebijakan konyol. (baca disini)

Financial Accountability Office (FAO) yang ada di Ontario-Kanada, baru-baru ini merilis laporan tentang angka pengangguran yang ada di kota tersebut akibat dampak dari pandemi. (https://www.fao-on.org/en/Blog/Publications/labour-market-2021)

Memang berapa angka pengangguran yang ada di kota tersebut?

Pada tahun 2020 saja, ada sekitar 355.300 pengangguran baru. Dan ini adalah angka pengangguran terbesar dalam sejarah sejak tahun 1993 silam.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa pekerja pemula dan wanita lebih rentan untuk terkena dampak sebagai pengangguran baru. Dan ini terjadi hampir di semua kelompok usia.

Lantas sektor apa yang paling banyak terkena dampak pandemi?

Sektor jasa terutama yang membutuhkan kontrak dengan pelanggan (seperti akomodasi, transportasi, layanan makanan, pedagang eceran dan pergudangan), jauh lebih cepat terkena dampak pengangguran daripada industri yang menghasilkan barang jadi.

Itu baru satu kota di Kanada. Dan dibanyak kota lainnya, kejadiannya juga kurleb sama.

Kalo di Kanada yang merupakan negara maju tingkat penganggurannya demikian hebatnya, gimana dengan negara berkembang? Kalopun belum, percayalah itu tinggal tunggu waktu saja.

Bisa diprediksi, bahwa gelombang PHK besar-besaran masih akan terjadi dipicu oleh kebijakan penutupan sana-sini yang diambil oleh pihak berwenang.

Sampai kapan ini akan berakhir?

Jangan bermimpi bahwa pandemi akan berakhir. Bersiaplah untuk kemungkinan terburuk. Itu yang selalu saya ingatkan kepada anda sekalian.

Kecuali anda sudah punya pemahaman untuk tidak paranoid terhadap pandemi jadi-jadian ini.

Ingat rumusnya: makin anda takut, makin lama anda dalam cengkraman skenario pandemi.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)