Orwell & 1984
Oleh: Ndaru Anugerah
6 Juni 1949, George Orwell menerbitkan karya novel monumentalnya yang berjudul Nineteen Eighty-Four alias 1984. Pada novel itu dikisahkan tentang kondusi di masa depan pada suatu negara yang bernama Oceania.
Dikisahkan bahwa dunia terbelah menjadi 3 negara besar yakni: Oceania, Eastasia dan Eurasia. Nah ketiga negara tersebut nggak pernah akur dan terus berperang agar bisa mengalahkan satu dengan lainnya.
Ditengah konflik antar negara besar tersebut, Orwell memunculkan sosok utama dalam tokoh ini yaitu Winston yang bekerja di Ministry of Truth sekaligus anggota partai Sosing yang sangat berkuasa di Oceania.
Kerjaan Winston cukup sederhana, yaitu membuat propaganda yang bertujuan membentuk opini publik agar sesuai dengan visi partainya. Tentu saja ini sesuai dengan arahan Big Brother selaku orang paling berkuasa di Oceania.
Bagi Winston buat propaganda awalnya merupakan kesenangan tersendiri. Hingga akhirnya Winston mulai menyadari apa dampak dari yang dilakukannya pada masyarakat. Terima atau tidak, akhirnya masyarakat bukan saja nggak tahu sejarah Oceania tapi mereka juga nggak tahu kebenaran yang sesungguhnya karena semua dimanipulasi oleh penguasa.
Mereka hidup terus menerus dalam propaganda kebohongan yang diciptakan Big Brother. Walhasil, apa yang salah jadi benar atau sebaliknya, dan ini sengaja dibuat untuk menyelaraskan tujuan partai Sosing. Dengan kata lain, masyarakat Oceania hidup dalam kontrol penuh Big Brother.
Kontrol Big Brother bisa dilakukan, karena dia punya Teleskrin selaku mesin yang selalu memberitakan kebohongan. Tiap hari Teleskrin menurunkan berita tentang kejayaan Oceania selain stabilitas ekonomi hingga kondisi masyarakatnya semakin makmur.
Jadi Big Brother telah memanipulasi pikiran rakyat lewat media Teleskrin. Padahal klaim kosong tersebut hanya bualan semata. Saat Winston cari pisau cukur saja, barangnya langka di pasaran. Gimana bisa dibilang bahwa masyarakat Oceania makmur, wong pisau cukur saja nggak ada?
Situasi ini akhirnya menyadarkan Winston bahwa tindakannya menyebar propaganda kebohongan kepada warga Oceania, jelas salah kaprah. Artinya Winston secara sadar memanipulasi pikiran warga Oceania dengan kebohongan demi kebohongan. Kondisi inilah yang buat Winston muak.
Secara diam-diam Winston buat jurnal harian yang bertujuan agar kelak masyarakat tahu kebenaran yang selama ini ditutup-tutupi. Dalam jurnal hariannya tersebut, Winston bercerita tentang kediktatoran yang dijalankan oleh Big Brother dengan cara menyebar propaganda palsu.
Perjumpaan dengan Julia, makin meneguhkan niat Winston untuk melakukan perlawanan terhadap Big Brother. Bersama sang pujaan hati, Winston mulai bertukar gagasan tentang bagaimana caranya mewujudkan tatanan dunia yang damai tanpa penindasan.
Namun cita-cita Winston nggak berlangsung lama.
Polisi Pikiran (Thought Police) akhirnya dapat mengendus niat pemberontakkan yang dilakukan Winston. Singkat cerita Winston dan Julia digrebek saat sedang bercinta dan langsung dituduh telah melakukan kejahatan seksual.
Setelah ditangkap, mereka berdua dipisahkan dan kemudian menjalani siksaan badan selain harus melalui proses indoktrinasi ulang. Dan pada akhir cerita, Winston dan Julia tidak lagi saling kenal satu sama lain dan mereka berdua kembali menjalani hari-hari yang penuh kebohongan lewat propaganda yang disebarkan Big Brother.
Karya Orwell merupakan kritik sosial terhadap sistem totalitarian yang secara khusus dijalankan oleh seorang Joseph Stalin di Uni Soviet semasa perang dingin. Bagaimana rejim komunis Stalin mencoba menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya dan mengkhianati cita-cita sosialisme yang sejati.
Dalam sistem totalitarian ala Big Brother, semua dimanipulasi dengan menggunakan bahasa propaganda yang disebut Newsspeak. Pada tataran praktis, Newspeak ini-lah yang membatasi orang untuk memiliki kebebasan berpikir. Semua harus memiliki pemikiran yang sama, yang selaras dengan garis partai dan tentu saja keinginan Big Brother.
Melalui novel ini juga, seorang Orwell mengkritisi peran dan fungsi Polisi Pikiran selaku agen rahasia dan juga Teleskrin sebagai alat mata-mata yang mengawasi aktivitas rakyat selama 24 jam. Siapapun yang melakukan aktivitas mencurigakan, sudah pasti ‘diamankan’.
Apakah karya Orwell tidak lagi relevan saat ini?
Di masa pandemi si Kopit, bukankah anda-anda semua sudah dicuci otaknya dengan menggunakan Teleskrin berupa pemberitaan di media mainstream yang isinya sudah pasti propaganda penuh kebohongan?
Dan anda sudah pasti diarahkan untuk tidak boleh memiliki pemikiran yang berbeda dari arus mainstream. Semua harus sama. Jika anda punya pemikiran yang beda, maka lembaga sekelas fact checker bakalan melabel anda dengan status teori konspirasi.
Coba anda jawab: apakah email yang anda punya diakun anda, bisa dikatakan aman dari penyadapan yang bisa dilakukan oleh sang Ndoro besar? Bagaimana juga dengan panggilan telpon yang anda lakukan. Apakah bisa dijamin bebas dari penyadapan? (http://endoftheamericandream.com/archives/21-facts-about-nsa-snooping-that-every-american-should-know)
Fakta berbicara, lembaga sekelas FBI punya catatan pribadi secara detail dari sepertiga warga AS. (http://libertyblitzkrieg.com/2014/10/21/1-in-3-americans-are-on-file-with-the-fbi-in-the-u-s-police-state/)
Belum lagi rencana vaksinasi global yang akan menggiring anda semua ke alam totalitarian baru, dimana hidup anda bakal diawasi selama 24 jam penuh dengan sistem pemindaian yang akan ditanam pada bagian tubuh anda seiring vaksinasi yang anda dapatkan.
Akankah hidup anda akan berakhir sama dengan Winston dan Julia?
Kesadaran anda-lah yang akan menjawabnya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments