Iran-Contra (*Bagian 2)
Oleh: Ndaru Anugerah
Pada tulisan pertama, saya sudah mengulas tentang Reagan dengan Doktrin-nya yang berambisi menghabisi komunisme dimanapun di dunia, dalam rangka menghambat ekspansi Soviet yang saat itu menjadi musuh ideologis AS.
Namun sayangnya kubu Demokrat justru menghambat secara tidak langsung lewat Amandemen Boland di parlemen, sehingga Doktrin Reagan tersebut terkendala pembiayaan di lapangan. Namun semua menjadi ‘lapang’ saat McFarlane kasih solusi smart bagi Reagan yang saat itu galau tingkat dewa. (baca disini)
Lantas bagaimana skenario dieksekusi?
Dengan dukungan Reagan, maka rencana dapat berjalan dengan mulus. Tercatat lebih dari 1500 rudal sukses dikirim ke Iran sesuai pesanan. (https://irangate.weebly.com/)
Dan aksi penyeludupan senjata tersebut jelas membuahkan hasil, dimana kemudian tiga sandera AS yang ditawan di Lebanon oleh laskar Hizbullah, akhirnya dibebaskan. Ini nggak mengherankan, mengingat Hizbullah terkoneksi erat dengan pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Khomeini. (https://www.washingtonpost.com/archive/politics/1986/11/03/us-hostage-freed-in-beirut/4cacae6b-4760-4fce-99c9-01259a524181/)
Terus siapa yang kemudian dapat nama atas ‘prestasi’ dibebaskannya para sandera tersebut? Tentu saja Reagan.
Siapa yang menjalankan aksi rahasia ini?
Sudah pasti lengan intelijen AS, masa iya hansip? Dan hasil jual senjata tersebut, sesuai skenario dialihkan kepada para prajurit Contras binaan CIA untuk memerangi pemerintah Sandinista di Nikaragua.
Namun yang namanya kentut, serapat apapun menutupnya, pasti akan tercium juga baunya.
Begitu juga dengan skandal Iran-Contra tersebut.
Awalnya surat kabar Lebanon Al Shiraa menurunkan ulasan tentang kegiatan bawah tanah yang dilakukan AS kepada Iran pada November 1986, Reagan mati-matian menyangkal kebenaran berita tersebut.
“Operasi rahasia AS seperti yang diungkap tersebut, tidak pernah terjadi,” demikian ungkap Reagan dengan pede-nya kepada publik. (https://danratherjournalist.org/anchorman/breaking-news/iran-contra-hearings/video-reagan-address-november-3-1986)
Tapi itu nggak berlangsung lama, karena seminggu kemudian Reagan mencabut apa yang diucapkan sebelumnya. Akhirnya Reagan mengakui bahwa transaksi jual senjata itu sungguh ada.
Sekali lagi Reagan mengelak, “Aksi penjualan senjata ke Iran bukanlah kesepakatan jual senjata untuk membebaskan sandera.” Kalo bukan transaksi terselubung, terus bagaimana mungkin para sandera dibebaskan, Bambang?
Mungkin nggak sih, tetiba Hizbullah membebaskan para sandera karena mereka murah hati dan tidak sombong? Nenek-nenek juga tahu bahwa itu sangat tidak logis. Hizbullah membebaskan sandera, karena Iran selaku sekutunya telah dibantu pasokan senjatanya oleh AS, dalam melawan Iran.
Sejak sikapnya yang mulai mencla-mencle tersebut, popularitas Reagan di mata para pendukungnya langsung merosot tajam.
Skip-skip, penyelidikan-pun langsung digelar berkaitan skandal besar tersebut.
Menurut hasil investigasi yang dilakukan Jaksa Agung Edwin Meese, setidaknya Iran telah membayarkan uang senilai USD 40 juta kepada AS. Namun anehnya, hanya sekitar USD 12 juta saja yang ada di tangan pemerintah.
“Pertanyaannya: selisih sekitar USD 28 juta, larinya kemana?” kurleb pertanyaan yang diajukan Meese. (https://www.c-span.org/video/?150820-1/irancontra-investigation)
Mungkin merasa bahwa akan menjadi sasaran tembak atas skandal tersebut, Reagan dan tim-nya putar akal agar bisa mencari ‘kambing hitam’ atas peristiwa tersebut. Dan nggak butuh waktu lama untuk mendapatkannya, karena sosok yang terpilih adalah Letkol Oliver North.
Sosok Letkol North yang berasal dari Dewan Keamanan Nasional saat itu, memang nggak dikenal publik. Tapi dia bersedia menjadi ‘tumbal’ Reagan pada skandal tersebut.
Berbicara kepada tim investigasi Letkol North mengatakan, “Saya telah mengalihkan dana dari penjualan senjata ke pihak Contras di Nikaragua. Dan ini saya lakukan atas seijin Penasihat Keamanan Nasional Laksamana John Poindexter.” (https://www.brown.edu/Research/Understanding_the_Iran_Contra_Affair/h-gallery.php)
Sekarang coba pakai nalar anda, mungkin nggak sih dalam rantai komando sekelas Laksamana Poindexter memutuskan transaksi yang membahayakan keamanan negara, tanpa diketahui oleh Presiden Reagan selaku atasannya? Memang sehebat apa Poindexter dan juga North yang bisa memutuskan rantai komando tersebut?
Yang paling masuk akal, mereka berdua memang sengaja ‘dikorbankan’ guna menutupi masalah yang sedang terjadi. Bukankah serdadu memang lumrah dijadikan tumbal dari politisi?
Akhirnya, Laksamana Poindexter mengundurkan diri dari jabatannnya dan Letkol North dipecat dari kesatuannya. Namun ini-pun tidak meredam skandal besar tersebut. Pertanyaan publik masih sama: apa mungkin sekelas presiden tidak terlibat? Bagaimana mungkin?
Sebagai jalan tengah, Reagan menugaskan Tower Commission untuk menyelidiki skandal tersebut. Dan hasil penyelidikannya: Reagan tidak terlibat pada aksi jual senjata ke Iran secara langsung dan juga pengalihan uang ke pihak Contras, meskipun dia bertanggungjawab. (https://www.nytimes.com/1987/02/27/world/white-house-crisis-tower-report-inquiry-finds-reagan-chief-advisers-responsible.html)
Pusing nggak tuh dengar verdict-nya?
Tentang skandal Iran-Contra memang berakhir dengan anti-klimaks, dimana para pemain utamanya tetap tidak ‘tersentuh’. Dan ini memang khas gaya politisi dan intelijen.
Satu yang pasti kita dapat belajar dari skandal tersebut bahwa yang namanya geopolitik itu dinamis dan penuh intrik. Disini kita harus paham betul papan catur yang sedang dimainkan. Dibutuhkan seni untuk mengupas sepak terjang yang justru tidak kasat mata.
Dan tugas saya selaku analis adalah mengurai skenario kusut tersebut agar mudah anda pahami. Satu klausul Albert Einstein yang saya ingat: “If you can’t explain it simply, you don’t understand it well enough.”
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments