Nggak Punya Apa-Apa dan Bahagia? (*Bagian 2)


537

Nggak Punya Apa-Apa dan Bahagia? (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, kita telah bahas soal skenario lenyapnya kepemilikan atas barang di masa depan, yang diusung oleh WEF. Jadi, semua produk yang kita punya akan beralih statusnya menjadi sistem sewa alias rental. (baca disini)

Ini bisa terjadi karena hadirnya ekonomi sirkular sebagai penggerak tatanan dunia baru, dimana hanya pihak pemangku kepentingan saja-lah yang akan bisa menjadi ‘pemilik’ atas semua barang yang akan dipinjamkan di 2030 nanti.

Sekarang kita mau gali agak dalam soal ekonomi sirkular yang tengah digadang-gadang oleh kartel Ndoro besar.

Apa sih bedanya antara ekonomi sirkular dengan ekonomi global saat ini?

Secara prinsip, ekonomi sirkular diklaim dapat meningkatkan keberlanjutan dengan meninggalkan model ekonomi linier saat ini. Jika sekarang konsepnya ‘Take-Make-Waste’, maka ekonomi sirkular konsepnya ‘Take-Make-Take-Make’.

Jadi nggak ada yang terbuang disana, dan barangnya akan kembali lagi kepada sang penghasil barang. (https://www.accenture.com/_acnmedia/PDF-169/Accenture-Winning-with-circular-economy.pdf)

Kedengarannya sih bagus, karena ada proses daur ulang dengan menggunakan bahan yang sama, ketimbang harus membuang produk yang menggunakan bahan sekali buang.

Tapi apa iya begitu kenyataannya? Tentang ini saya akan coba mengulasnya pada lain tulisan.

Lalu, bagaimana ekonomi sirkular bisa diimplementasikan?

Anda perlu tahu bahwa ekonomi sirkular tumbuh selaras dengan Fourth Industrial Revolution (4IR), dimana ke depannya akan terjadi proses perpaduan antara identitas fisik, biologis dan digital dalam satu tubuh manusia ‘baru’ alias manusia ‘masa depan’. (https://youtu.be/CVIy3rjuKGY)

Pada tataran teknis, WEF bekerjasama dengan Accenture, Anglo American, Ecolab dan UpLink, guna mempromosikan ekonomi sirkular yang akan dipakai, kepada warga dunia.

Kalo anda pernah dengan tentang Circulars Accelerator (CA) selaku induk organisasi berbagai startup, itu nggak lain adalah wadah bagi penyedia ‘jasa’ masa depan. (https://thecirculars.org/)

Karena CA adalah perusahaan induk, maka otomatis mereka punya 17 perusahaan rintisan yang akan mendukung ekosistem ekonomi sirkular. (https://www.weforum.org/agenda/2022/02/the-circular-accelerator-2022-cohort-launch/)

Berdasarkan klaim-nya, 17 startup tersebut akan dapat mendatangkan manfaat positif bagi kemanusiaan, dari mulai mengurangi kandungan limbah beracun bagi lingkungan, hingga penyediaan makanan dan minuman yang berkelanjutan.

Sekali lagi, ini hanya klaim yang terus dikumandangkan sang Ndoro besar, agar orang sedunia punya image positif terhadap proyek besar mereka.

Bagaimana cara kerja startup tersebut?

Misalnya kalo anda ‘pinjam’ pakaian melalui startup Reflaunt, maka manakala anda tak menginginkannya lagi, barang yang anda sewa tadi, bisa anda kembalikan melalui startup yang sama. Untuk itu anda akan mendapatkan imbalan berupa kredit toko. (https://www.reflaunt.com/)

Satu yang perlu dicatat, bahwa kredit toko bukanlah cuan yang bisa anda pakai untuk hal yang lain, karena itu hanya bisa digunakan pada retail yang sama.

Dan akan ada kontrol secara digital yang mengawasi transaksi tersebut, karena alat yang akan dipakai dalam bertransaksi adalah uang digital.

Ini bukan ide kaleng-kaleng, karena Rusia telah melakukan rencana penggunaan uang digital yang akan dapat mengatur warganya tentang apa yang bisa atau tidak bisa mereka beli. (https://sociable.co/government-and-policy/russia-centralized-digital-currency-restrict-purchases-cyber-polygon/)

Lalu bagaimana dengan pola konsumsi masa depan?

Disini ada startup Done Properly yang akan mengatur dan mengubah pola makan anda untuk mengurangi konsumsi daging dan beralih ke protein alternatif. Asal tahu saja bahwa protein alternatif tersebut adalah hasil laboratorium dan bukan protein sungguhan. (https://www.doneproperly.co/about-us/)

Kalopun ada protein sungguhan, maka serangga-lah yang bisa anda santap karena dinilai ramah lingkungan. (https://www.thebalancesmb.com/edible-insects-as-sustainable-food-alternatives-4153360)

Misalnya nih, di tahun 2030 nanti, anda mau makan steak dari daging sapi sungguhan, anda akan terbentur pada 2 masalah sebelum bisa menyantapnya.

Pertama harganya sangat-sangat mahal, dan kedua belum tentu juga otoritas berwenang akan menginjinkan anda untuk bisa menyantapnya. (https://www.weforum.org/agenda/2016/11/what-will-we-eat-in-2030)

“Itu sajian untuk sang Ndoro dan bukan untuk kelas budak seperti anda,” You don’t have any right to complain about this.

Sama halnya dengan makanan, maka pola konsumsi minum-pun akan diatur oleh sang Ndoro. Disini ada startup WaterPod I-Drop yang akan melayani kebutuhan harian minuman anda di 2030 nanti. Tentu saja dengan klaim ‘kebaikan dan keberalanjutan’ yang baik bagi umat manusia. (https://www.purewaterpod.com/)

Masih banyak startup lainnya, yang nggak sempat saya ulas satu persatu.

Point yang saya mau sampaikan adalah bahwa sang Ndoro besar telah mempersiapkan tatanan dunia baru secara apik, dengan kontrol digital yang sangat kuat, dimana saat itu kepemilikan yang mungkin selama ini anda bangga-banggakan, akan lenyap untuk selamanya.

Nggak hanya itu, karena hidup anda-pun, mulai dari makan hingga minum, akan sepenuhnya dalam kendali sang Ndoro.

Sekarang bayangkan anda tiap hari akan menyantap makanan GMO yang dihasilkan di lab yang tentu saja tinggi kandungan glifosat-nya, apa yang kemudian terjadi pada diri anda? (baca disini dan disini)

Jadi, benarkah ungkapan ‘Nggak punya apa-apa dan anda masih bisa bahagia’, dan hidup anda akan sepenuhnya dalam kendali sang Ndoro?

Silakan anda renungkan!

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Wah jadi ga sabar menunggu bahasan tentang daur ulang karena sangat relate dengan gaya hidup zero waste (saya salah satu pelakunya, hehhehhe). Tampilan blognya tambah keren, love it.

error: Content is protected !!