Manuver Maut JK
Siapa yang nggak kenal JK? Sosok kader partai Golkar yang satu ini, bisnis-nya sungguh menggurita. Di Indonesia Timur, Kalla Group adalah salah satu grup bisnis yang terbesar. Tak heran kalo dia kerap diberi julukan oleh ekonom sebagai “Saudagar dari Timur.” Bisnisnya merambah dari mulai sektor otomotif, bisnis energi, keuangan, property, pendidikan sampe konstruksi. Semua dalam genggaman-nya. Gimana dia bisa mendapatkan semua-nya itu? Bidang politik-lah jawaban-nya. Melalui partai Golkar sebagai politisi dia membangun kerajaan bisnis-nya.
Dalam pentas perpolitikan nasional, nama JK sudah tidak asing lagi. Dan yang patut diacung-kan jempol adalah manuver maut yang kerap dibuat-nya. Konon karena kepiawaian-nya ini, kemudian yang membuat pak beye mau menggandeng-nya sebagai tandem pada pemilu 2004. Tapi sungguh sial bagi pak beye, karena kok belakangan malah JK yang banyak “bermain” di pentas perpolitikan nasional ketimbang diri-nya. “Lha, yang jadi presiden siapa, gue apa JK?” demikian gunam pak beye. Akibat-nya, hanya sempat 1 periode, pak beye kemudian menendang diri-nya sebagai tandem di pilpres 2009. Sejarah mencatat, Budiono lah yang lebih dipilih pak beye sebagai wapres, daripada JK.
Sejak tak mendapat panggung pada pentas politik nasional, JK menfokus-kan dirinya pada organisasi semisal Yayasan Wakaf Paramadina, PMI, dan Dewan Mesjid Indonesia. Ini sengaja dilakukan sebagai langkah konsolidasi, seandainya akan ada peluang bagi dirinya untuk tampil dipentas politik nasional. Dan momen pilpres 2014 adalah saat-nya. bersama Jokowi, dia melanggeng menjadi wapres. “Aha…waktunya sudah tiba,” demikian pikirnya. Singkat kata, dia-pun mulus melenggang sebagai wapres diperiode 2014-2019. Semula dia berpikir sosok Jokowi yang miskin pengalaman politik pasti akan dengan mudah disetir dirinya. Mulai-lah jala ditebar. Lewat genk Paramadina, dia menebar beberapa orang sebagai menteri, antara lain Anies Baswedan dan Sudirman Said. Namun apes, kalkulasi politik-nya gatot alias gagal total. Ternyata pakde lebih piawai dari dirinya. Pakde mencium bau persekongkolan JK di kabinet kerja. Akibat-nya lewat beberapa event reshuffle, wan-bai-wan orang-orang JK di kick out oleh jokowi.
Sadar akan posisi-nya yang terancam oleh langkah kuda pakde, kembali JK membuat manuver maut. Kali ini ada momen pilkada DKI, dimana konco dekat pakde yaitu Ahok, yang ikut berkompetisi. JK kemudian melobi Prabowo, untuk memasang Anies sebagai pesaing Ahok. Apa kalkulasi-nya agar calon yang diusung tidak salah? “Tenang bro, gue tau gimana caranya bikin keok Ahok,” begitu janji JK kepada Prabowo. Maka strategi demi strategi diatur, mulai dari memakai Eep sebagai konsultan politik, hingga politisasi masjid. Sebenar-nya, jika ahok tidak tersandung kasus Al-Maidah pun, politisasi mesjid-pun pasti digelar. Toh kita tau, siapa ketua Dewan Mesjid Indonesia yang “melegalisasi” politisasi mesjid terjadi? Selangkah demi selangkah, kemenangan itu semakin nyata dan mencapai klimaks-nya di tanggal 19/5 kemarin. Ahok-pun terhempas.
Terlempar-nya Ahok dari pilkada, tidak membuat sifat keras kepala sang petahana memudar. Kembali ahok menunjukkan power-nya dengan beberapa gerakan perlawanan, diantaranya password e-budgeting yang berlapis, tidak memasukkan program Anies-Sandi di APBD Perubahan 2017 sampe penolakkan tim Sinkronisasi Anies-Sandi yang dikomandoi oleh Sudirman Said. Langkah ini dianggap sebagai langkah ngeyel dari Ahok. Maka muncul-lah ide untuk membuat Ahok dibui. Kok dibui? Hanya bui-lah yang membuat Ahok tak berkutik-tik-tik. Lewat lobi-lobi dengan Ketua MA Hatta Ali, yang juga merupakan konco di-genk Makassar, akhirnya dicapai kata sepakat. Ahok diketok 2 tahun. Tok-tok-tok…
Langkah ini sekaligus ajang peringatan bagi pakde, kalo pengen nggak dilengser-kan dalam waktu dekat, ada baiknya jangan menjegal langkah JK di politik, terutama dibidang bisnis-nya.
Akan-kah jokowi mengeluarkan langkah kuda lanjutan buat menjegal manuver maut JK? Entah-lah. Sumber di istana menyebut-kan kalo pakde belakangan banyak menyendiri. Saya harap bukan buat memecahkan kode togel, tapi untuk memecahkan masalah bangsa ini. Dan saya yakin kalo pakde akan total futbol dalam safari menuju 2019. Pembubaran HTI adalah salah satu langkah tegas selain istilah “gebug” yang kemarin di-lontarkannya.
Dilain sisi, bagi JK di usia-nya yang ke-75, semua dia sudah punya. Hanya RI-1 yang belum pernah dia dapatkan, karena selama ini dia hanya menjadi second player… Bukan tidak mungkin JK akan kembali bermanuver maut di 2019, nanti. We’ll see…Akan-kah JK melenggang atau terjungkal? Sekali lagi hanya langkah smart pakde yang bisa membuktikannya. Sambil menunggu manuver selanjutnya, kok saya malah lebih tertarik menantikan episode Kandang Kambing….
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments