Menyoal Obesitas
Oleh: Ndaru Anugerah – 29012024
Kita tahu bersama bahwa obesitas merupakan masalah bagi kesehatan manusia. Ini dapat terjadi karena obesitas dapat memicu berbagai penyakit mematikan dari mulai jantung, stroke hingga kanker. (https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/risk/obesity/obesity-fact-sheet#how-many-cancer-cases-may-be-due-to-obesity)
Dan sudah lama kita tahu informasi ini dari bangku sekolah, bukan?
Jadi nggak ada informasi yang baru tentang obesitas, dan orang sudah menganggap biasa hal itu. Bahwa obesitas itu membahayakan, itu benar adanya. Tapi itu bukan hal yang harus dilebih-lebihkan apalagi untuk ditakuti.
Tapi hal ini menjadi sesuatu yang luar biasa, jika lembaga sekelas WEF menyuarakan hal yang sebenarnya sudah basi.
“Kita bersiap memerangi datangnya epidemi obesitas,” begitu kurleb-nya suara Davos. (https://www.weforum.org/events/world-economic-forum-annual-meeting-2024/sessions/fighting-the-obesity-epidemic/)
Nah kalo lembaga kartel Ndoro besar sudah bersuara, pasti bukan suatu kebetulan atau sesuatu yang bersifat impromptu. Pasti ada disain yang akan dieksekusi berkaitan dengan isu tersebut.
Termasuk narasi bertajuk epidemi obesitas.
Nggak percaya?
Telegraph menyatakan bahwa krisis obesitas dapat mengancam stabilitas keuangan global jika tidak ditangani dengan tepat. (https://www.telegraph.co.uk/global-health/science-and-disease/obesity-crisis-threatens-global-financial-stability/)
Atau harian media mainstream lainnya, yang juga bersuara sama seputar obesitas. “Studi mengejutkan bahwa obesitas dapat menyebabkan penderitanya terkena kanker.” (https://www.mirror.co.uk/news/health/obesitys-terrifying-impact-your-likelihood-31892173)
Kalo anda masih sanksi, mungkin anda bisa baca ulasan CNN yang bersuara tentang al yang sama, “Menurut studi terbaru, obesitas dapat meningkatkan risiko kematian bagi penderitanya.” (https://edition.cnn.com/2024/01/22/health/obesity-isolation-wellness/index.html)
Satu yang pasti, nggak ada yang baru tentang masalah obesitas, karena kita semua tahu informasi yang disajikan media mainstream tersebut.
Dengan kata lain, begitu lembaga sekelas WEF bersuara tentang suatu isu dilanjutkan proses amplifikasi oleh media mainstream, kita patut curiga. Ada apa gerangan?
Sebab nggak mungkin itu semua dibuat secara kebetulan. Kemungkinan besar ada ‘rencana’ yang bakal dieksekusi dalam waktu dekat.
Lantas apa agenda yang mungkin disajikan?
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita punya dulu pengandaian.
Andai, seseorang terkena obesitas, otomatis kita akan bertanya beberapa hal.
Pertama: apa obat yang dibutuhkan untuk mengatasinya. Yang kedua: apa yang menyebabkannya. Dan yang ketiga: apa upaya pencegahan yang dapat dilakukan?
Setidaknya, pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab terkait isu obesitas.
Menjawab pertanyaan pertama, terkait pengobatan. Tahukah anda jika belakangan ini Big Pharma tengah mengembangkan obat penurun berat badan yang bernama GLP-1 (Glucagon Like Peptide-1) yang katanya ‘revolusioner’?
Salah satu merek yang terkenal adalah Ozempic, yang menurut klaimnya telah menghabiskan miliaran dollar untuk proses pemasaran obatnya. (https://www.dailymail.co.uk/news/article-12970935/Ozempic-America-billion-marketing-obesity-Oscars.html)
Bahkan public figure telah mempromosikan obat tersebut dengan harapan masyarakat luas dapat mengikuti langkah yang mereka ambil. (https://people.com/oprah-winfrey-reveals-weight-loss-medication-exclusive-8414552)
Dan prediksinya, dalam waktu dekat orang akan berlomba-lomba mendapatkan obat penurun berat badan tersebut. (https://www.cnbc.com/2024/01/22/these-4-anti-obesity-drug-stocks-could-soar-berenberg-says.html)
Sekedar informasi saja bahwa perusahaan pembuat Ozempic adalah Novo Nordisk yang berlokasi di Denmark, yang CEO-nya bernama Mads Krogsgaard Thomsen, yang ajaibnya merupakan salah satu pakar panel pada WEF. (https://www.weforum.org/agenda/authors/mads-krogsgaard-thomsen/)
Apakah ini hanya kebetulan? Silakan anda jawab sendiri.
Pertanyaan kedua menyangkut penyebab diabetes. Asal tahu saja, bahwa obesitas utamanya disebabkan oleh makanan cepat saji (fast food) yang kita santanp. Jadi kalo mau mengatasi diabetes, makanan cepat saji-lah yang harus ditangani. (https://www.nber.org/bah/2009no1/do-fast-food-restaurants-contribute-obesity)
Caranya? Dengan memberikan pajak fast food.
Bahkan di Irlandia, penerapan pajak makanan cepat saji diklaim dapat mengatasi masalah obesitas. Dengan tingginya pajak, berimbas pada naiknya harga produk yang bakal dibeli konsumen. (https://www.thetimes.co.uk/article/junk-food-tax-can-stop-irelands-obesity-crisis-hitting-critical-mass-7d6g9gc9z)
Lalu apa yang harus dilakukan kemudian?
Menjatah bahan pangan, agar kasus obesitas dapat ditekan. Konsepnya: dengan mengurangi bahan pangan (memberlakukan penjatahan), maka kasus obesitas otomatis dapat dikurangi. (https://www.telegraph.co.uk/health-fitness/nutrition/bring-back-rationing-is-it-time-we-declared-war-on-the-modern-br/)
Soal penjatahan bahan pangan, sebenarnya ini bukan barang baru.
Semasa Kopit, kartel sang Ndoro Besar juga telah mendorong program tersebut. Namun entah kenapa belum berjalan secara optimal. (https://theconversation.com/coronavirus-rationing-based-on-health-equity-and-decency-now-needed-food-system-expert-133805)
Ditambah dengan narasi obesitas, maka penjatahan bahan pangan merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari lagi. (https://www.telegraph.co.uk/global-health/climate-and-people/coronavirus-food-rationing-uk-inevitable/)
Dan ini selaras dengan mitigasi perubahan iklim yang kerap didengung-dengungkan, guna mengurangi emisi karbon. (https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/21550085.2023.2166342)
Sadarkah anda jika proses penjatahan ini dijalankan, dapat mengakibatkan seseorang mengubah pola makannya (hidup irit) untuk survive?
Bukankah itu yang selama ini diharapkan sang Ndoro Besar?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments