Memicu Efek Domino (*Bagian 1)


524

Memicu Efek Domino (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, bisa ulas tentang krisis keuangan yang dialami Silicon Valley Bank?” tanya seorang netizen melalui kanal messenger.

Pertanyaan bagus, dan saya akan mengulasnya.

Seperti yang kita ketahui bersama, Silicon Valley Bank (SVB) pada minggu lalu mengalami kondisi collapse setelah mengalami krisis keuangan yang parah selama 48 jam akibat di rush para investor-nya. (https://edition.cnn.com/2023/03/10/investing/svb-bank/index.html)

SVB sendiri merupakan terbesar ke 16 di AS, dan ambruknya SVB merupakan kegagalan perbankan terbesar kedua di Amrik, secara khusus sejak krisis keuangan global di tahun 2008 silam.

Ambruknya SVB sesuai prediksi bakal berdampak sistemik. Terbukti beberapa hari setelah kasus yang menimpa SVB, dua bank lainnya (Silvergate Bank dan Signature Bank), juga terkena dampaknya dan ikutan ambruk berjamaah. (https://www.cnbc.com/2023/03/12/signature-svb-silvergate-failures-effects-on-crypto-sector.html)

Akibatnya, ketiga bank tersebut terpaksa masuk kandang dan berada dalam pengaawasan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC). “Kami akan menjamin sepenuhnya semua simpanan yang ada di SVB,” begitu kurleb-nya. (https://www.theverge.com/23638474/svb-collapse-silvergate-silicon-valley-bank-tech-crypto)

Bukan itu saja karena dua bank lainnya, First Republic Bank dan Pac West Bank, juga mengikuti 3 bank sebelumnya, meskipun belum mengalami kebangkrutan. (https://fortune.com/2023/03/13/us-regional-banks-first-republic-pacwest-plunge-silicon-valley-bank-collapse-fallout-continues/)

Akibat jatuhnya SVB, efek domino lainnya menghantam bank-bank besar Wall Street, yang kehilangan nilai valuasinya sekitar USD 55 milyar. (https://markets.businessinsider.com/news/stocks/jpmorgan-bank-of-america-biggest-banks-market-cap-value-wipeout-2023-3)

Bahkan, saham bank secara global juga melorot nilainya, akibat efek domino yang disebabkan. (https://www.theguardian.com/business/2023/mar/13/silicon-valley-bank-global-banking-shares-slide-as-fallout-spreads)

Credit Suisse salah satu yang kena getahnya, karena nilai sahamnya yang terjun bebas sekitar 30%, yang belum pernah terjadi dalam sejarah. (https://www.independent.co.uk/news/business/silicon-valley-bank-collapse-investment-team-latest-b2301045.html)

Wajar jika investor global panik dan kemudian mengadakan aksi jual saham, mengingat efek domino yang bisa ditimbulkan oleh SVB. (https://www.bloomberglinea.com/english/in-a-global-domino-effect-svb-fallout-spreads-around-world/)

Apa yang mau dikatakan di sini adalah bahwa sektor keuangan dan perbankan global, tengah menuju jurang krisis yang diproyeksi bakal berkepanjangan. (https://www.reuters.com/business/finance/chinas-cbank-warns-svb-failure-shows-impact-rapid-global-rate-hikes-state-media-2023-03-18/)

Pertanyaannya: apakah krisis ini terjadi secara spontan atau justru sebaliknya?

Mari kita lihat datanya.

Fakta menyatakan bahwa CEO dan CFO dari SVB, telah menjual saham gabungan yang mereka miliki dengan nilai valuasi sekitar USD 4 juta, tepat 2 minggu sebelum bangkrutnya bank tersebut. (https://www.newsweek.com/silicon-valley-bank-ceo-sold-million-stock-before-collapse-1787062)

Bahkan Peter Thiel selaku investor global, telah menarik semua Founders Found yang dimilikinya di SVB pada hari Kamis, sebelum ambruknya SVB, menurut sumber terpercaya. (https://www.businessinsider.com/peter-thiel-founders-fund-pulled-cash-svb-before-collapse-report-2023-3)

Artinya, kejatuhan SVB bukan terjadi secara spontan, karena ‘beberapa’ pihak telah tahu skenario ini. Karena informasi tersebut, mereka kemudian melakukan aksi cari untung dengan cara menarik dan menjual ‘aset’ yang mereka miliki agar nggak boncos.

Kebayang dong kalo misalnya mereka nggak tahu informasi, bagaimana dengan aset yang mereka miliki pada SVB? Bukan nggak mungkin lenyap tak bersisa.

Dan anehnya lagi, pada awal Maret silam, Departemen Perlindungan Keuangan dan Inovasi California (Department of Financial Protection and Innovation of the State of California), dengan tegas menyatakan bahwa SVB merupakan lembaga keuangan yang sehat secara financial. (https://dfpi.ca.gov/wp-content/uploads/sites/337/2023/03/DFPI-Orders-Silicon-Valley-Bank-03102023.pdf?emrc=bedc09)

Bagaimana mungkin status bank yang dinyatakan sehat oleh lembaga kredibel, kemudian ambruk dalam hitungan beberapa hari saja?

Logikanya dimana?

Dengan kata lain, kejatuhan SVB nggak terjadi secara spontan alias direkayasa. Segelintir orang berhasil menarik keuntungan dari ambruknya SVB, karena mereka tahu informasi tersebut sebelumnya.

Itu fakta-fakta yang nggak mungkin dipungkiri.

Permasalahannya, jika krisis yang menimpa SVB bukanlah kejadian spontan alias direkayasa, siapa yang berkepentingan?

Lalu, apa yang akan menjadi targetnya?

Pada bagian kedua, kita akan bahas informasi tersebut.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!