Ketika Agenda Besar Dimentahkan


524

Ketika Agenda Besar Dimentahkan

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa yang lebih menakutkan ketimbang plandemi si Kopit menurut kartel Ndoro besar?

Jawabannya: perubahan iklim yang dipicu oleh pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar berbahan fosil. (https://www.cnbc.com/2021/01/08/bill-gates-climate-change-could-be-worse-than-covid-19.html)

Pernyataan ini kemudian diamplifikasi oleh para kaki tangan sang Ndoro yang ada di kolong jagat, bahwa memang benar perubahan iklim jauh lebih menakutkan ketimbang si Kopit.

Kesimpulan yang dibuat oleh Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB juga secara gamblang menyatakan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi karbon dioksida, adalah bencana menakutkan yang mengancam dunia saat ini. (https://www.ipcc.ch/pdf/special-reports/sr15/sr15_spm_final.pdf)

Bahkan menkeu Wakanda (yang katanya sebagai espege Bretton Woods) juga mengatakan hal yang sama, bahwa pemanasan global bakal menjadi skenario yang mengerikan. (https://jakartaveganguide.com/post/vegan-buzz/sri-mulyani-warns-us-about-greater-threat-than-covid-19/244)

Masalahnya, apa memang demikian adanya?

Disini uniknya.

Baru-baru ini, puluhan fisikawan dan ilmuwan iklim top dunia mengklaim bahwa laporan iklim yang dibuat IPCC diambil berdasarkan simpulan sempit penulisnya yang mengacu pada kumpulan data yang sempit dan tidak representatif.

Maksudnya?

Jika kumpulan datanya kredibel, maka akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda tentang ancaman pemanasan global yang diklaim disebabkan oleh aktivitas manusia.

Lalu apa kata para ilmuwan tersebut?

“Matahari-lah dan bukan emisi karbon dioksida yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yang mungkin menyebabkan suhu udara menjadi lebih panas selama beberapa dekade terakhir,” begitu kurleb-nya. (http://www.raa-journal.org/raa/index.php/raa/article/view/4920/6080)

Laporan para ilmuwan iklim tersebut tertuang dalam makalah yang sudah dilakukan proses peer-review alias tinjauan rekan sejawat. Jadi kesahihannya, nggak perlu dipertanyakan.

“Penelitian yang dilakukan sebelumnya (IPCC) tidak mempertimbangkan peran penting energi matahari dalam menjelaskan peningkatan suhu di bumi,” demikian pungkasnya.

Sontak, penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ronan Connolly dan rekan-rekannya tersebut langsung buat geger publik dunia.

Bagaimana nggak?

Karena hasil penelitian tersebut dirilis tak lama setelah IPCC menerbitkan laporan ke-enamnya yang dikenal dengan istilah AR6, yang pada intinya mendukung pandangan bahwa emisi C02 manusia-lah yang disalahkan atas pemanasan global. (https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg1/)

Dan studi terbaru tersebut malah mementahkan hipotesis yang dibuat oleh lembaga kepanjangan tangan sang Ndoro besar, dengan mengatakan bahwa kesimpulan yang dibuat IPCC terlalu prematur sifatnya karena nggak didukung data yang valid.

“Mereka hanya mengambil data dan studi yang pada gilirannya mendukung narasi yang mereka kembangkan,” demikian ungkap Dr. Connolly. (https://www.theepochtimes.com/challenging-un-study-finds-sun-not-co2-may-be-behind-global-warming_3950089.html)

Tindakan ini sangat berani.

Kenapa?

Karena secara langsung menghantam program besar sang Ndoro besar tentang The Great Zero Carbon. (baca disini, disini dan disini)

Padahal, muara dari plandemi Kopit ini salah satunya adalah terciptanya tatanan dunia baru yang BERKELANJUTAN, dimana salah satu klausulnya adalah menghilangkan penggunaan energi berbahan bakar fosil, dan digantikan dengan sumber energi terbarukan.

Dengan adanya hasil penelitian yang bukan kaleng-kaleng tersebut, maka secara nggak langsung meragukan klaim sepihak yang dibuat oleh kartel Ndoro besar, bahwa yang buat suhu bumi meningkat itu bukan karbon dioksida, melainkan matahari.

Ini paralel dengan temuan Prof. Valentina Zharkova dari Northumbria University, Inggris yang menyatakan bahwa siklus matahari-lah yang menyebabkan suhu permukaan bumi berubah secara drastis. (https://watchers.news/2020/09/02/zharkova-study-modern-grand-solar-minimum-2020-2053/)

Kebayang nggak apa yang akan terjadi saat transformasi energi dilakukan secara global (dengan memakai sumber energi terbarukan), ternyata bukanlah karbon dioksida penyebab pemanasan suhu bumi, namun matahari.

Masalah tambah runyam kalo suhu permukaan bumi bukannya memanas melainkan mengalami pendinginan, seperti yang diprediksi oleh Prof. Zharkova.

Kok runyam?

Karena sumber energi terbarukan tersebut, nggak akan cukup menghasilkan energi yang diperlukan bagi populasi manusia di dunia.

Singkatnya, akan ada krisis energi secara global akibat peralihan tersebut.

Bagaimana gawatnya masalah ini. Suhu bumi bukannya naik seperti yang diprediksi IPCC tapi malah menukik drastis. Di sisi yang lain, energi ‘pengganti’ nggak cukup untuk mengcover-nya.

Ngeri-ngeri sedap membayangkannya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


3 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. hihi rumit ya mas … kalau saya lihat ngapunten mas, dengan segaa modus iblis2 itu selama ini dengan modus yang sama. Layakya menghancurkan WTC tanpa pesawat dan membunuh manusisa, tanpa virus.
    Dalam hal Climate, modus yang sama. Seolah2 karena climate alami.. tapi masak iya sih.Kalau mereka biasa dan terbiasa berain flase flag dalam satu bidang selama puluhan tahun, tidak sulit untuk membut another false flag di bidang lain.

  2. Bang Ndaru, kira-kira apa agenda negeri Wakanda ke depan terkait dana yang akan dianggarkan oleh Menkeu sekian trilyun terkait isu lingkungan?. Ini related dengan program ndoro besar tentunya ya?

    1. banyak tentunya. alokasi terbesar adalah reduksi secara besar-besaran konversi energi berbasis bahan bakan fosil menjadi energi terbarukan.
      coba bayangkan jika bahan bakar berbasis fosil dihapuskan, apa yang terjadi kemudian dengan transportasi baik darat, laut dan udara?

      masih banyak hal lainnya yang akan menjadi kebijakan turunan. pada lain kesempatan saya akan membahasnya.

error: Content is protected !!