Jangan Korbankan Masa Depan Mereka
Oleh: Ndaru Anugerah
Saat pandemi Kopit melanda, kebijakan konyol diterapkan. Akibatnya ekonomi kolaps karena bisnis pada ditutup, dan secara sosial interaksi antar manusia sangat dibatasi dengan belajar atau bekerja dari rumah demi menghindari penularan virus di Kopit.
Siapa yang paling dirugikan?
Anak-anak.
Jutaan anak di belahan dunia dipaksa belajar di rumah karena sekolah pada ditutup selama lebih dari setahun. Ironis, mengingat mereka-lah pemilik masa depan. Dengan belajar di rumah, apa yang didapat? (baca disini dan disini)
“Mending belajar di rumah-lah, ketimbang anak-anak jadi korban si Kopit di sekolah,” ungkap emak-emak. (https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20200722/Yang-Terjadi-Saat-Anak-TK-Sekolah-Online/)
Apa iya? Mana data penelitian yang menunjang pernyataan tersebut?
Nggak ada, bukan? Karena sejak awal, semuanya serba pakai asumsi yang nggak ada dasar sains-nya. Jadi hanya rekaan semata, bisa benar kemungkinan salah juga sangat besar.
Lantas gimana kondisi yang sebenarnya?
Merujuk pada laporan medis yang dikeluarkan The American Academy of Pediatrics dan The Children’s Hospital Association pada Februari 2021 silam, jumlah anak-anak yang terinfeksi Kopit mencapai 2,93 juta sejak awal pandemi.
Uniknya, anak-anak menyumbang kematian akibat Kopit, kurang dari 0,26%. Bahkan dari 11 negara bagian di Amrik, melaporkan tidak adanya kematian pada anak-anak akibat virus Kopit tersebut. (https://www.webmd.com/lung/news/20210209/covid-cases-among-children-hit-3-million-up-10-percent)
Jadi apa yang ditakutkan oleh emak-emak rempong tersebut, sangat lebay… Setidaknya data sudah berbicara dan nggak ngandelin jigong.
Kalo mau takut, harusnya anak-anak wajib takut sama yang namanya diare.
Kenapa begitu?
Karena data sekali lagi bicara bahwa diare menyumbang kematian anak-anak (secara khusus pada balita) sebesar 525.000 setiap tahunnya. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease)
Tapi, apa pernah pemerintah atau dunia menerapkan penutupan sekolah karena adanya wabah diare yang dipicu oleh rotavirus tersebut? Kan nggak. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC535229/)
Lalu, apakah anda tega jika karena ketakutan anda yang tidak mendasar, akhirnya merenggut nasib anak-anak untuk tidak sekolah dan kehilangan masa depan mereka?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments