Krisis Pangan Sudah Menjelang
Oleh: Ndaru Anugerah
“Berikutnya apa yang akan terjadi, Bang?”
Pertanyaan itu berkali-kali dialamatkan kepada saya, untuk menanti jawabannya. Dan jawaban saya jelas: krisis pangan. Ini bisa dipercepat dengan hadirnya krisis Ukraina yang dijadikan kambing hitam terjadinya kelangkaan pangan global. (baca disini dan disini)
“Nggak akan terjadi krisis pangan global. Buktinya harga-harga kebutuhan relatif stabil dan plandemi mulai memudar, pertanda ekonomi akan segera membaik,” demikian ungkap seorang middle class di Wakanda.
Apa iya prediksi yang saya buat hanyalah dongeng pengantar tidur?
Untuk mengetahuinya, jangan hanya mengandalkan asumsi alias jigong semata seperti kelakuan kaum middle class, karena kalo hanya ‘katanya-katanya’ melulu, nenek-nenek juga bisa melakukan itu. Semua harus punya rujukan yang jelas untuk mendukung opini kita.
Adalah seorang Rajiv Shah selaku Presiden Yayasan Rockefeller yang menyatakan secara gamblang bahwa krisis pangan global akan terjadi dalam waktu dekat. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2022-04-21/rockefeller-foundation-s-shah-sees-massive-global-food-crisis)
Dengan kata lain, seorang inner circle kartel Ndoro besar, mendukung prediksi yang saya buat. Dan pernyataan seorang Shah, jelas bukan kaleng-kaleng.
Lantas kapan krisis itu akan terjadi?
Shah mengatakan, “Dalam waktu enam bulan ke depan.”
Apa yang dituding sebagai biang keladinya?
Nggak lain krisis Ukraina yang memicu rusaknya pasokan pupuk global. Karena tanaman kurang pupuk, maka hasil panen-nya nggak optimal. Ini berimbas pada kurangnya persediaan pangan global. (baca disini dan disini)
Nggak hanya itu, Shah juga menyarankan agar bantuan pangan diberikan, utamanya bagi negara-negara berkembang, guna menanggulangi dampak krisis.
Bagaimana kita mengartikan pernyataan yang dikeluarkan Shah?
Krisis pangan memang akan terjadi, dalam waktu kurang dari 6 bulan. Dan akibat langkanya pangan, maka negara-negara berkembang akan diberikan ‘bantuan’ agar mereka bisa mengatasi krisis pangan tersebut.
Coba anda nalar: kira-kira bantuan pangan model gimana yang akan diberikan sang Ndoro besar kepada anda-anda sekalian? Mungkinkah bahan pangan yang sama, yang biasanya anda santap keseharian?
Kalo begitu skenario-nya, dari mana asalnya bahan pangan tersebut, lha wong mayoritas negara nggak punya stok pangan yang cukup dibagikan kepada negara lainnya?
Aliasnya, ‘bantuan pangan’ yang akan diberikan, bukanlah bahan pangan yang biasa anda konsumsi sehari-hari, tapi pangan yang ‘berkelanjutan’. Itu yang akan anda peroleh saat krisis pangan melanda.
Dengan kata lain, pola makan anda akan diganti dengan pola makan yang berkelanjutan. Ada transformasi pangan disitu. Titik.
Kenapa ini bisa terjadi?
Karena semua memang telah dirancang sejak awal. The Great Reset-lah cetak biru rancangan itu, bahwa dunia perlu diatur ulang, dengan plandemi sebagai entry point-nya. (https://www.weforum.org/agenda/2020/06/now-is-the-time-for-a-great-reset/)
Jangan heran bila sekelas Prof. Klaus Schwab menyatakan, “Pandemi merupakan kesempatan yang langka untuk mengatur ulang tatanan dunia untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat, adil dan sejahtera.” Karena memang plandemi ini hanya sebuah alasan untuk menjalankan rencana besar sang Ndoro.
Selaras dengan agenda besar tersebut, Direktur Pelaksana Food Initiative dari Rockefeller Foundation, Sara Farley, menyatakan bahwa rantai pasokan global perlu ditata ulang pasca plandemi nanti. (https://www.weforum.org/agenda/2020/06/we-need-to-reimagine-our-food-systems-for-a-post-covid-world/)
Senada dengan seniornya, Roy Steiner juga mengungkapkan hal yang sama. “Dunia telah menghabiskan terlalu banyak makanan yang buruk bagi manusia, yang sudah tentu berdampak buruk pada planet Bumi.”
Dengan kata lain, masalah krisis pangan anda bisa simpulkan sendiri: apakah itu hanya dongeng pengantar tidur, atau memang itu krisis yang bakalan terjadi dalam 6 bulan ke depan?
Kembali ke laptop.
Lalu apa solusi yang ditawarkan sang Ndoro untuk mengganti pola konsumsi pangan kita?
Yang jelas, anda nggak boleh makan daging lagi, karena itu nggak ramah lingkungan dan menyebabkan pemanasan global. Bill Gates telah berulang-ulang mengungkapkan hal tersebut. (baca disini dan disini)
Terus pangan apa yang akan anda santap?
Serangga. Itulah salah satu pangan masa depan yang bisa anda santap dan karenanya anda harus biasakan sejak dini. (https://www.weforum.org/agenda/2021/07/why-we-need-to-give-insects-the-role-they-deserve-in-our-food-systems/)
Dengan kata lain, mulailah makan semua jenis serangga sebagai menu harian anda, dari mulai belalang, kupu-kupu, lalat hingga kecoa. Mungkin anda bisa belajar dari seekor kadal yang biasa makan serangga.
Mau protes?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments