Ketidakstabilan Iklim


514

Ketidakstabilan Iklim

Oleh: Ndaru Anugerah – 10012025

Belakangan ini, kita kerap menemukan bencana alam yang di luar kendali.

Ada banjir di Abu Dhabi yang sebelumnya nggak pernah terjadi. (https://www.msn.com/en-ae/news/national/rain-in-dubai-and-abu-dhabi-as-weather-alert-is-issued/ar-AA1wSQaA)

Ataupun badai salju yang melanda Inggris saat ini, yang diklaim telah mencapai suhu sekitar 20 derajat Celcius dibawah titik beku. (https://www.msn.com/en-us/weather/topstories/uk-weather-live-snow-and-ice-warnings-across-country-as-cold-snap-could-see-temperatures-hit-20c/ar-AA1wBXjZ)

Atau badai Helene kategori 4 yang sukses menghantam pantai timur Amerika Utara yang menyebabkan banjir besar dan kerusakan di seluruh wilayah, serta membuat orang terlantar dan kehilangan tempat tinggal. (https://www.bbc.com/news/articles/c1k70rnrp4xo)

Dan masih banyak lainnya. Anda bisa menambahkan.

Apa penyebab utama semua ketidakstabilan iklim saat ini?

Kalo ditanya media mainstream, penyebabnya pasti pemanasan global yang dipicu oleh gas rumah kaca. Nggak ada penyebab lainnya, dengan segala tetek bengek penjelasan yang deklamatoris. Anda bisa cari sendiri penjelasannya.

Pastinya tujuan anda membaca blog saya tidak untuk mencari alasan deklamatoris tersebut, bukan?

Menarik apa yang diungkapkan Eric Hecker selaku whistleblower yang pernah bekerja pada perusahaan sekelas Raytheon Technologies Corporation, yang berlokasi di Kutub Selatan pada Oktober 2024 silam.

“Ada mesin cuaca besar yang terletak di South Pole Station,” demikian kurleb ungkapnya. (https://youtu.be/Y9DflVY0mHk)

Lantas, apa gunanya mesin cuaca tersebut?

Banyak. Dari mulai mengendalikan gempa bumi hingga cuaca dan iklim. Secara teknis, mesin ini dapat membuat dan mengarahkan bencana alam, dari mulai gempa bumi, badai, topan dan siklon dimana saja di seantero jagat.

Ini dimungkinkan karena adanya menara kontrol neutrino di South Pole Station.

Neutrino sendiri dikalangan saintis merupakan partikel subatomik kecil, yang kerap disebut sebagai partikel hantu, karena neutrino hampir tidak berinteraksi dengan zat apapun. (https://archive.org/details/neutrinohuntersc0000jaya)

Dengan segala keunggulan tersebut, neutrino dapat digunakan sebagai pemancar energi frekuensi tinggi yang diperlukan untuk membentuk gempa bumi atau badai yang dapat diarahkan ke mana saja sesuai selera.

Jika dirangkum, maka pembentukkan gempa bumi dan badai yang ditargetkan secara terarah, bukan lagi hal yang terlalu sulit untuk diwujudkan karena adanya mesin cuaca besar tersebut.

Sehingga, proses terjadinya badai kategori 3 hingga 5 sekelas topan Carolina hingga topan Yagi dan Bebinca, akan dengan mudah dapat dijelaskan.

Bayangkan anda selaku pemilik mesin cuaca besar tersebut.

Untuk mengaktifkan mesin tersebut maka butuh dana yang nggak sedikit. Dengan kata lain, pasti ada hitung-hitungan ekonomi-nya yang membuat mesin cuaca tersebut bisa dijalankan.

Aliasnya, kemungkinan besar ada motif ekonomi dibelakangnya dalam menjalankan mesin cuaca.

Lalu bagaimana modus dijalankan?

Dengan memakai isu pemanasan global. Ketidakstabilan iklim otomatis akan membuat kebijakan transisi energi yang net zero carbon, bisa dijalankan.

