Ketika Sejarah Dilupakan


517

Ketika Sejarah Dilupakan

Oleh: Ndaru Anugerah

Benghazi, 15 Februari 2011. Terjadi penangkapan aktivis yang melakukan aksi demonstrasi di kota terbesar kedua di Libya tersebut. Inilah awal mulanya rezim Qaddafi digulingkan dengan senjata pamungkas ‘anti-HAM dan demokrasi’. (https://www.reuters.com/article/us-libya-events-idUSTRE77K2QH20110822)

Memang siapa yang berdemonstrasi? Kenapa juga bendera Raja Idris dikibarkan pada peristiwa demonstrasi tersebut?

Mereka adalah Libya Islamic Fighting Group (LIFG) yang mendapat sokongan penuh dari pasukan NATO. Ini nggak aneh, mengingat LIFG itu merupakan jihadis yang terkoneksi dengan jaringan Al-Qaeda yang juga binaan AS. (http://www.theglobeandmail.com/news/world/africa-mideast/libyan-rebels-at-pains-to-distance-themselves-from-extremists/article1939636/singlepage)

Bagaimana ceritanya kok seorang Qaddafi harus digulingkan?

Awalnya, Libya merupakan koloni Italia di tahun 1911. Tapi sejak memperoleh kemerdekaan atas dukungan dari Inggris di tahun 1951, maka otomatis rejim boneka yang bernama Sidi Muhammad al-Mahdi al-Senuss I memimpin negara tersebut. (https://www.britannica.com/biography/Idris-I-king-of-Libya)

Dengan demikian, Libya pada awalnya merupakan monarki federal dimana Raja Idris adalah kepala negaranya. Yang namanya raja, maka Raja Idris punya hak untuk meneruskan kepemimpinan kepada ahli warisnya.

Bukan itu saja, sang Raja juga punya hak menunjuk perdana menteri, membentuk Dewan Menteri, sebagian anggota Senat dan berkuasa untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Dan ini bisa terjadi karena ada dukungan politis dari Inggris berupa keuangan dan juga keamanan (militer).

Dan dukungan tersebut nggak gratis. Di tahun 1953, Raja Idris memberikan kepada Inggris hak atas pangkalan udara, darat dan laut di daerah Cyrenaica dan Tripolitania. (https://core.ac.uk/download/pdf/30624181.pdf)

Nggak hanya Inggris, Libya juga menjalin hubungan dengan AS di tahun 1954, sehingga Raja Idris memberikan konsesi atas Pangkalan Udara Wheelus di pinggir Tripoli yang kelak menjadi pangkalan udara utama AS di kawasan Mediterania. (https://www.nytimes.com/1970/06/08/archives/libya-soon-gets-wheelus-including-bowling-alleys.html)

Arti penting Libya bagi AS dan Inggris menjadi naik daun setelah pada 1959 perusahaan minyak AS Esso (ExxonMobil) menemukan ladang minyak yang cukup besar di negara tersebut. (https://www.sjsu.edu/faculty/watkins/libyanoil.htm)

Ibarat menemukan harta karun, maka proses bagi-bagi jatah dimulai.

Esso dan British Petroleum mendapatkan jatah konsesi yang sangat menguntungkan dari Raja Idris. Sementara perusahaan minyak asal Italia Eni (Agip), juga mendapatkan konsesi yang sama. Siapa juga yang nggak hijau matanya saat melihat harta karun ada di depan mata.

Guna memastikan hak konsesi tersebut, maka di tahun 1963 pemerintahan Raja Idris menghapuskan wilayah bersejarah Cyrenaica, Tripolitania dan Fezzan dari Libya. (https://en.wikipedia.org/wiki/Idris_of_Libya)

Ini kemudian memicu protes dari kalangan nasionalis Libya yang menuduh Raja Idris telah menjual aset negara kepada bangsa asing. Singkat kata, protes yang muncul malah mendapat represi dari kalangan pemegang bedil.

Bukannya malah kendur, protes makin meluas kemana-mana, tak terkecuali pada tubuh angkatan bersenjata. Ini yang kemudian mematik Revolusi al-Fateh dibawah pimpinan Kapten Muamar Qaddafi pada tahun 1969. (https://english.alarabiya.net/features/2019/09/01/Libya-marks-50th-anniversary-of-Qaddafi-coup-d-etat)

Dengan naiknya Qaddafi, maka Monarki Federal pimpinan Raja Idris dihapuskan. Sebagai gantinya Republik Arab Libya berdiri di tahun 1970. Proses ini memaksa pasukan AS dan Inggris angkat kaki dari Libya karena Qaddafi bukan-lah rejim boneka mereka.

Proses transisi nggak berhent sampai disitu, karena kemudian Qaddafi menasionalisasi aset kilang minyak yang dimiliki oleh sang Ndoro besar, dan memaksa mereka untuk bayar jatah preman yang lebih tinggi dari keuntungan yang didapat kalo berkeras mau berbisnis di Libya. (https://www.history.com/this-day-in-history/qaddafi-becomes-premier-of-libya)

Siapa juga yang mau usaha kalo jatah preman yang harus dibayar lebih tinggi dari keuntungan yang didapat?

Denagan langkah berani tersebut, Qaddafi secara frontal berani menantang sang Ndoro besar. Dan hukum yang berlaku umum adalah: siapapun yang berani menentang hegemoni sang Ndoro, harus bersiap untuk ‘dilengserkan’.

Jadi peristiwa demonstrasi di Benghazi pada 1 dekade yang lampau, jelas bukan peristiwa lepas atau kejadian yang sifatnya kebetulan, mengingat itu sudah lama dirancang oleh sang Ndoro besar.

Dengan adanya ‘pelanggaran HAM’ yang dilakukan Qaddafi atas ‘warga sipilnya’ (kelompok Jihadis binaan AS), maka AS dan sekutunya punya alasan untuk masuk ke negara tersebut alih-alih untuk menggelar aksi kemanusiaan.

Lantas, apakah peran penting Libya bagi sang Ndoro? Apa hanya konsesi minyak saja?

Pada lain tulisan saya akan mengulasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!