Kapan Sekolah Dibuka Kembali?


522

Kapan Sekolah Dibuka Kembali?

Oleh: Ndaru Anugerah

Tahun ajaran baru sudah dimulai. Namun anak-anak masih status stay at home dan home learning. Pihak sekolah-pun terkesan mau ambil gampangnya saja, dengan memberi banyak tugas ke siswa untuk dikerjakan, tanpa memberikan pendampingan ke siswa sebelumnya. Ujug-ujug langsung kasih tugas.

Yang ada orang tua juga yang merasa dikerjain. “Anak kami yang sekolah, kenapa jadi kami juga yang mengerjakan semua tugas sekolahnya?”

Bukan itu saja. Anak-anak yang mulai didera rasa bosan berkepanjangan akibat dikurung ke rumah, mulai bertanya hal senada ke orang tua mereka. “Ma/Pa, kapan kita sekolah lagi?”

“Anak-anak tidak boleh bersekolah karena pertama mereka termasuk kelompok yang rentan tertular infeksi Kopit dan kedua mereka bisa menularkan infeksi pada mereka kepada orang lain (termasuk yang ada di rumah),” begitu kurleb keterangan resmi pemerintah di hampir seluruh dunia.

Benarkah?

National Review memberikan keterangan, “Anak-anak kecil TIDAK BERISIKO ATAU MENULARKAN VIRUS KEPADA ORANG LAIN.”

Pernyataan yang dirilis oleh National Review tersebut bukan tanpa alasan.

Kari Stefansson selaku CEO perusahaan deCODE Islandia yang ada di Reykjavik telah melakukan penelitian terhadap penularan Kopit di Islandia. Penelitian itu menggandeng Direktorat Kesehatan Islandia dan National University Hospital dalam menguji 35 ribu orang. Hasilnya?

“Anak-anak di bawah 10 tahun KECIL KEMUNGKINAN UNTUK TERINFEKSI daripada orang dewasa. Dan kalaupun mereka terinfeksi, KECIL KEMUNGKINANNYA untuk menderita PENYAKIT YANG PARAH,” begitu kurlebnya.

Menariknya, “JIKA ANAK-ANAK TERINFEKSI MEREKA CENDERUNG MENULARKAN PENYAKIT TERSEBUT KEPADA TEMAN SEBAYA DARIPADA KE ORANG DEWASA. Kami belum menemukan satu contoh-pun dari anak-anak yang menginfeksi orang tua.” (https://www.nationalreview.com/corner/icelandic-study-we-have-not-found-a-single-instance-of-a-child-infecting-parents/)

Bahkan Trump, terlepas bahwa ini adalah masa kampanye pilpres di Amrik sana, telah menyerukan dengan suara lantang di acara Tucker Carlson yang disiarkan oleh Foxnews, “Sekolah harus dibuka pada musim gugur mendatang. Anak-anak nggak bisa selamanya dikurung.” (https://video.foxnews.com/v/6170012077001?playlist_id=5198073478001)

Kenapa hal itu bisa terjadi?

Coba bayangkan bagaimana virus flu Spanyol yang berhasil menyapu jutaan orang di seluruh dunia dan kemudian tiba-tiba menghilang dari peredaran. Apakah penyebabnya? Pertama virusnya nggak lagi mematikan dan kedua, virus tersebut KEHABISAN ORANG UNTUK DIINFEKSI.

Singkatnya, kita bicara tentang KEKEBALAN TUBUH, dalam hal ini, yang bisa terjadi dimana KEKEBALAN LEBIH DULU TERBENTUK SEBELUM SESEORANG TERINFEKSI VIRUS. (baca disini)

Hasil penelitian yang dirilis oleh sejumlah ilmuwan baru-baru ini menyatakan, “81% dari kita dapat meningkatkan tanggapan yang kuat terhadap C19, TANPA PERNAH TERPAPAR SEBELUMNYA.” (https://www.researchsquare.com/article/rs-35331/v1)

Singkatnya, kita sudah kebal duluan sebelum virusnya sempat menginfeksi kita.

Kok bisa?

