Melawan Rencana Jahat
Oleh: Ndaru Anugerah
Siapa nggak kenal Vera Sharav?
Dia adalah korban selamat alias survivor dari Holocaust yang digelar oleh Adolf Hitler semasa PD II yang menyasar orang-orang Yahudi. (https://en.wikipedia.org/wiki/Vera_Sharav)
Asal tahu saja, bahwa Hitler punya rencana induk yang disebut dengan T-4 action (Tiergartenstraße-4), yang intinya upaya pembunuhan secara sistematis terhadap orang-orang dengan disabilitas fisik, mental dan psikologis.
Rencana jahat tersebut bertanggungjawab atas lebih dari 200 ribu orang ‘sakit’ yang kemudian meregang nyawa di tahun 1945.
Lolos dari lubang jarum yang dibuat oleh sang Fuhrer, Sharav mendirikan Aliansi Perlindungan Penelitian Manusia (AHRP) di AS, yang tujuannya untuk melindungi orang dari kesewenang-wenangan medis dan dari eksperimen manusia.
Nah, baru-baru ini (14/4) Komite Investigasi Corona yang dipimpin oleh Dr. Reiner Fuellmich menggelar wawancara online dengan Sharav yang diberi judul The Roots of Evil. (https://www.youtube.com/watch?v=r02j7HaKYe8&t=22s)
Lalu apa isi wawancara tersebut.
Menurut Sharav, rencana induk Hitler kini bertransformasi menjadi rencana induk Rockefeller, Gates dan Schwab, yang isinya kurleb sama, eugenika.
“Bukan virus masalah utamanya, tapi eugenika seperti yang terjadi pada 70 tahun yang lalu, didukung oleh media dan pemerintah,” ungkap Sharav.
Karenanya, Sharav menyerukan kepada warga dunia untuk mengaktivasi Nuremberg Code 2.0.
Apa itu Nuremberg Code?
Silakan anda baca ulasan saya di tahun lalu. (baca disini)
Secara singkat, pada 19 Agustus 1947, di Istana Kehakiman Nuremberg, Jerman digelar Pengadilan atas Kejahatan Perang. 7 dari 23 orang dokter dan pejabat kesehatan dijatuhi hukuman mati karena terbukti melakukan kejahatan berkedok eksperimen medis selain upaya sterilisasi paksa.
Berdasarkan pengadilan tersebut, kemudian dibuat acuan atau pedoman etis yang menyasar pada eksperimen medis, psikologis dan lainnya kepada manusia, yang belakangan disebut sebagai Kode Nuremberg. Ada 10-point yang disebutkan disana.
Salah satunya: “Untuk melakukan penelitian medis pada manusia, dibutuhkan persetujuan secara sukarela dari orang yang akan dijadikan subyek penelitian. Dan ini harus bebas kekerasan, penipuan, tipu daya, tekanan dan paksaan lainnya.” (https://en.wikipedia.org/wiki/Nuremberg_code)
Lantas, kenapa Nuremberg Code kembali didengungkan oleh Sharav?
Karena vaksinasi Kopit secara global, dianggap telah melanggar prinsip Kode Nuremberg tersebut.
Prof. Heike Egner menyatakan bahwa Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag telah menerima pengaduan yang diajukan dari Israel atas pelanggararan Kode Nuremberg tersebut, yang dilakukan pemerintah Israel dan Pfizer. Dan aduan ini kini tengah diproses. (https://uniclub.aau.at/corona-impfung-als-verletzung-des-nuernberger-kodex/)
“Kami menyerukan untuk tidak menerima perawatan medis eksperimental (vaksinasi Corona) yang telah digelar oleh pemerintah Israel dengan tekanan penuh kepada segenap warga negaranya,” ungkap sekelompok pengacara, dokter dan warga negara Israel yang mengajukan gugatan tersebut.
Apakah ini akan berhasil?
Setidaknya perlawanan telah dilakukan, dan kita wajib mendukungnya guna mendapatkan kembali hak dan kebebasan demokrasi kita.
Bukan malah ngeributin pilpres, Bray…
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments