Menyoal Chemtrail
Oleh: Ndaru Anugerah
Berita heboh terjadi belakangan ini. Apa itu?
Sejumlah daerah seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Bali, Semarang, Makassar dan Cirebon mengklaim telah melihat chemtrail di langit biru mereka. (https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/14/120300365/ramai-video-sebut-chemtrail-sebar-bahan-kimia-dari-pesawat-ini-faktanya?page=all)
Memangnya chemtrail itu apa?
Untuk itu anda perlu tahu dulu apa itu contrail. Secara singkat, contrail adalah asap berupa awan panjang yang berwarna putih. Ini terjadi karena adanya jejak kondensasi yang ada di udara.
Jadi contrail adalah efek alami dari kondensasi uadar dingin yang secara tiba-tiba menjadi hangat akibat pembakaran mesin lalu mengandung uap air, sehingga terbentuklah gumpalan awan. (https://www.sciencemag.org/news/2019/06/aviation-s-dirty-secret-airplane-contrails-are-surprisingly-potent-cause-global-warming)
Nah contrail sendiri ditenggarai oleh beberapa ilmuwan sebagai salah satu penyebab pemanasan global. (https://www.nature.com/articles/nclimate1068)
Sedangkan chemtrail adalah jejak putih panjang yang terlihat ‘tertinggal’, saat pesawat melintasi suatu wilayah udara.
Sesuai namanya, chemtrail adalah jejak putih panjang (menyerupai awan) yang terbentuk dari bahan kimia, yang dibiasanya digunakan suatu entitas guna memodifikasi cuaca ataupun tujuan lainnya. (https://www.scientificamerican.com/article/what-are-chemtrails-made-of/)
Berbeda dengan contrail, maka chemtrail bersifat buatan dan punya tujuan tertentu.
Lalu, apakah chemtrail itu ada? Kalo ada, siapa yang berkepentingan terhadap proyek tersebut?
Sudah lama orang tahu, bahwa CIA terlibat dalam proyek rekayasa iklim untuk tujuan keamanan nasional AS. (https://slate.com/technology/2013/07/cia-funds-nas-study-into-geoengineering-and-climate-change.html)
“CIA telah lama mendanai proyek manipulasi cuaca yang dapat diubah demi tujuan proyek geo-engineering-nya,” demikian ungkap William Kearney dari NAS. (https://www.motherjones.com/politics/2013/07/cia-geoengineering-control-climate-change/)
Salah satu teknik yang dikembangkan adalah chemtrail dimana partikel aerosol disemprotkan ke atas stratosfer guna memantulkan sinar matahari agar menjauh dari planet bumi.
Istilah yang dipakai adalah CDR alias Carbon Dioxide Reduction dimana karbon di udara melalui reaksi kimia (nano-sponges) kemudian disedot sebagai akibat reaksi kimia tersebut.
Sekilas upaya ini baik adanya, karena karbon yang diklaim sebagai penyebab suhu panas bumi disedot oleh zat kimia yang sengaja disemprotkan tersebut.
Namun ini cukup menguatirkan mengingat karbon dioksida sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup utamanya tumbuhan, guna melakukan proses fotosintesis. Apakah bisa proses super penting tersebut terjadi tanpa hadirnya CO2?
Namun anehnya The New Scientist menyatakan bahwa proyek chemtrail yang dibesut oleh CIA tersebut bukanlah sesuatu yang jahat. (http://www.newscientist.com/article/dn23898-cia-spooks-investigate-geoengineering-to-fix-climate.html#.UelXXtLVBAU)
Jadi kalo ditanya, chemtrail ada apa nggak, anda sudah tahu jawabannya, bukan?
Ini selaras dengan pengakuan yang dibuat oleh Menhan AS William Cohen pada tahun 1997 silam, bahwa teknik modifikasi cuaca telah digunakan secara aktif oleh pemerintah AS selama 15 tahun. Tepatnya saat Perang Vietnam berlangsung. (http://www.prisonplanet.com/weather-weapons-have-existed-for-over-15-years-testified-u-s-secretary-of-defense.html)
Belakangan Bill Gates juga ikutan mendanai proyek geo-engineering tersebut, dengan menggandeng ilmuwan Harvard. Dana yang digelontorkan juga bisa dikatakan fantastik. Ini saya pernah bahas beberapa bulan yang lalu. (baca disini dan disini)
Pada tataran teknis, maka langit yang tadinya biru, kelak akan memudar warnanya menjadi keputihan seperti ada kabut setelah diberikan treatment chemtrail. (https://www.newscientist.com/article/dn21873-geoengineering-would-turn-blue-skies-whiter/?ignored=irrelevant)
Awan ‘buatan’ inilah yang akan menghalangi sinar matahari yang jatuh ke bumi. Diharapkan, pemanasan global bisa direduksi. (http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-1289893/Attack-vapours–jet-trails-block-sunshine.html)
Apa masalahnya hanya sebatas menghalangi paparan cahaya matahari yang masuk ke bumi?
Nggak juga.
Investigasi yang dilakukan berita KSLA di tahun 2008 mengungkapkan bahwa ada zat barium (6,8 ppm) dan timbal (8,2 ppm) yang jatuh ke bumi akibat chemtrail.
Selain itu, ada juga bahan kimia berbahaya lainnya seperti arsenik, kromium, cadmium, dan selenium yang ditemukan sebagai imbas dari aktivitas tersebut. (http://www.youtube.com/watch?v=okB-489l6MI&feature=player_embedded)
Dari semua zat tersebut, yang menjadi concern adalah barium (ciri khas dari chemtrail) yang konsentrasinya 6 kali lipat dari yang diperbolehkan oleh Environmental Protection Agency (EPA).
Lalu apa bahayanya kandungan barium yang begitu tinggi pada manusia, jika terhisap?
Pada wawancara dengan KSLA tersebut, Prof. Mark Ryan mengatakan, “Paparan jangka pendek dapat menyebabkan nyeri perut dan dada. Sementara paparan jangka panjang dapat menyebabkan masalah pada tekanan darah.”
Ini baru barium. Sementara zat-zat berbahaya lainnya yang dihasilkan dari aktivitas chemtrail, akan dapat menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh pada manusia.
Semoga anda paham duduk masalahnya.
Salam Denokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
yang lalu2 sebelum kopit melanda saya dah berapa kali melihat chemtrail ini bang,terima kasih atas pencerahanx ttg chemtrail
Sama2 bro banyu. Mmg chemtrail itu ada tdk spt kata para troll…