“Epitop sel T dari SARS-CoV-2 lintas reaktif telah mengungkapkan respons sel T yang sudah ada sebelumnya di 81% orang yang tidak terpapar,” begitu ungkap penelitian tersebut.

Ini yang bisa menjelaskan bahwa Herd Immunity Threshold (HIT) C19 angkanya jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan oleh beberapa ilmuwan saat awal-awal pandemi Corona berlangsung, yang berada pada angka 70%. Faktanya hanya 10-20% saja. (baca disini)

Masih belum cukup? Saya kasih ilustrasi yang lain.

Ingat kasus Corona yang menimpa Diamond Princess  tempo hari? Tercatat hanya 17% dari orang yang ada di kapal pesiar tersebut yang terinfeksi si Kopit. Padahal Diamond Princess merupakan lingkungan ideal bagi penyebaran virus secara massal pada ruangan yang ‘tertutup’.

Kok bisa 83% orang yang ada disana tidak terinfeksi si Kopit? Bukankah semua penumpang berusia uzur alias di atas 60 tahun ke atas yang sangat rentan tertular si Kopit? (https://wattsupwiththat.com/2020/03/16/diamond-princess-mysteries/)

Jawabannya simpel. KEKEBALAN sudah lebih dahulu terbentuk sebelum virusnya menginfeksi.

Artinya apa?

Selama ini kita dibohongi oleh elite global yang menyatakan bahwa si Kopit adalah jenis virus yang tidak memungkinkan orang untuk membentuk sistem kekebalan. Nyatanya, si Kopit bukan jenis yang seperti itu.

Bahkan BBC sebagai media mainstream, secara malu-malu mengakui, “(Bahkan) orang yang diuji negatif untuk antibodi virus Corona, mungkin masih memiliki sistem kekebalan.” (https://www.bbc.com/news/health-53248660)

Sebaliknya, kita terus disajikan DATA ANGKA ORANG TERINFEKSI pada media-media mainstream setiap menit, setiap jam dan setiap harinya. Ini bukan saja ngawur, tapi juga sesat.

Tahu Hukum Farr yang menguraikan tentang statistik vital pandemi?

William Farr mau kasih tahu kita tentang lintasan infeksi. Kalo puncak infeksi telah tercapai, maka pasti akan turun secara simetris. Jika naiknya cepat, maka turunnya akan secepat proses naiknya.

“Yang naik, pasti turun,” ungkap Farr. Saat itulah kita sudah bisa beraktivitas normal seperti biasa dan bukan percaya pada asumsi gelombang kedua. (https://www.cebm.net/covid-19/covid-19-william-farrs-way-out-of-the-pandemic/)

Dan kedua, Farr bicara tentang pentingnya DATA TINGKAT KEMATIAN yang ada dalam masa pandemi, BUKAN MALAH TINGKAT INFEKSINYA, dalam memprediksi akhir suatu pandemi. “Sinyal angka kematian mengindikasi akhir hidup dari si virus,” begitu kurleb ungkap Farr.

Itu jelas bukan gelombang kedua seperti yang selama ini secara masif didengung-dengungkan media mainstream, tapi AKHIR DARI PANDEMI.

Fakta bahwa puluhan ribu anak muda telah tertular virus C19 tanpa mengalami rasa sakit atau ketidaknyamanan (yang sekarang disebut sebagai orang tanpa gejala), menegaskan bahwa KEKEBALAN sudah tersebar secara luas.

Kembali ke laptop…

Kapan sekolah dibuka?

Saya kutip pertanyaan yang dilontarkan Dr. John Thomas Littell MD selaku Presiden Masyarakat Kedokteran Florida, “Mengapa kita berhenti mengirim anak bersekolah dan berolahraga? Mengapa kita berhenti bekerja dan nggak boleh ke pantai atau tempat-tempat umum lainnya? Mengapa kita malah disuruh stay at home? Bukankah sebaiknya kita menyuruh yang sakit untuk tetap di rumah dan membiarkan yang sehat untuk terus bekerja?” (https://www.orlandomedicalnews.com/article/3545/letter-to-the-editor-why-increasing-number-of-cases-of-covid-19-is-not-bad-news)

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)

 


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!