Hal ini sudah banyak saya bahas. (baca disini, disini dan disini)

Bagaimana dengan topan Helene kategori 5 yang sukses menghancurkan dan membanjiri Asheville yang berlokasi di North Carolina? (https://www.outsideonline.com/adventure-travel/news-analysis/hurricane-helene-asheville-north-carolina/)

Ini cukup membagongkan, mengingat Asheville berada pada ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tersebut, jarang atau amat langka dilanda banjir.

Lalu kenapa bisa banjir?

Usut punya usut, Asheville ataupun wilayah Carolina Utara, punya cadangan litium senilai miliaran dollar. Pentagon bahkan sudah membidik wilayah tersebut sebagai pemasok litium bagi AS di tahun 2023 silam. (https://www.cbs17.com/news/north-carolina-news/nc-lithium-mine-to-reopen-with-90-million-pentagon-order-to-help-increase-u-s-production/)

Bahkan saking menjanjikannya, dua perusahaan raksasa sekelas Piedmont Lithium dan Albemarle Corp, punya rencana untuk membuka tambang litium di wilayah tersebut pada beberapa tahun mendatang. Apakah ini hanya kebetulan? (https://www.charlotteobserver.com/news/business/article289191314.html)

Apakah hanya kebetulan lagi jika kedua perusahaan tersebut dikuasai oleh BlackRock dan Vanguard? (https://www.nasdaq.com/market-activity/stocks/pll/institutional-holdings) (https://finance.yahoo.com/quote/ALB/holders/)

Apalagi jika fact-checker telah diterjunkan untuk menampik kebenaran ini. Itu artinya, relevansi berita tersebut layak dijadikan acuan.

Untuk apa fact-checker bertindak kalo nggak ada yang kasih ‘job’ untuk mereka?

Seperti yang kita ketahui bersama, litium adalah ‘minyak’ masa depan yang dibutuhkan untuk memberi daya pada kendaraan listrik, perangkat smartphone hingga laptop. Semua perangkat elektronik tersebut butuh litium untuk menjalankannya.

Menjadi wajar jika wilayah yang kaya litium menjadi sasaran ‘ketidakstabilan’ iklim. Apalagi upaya yang paling mudah merelokasi warga, ketimbang bencana iklim?

Atau badai Milton yang sukses menghantam Tampa Florida pada Oktober 2024 silam dan menewaskan sedikitnya 23 orang. (https://www.washingtonpost.com/weather/2024/10/10/tampa-bay-hurricane-milton-storm-surge-damage/)

Dengan adanya badai Milton, maka daerah tersebut butuh me-rekonstruksi bangunan fuisik akibat kerusakan yang dialami.

Apakah hanya kebetulan jika seorang Bill Gates memiliki proyek besar Water Street Tampa di wilayah tersebut (guna pengembangan wilayah) dengan nilai miliaran dollar, jauh sebelum kawasan itu tersapu badai Milton? (https://www.globaltravelerusa.com/tampa-rising-water-street-tampa-reimagines-the-citys-downtown/)

Dengan adanya badai Milton, maka BG nggak perlu repot-repot merelokasi warga, karena kawasannya sudah porak-poranda. Yang dibutuhkan adalah upaya mendefinisi ulang kawasan tersebut sesuai dengan cetak biru yang dimilikinya.

Bahkan proyek Water Street Tampa telah dinobatkan sebagai kota WELL pertama di Amerika bagian Utara.

Sasus beredar, BG akan menjadikan Tampa sebagai Kota 15 menit yang tentu saja memenuhi standar hijau dan keberlanjutan. (https://herein.marriottresidences.com/a-tampa-development-becomes-a-city-within-a-city-water-street-wonderland/)

Siapa yang diuntungkan dengan blueprint yang selaras dengan Agenda SDG PBB 2030 tersebut?

Tentu saja sang Ndoro besar.

Ke depan, kalo kita melihat bencana alam yang nggak normal, apakah kita nggak boleh mereka-reka bahwa itu hanya-lah senjata iklim yang sengaja dibuat untuk kepentingan sang pembuat?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


error: Content is protected !!