“Apa istimewanya Bogor?” demikian pertanyaan seorang teman. Bogor memang kota kecil, tapi penting secara geopolitik. Di kota ini berdiri megah Istana Bogor, yang menjadi salah satu ikon negara Indonesia. Buat apa susah-susah bangun istana di sana? Yah karena Bogor punya nilai historis selain nilai politis.
Bogor juga merupakan salah satu kaukus Jawa Barat yang sangat sulit untuk ditaklukkan oleh kubu Jokowi. Walaupun wilayahnya kecil, tapi penduduknya lumayan padat. Pemilih inilah yang menggiurkan untuk diperebutkan. Namun sayang, pakde dipaksa babak belur pada gelaran pilpres 2014 di daerah tersebut dan hanya bisa meraih 38,23% saja. Kok bisa?
Karena di Bogor berdiri juga kampus pengekspor paham radikal, yaitu IPB. Sudah rahasia umum banyak tokoh nasional HTI dan PKS berasal dari kampus ini. Jadi kalo ditanya soal militansi, nggak perlu diragukan lagi ke-‘kampretannya’. Tak aneh kalo ada aksi deklarasi ribuan mahasiswa yang bercita-cita mendirikan khilafah di Indonesia, sempat terjadi di kampus hijau tersebut.
Untuk itulah, TKN JOMIN berencana melakukan penetrasi pada daerah ini, kalo mereka mau menang digelaran pilpres nanti. Maka disusunlah rencana.
Adalah Ma’ruf Amin yang pertama kali melakukan aksi breakthrough. Dimulai dengan kunjungan ke pondok pesantren Al-Ghazaly, Bogor (5/1) Setelah dicari siapa tokoh yang bisa diajak gabung, muncullah satu nama, yakni walikota Bogor, Bima Arya.
Singkat kata, undangan dikirim. Dan ternyata, sesuai dugaan BA menyambut baik ‘undangan’ tersebut. Kunjungan Mar’ruf ke Bogor mendapat sambutan ‘hangat’ dari walikota Bogor. Sambutan ini bisa diartikan sebagai dukungan secara politis. Coba lihat apa yang terjadin kemudian?
Saat penyambutan terjadi, BA malah sempat mengacungkan satu jari dihadapan Ma’ruf Amin. Apa artinya? Entahlah. Yang jelas walaupun Bima berkali-kali kasih klarifikasi bahwa aksi satu jarinya tidak mengandung makna politis, toh langkah kemudian yang akhirnya mementahkan klarifikasinya tersebut.
Maksudnya?
Saat Forum Muslim Bogor (FMB), ormas 212 yang berafiliasi ke organisasi kampret, mengeluarkan surat seruan yang menyatakan penolakkan terhadap perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh yang akan digelar pada kawasan Bogor bertepatan dengan Bogor Street Festival, BA-lah yang kemudian bereaksi keras.
“Ada yang mengatasnamakan FMB. Mereka menyatakan surat terbuka yang pada intinya tidak menyetujui adanya Bogor Street Festival. Kami merasa perlu untuk menyampaikan kepada publik mengenai posisi Pemkot Bogor disini. Ini menyagkut juga atas nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman yang diyakini oleh kita sebagai warga Bogor dari masa ke masa,” ungkapnya (29/1).
Bima juga menambahkan kalo akidah seseorang tidak bisa dinilai akan berkurang atau luntur hanya karena sebuah perayaan kebudayaan. Warbiyasah. Pernyataan yang sangat jarang bisa dilontarkan oleh seorang walikota yang sudah diusung mati-matian oleh HTI dan PKS.
Kalo dibilang netral, ngapain juga Bima sibuk mengkonter seruan ormas kampret? Toh orang sudah tahu kalo Bima adalah politisi PAN yang masuk ke dalam jaringan kampret. Aliasnya, secara wacana dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pecah kongsi antara Bima dengan para kampret yang sudah mendukungnya.
Sinyalemen itu bisa diperkuat lagi oleh pernyataan Ketua MUI Kota Bogor, Mustofa Abdullah, yang menyatakan bahwa acara Bogor Street Festival adalah acara seni budaya milik warga Bogor.
Bahkan dia menambahkan bahwa apa yang disampaikan Forum Muslim Bogor (FMB) bisa menjadi ancaman yang dapat mengoyak kerukunan antar etnis dan agama yang ada di kota Bogor.
Padahal tujuan utama FMB mengeluarkan seruan tersebut agar suara ummat Islam se-Bogor tidak terbelah, yang pada akhirnya dapat disalurkan secara masif kepada paslon BOSAN, sesuai skenario pilpres 2014 lalu.
Nyatanya, upaya yang dilakukan ormas kampret, dipaksa ejakulasi dini oleh aksi penetrasi yang dilakukan Ma’ruf Amin. Bahkan MUI yang biasanya selaras dengan pemikiran kampret, dipaksa untuk balik arah, kali ini.
Akankah Kaukus Barat dapat ditaklukkan oleh gerilya yang mulai dilakukan Ma’ruf? Kita lihat saja.
Yang jelas kultur Jawa Barat hanya bisa ditembus oleh orang yang kenal budaya Sunda. Ribuan kali Jokowi penetrasi nggak akan berpengaruh kalo tanpa ada bantuan putra Parahyangan juga. Dan MA adalah sosok yang paling tepat untuk melakukan gerilya tersebut.
Cemungud pak Kyai…
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments