Dukungan Borjuasi


510

Pada Jumat malam (7/12), bertempat di Grand Ballroom Sun City, Hayam Wuruk, Jakarta yang merupakan daerah pecinan, berkumpullah lebih dari seribu orang pengusaha Tionghoa. Mereka berbondong-bondong datang kesana. Apa tujuannya? Memberi dukungan terhadap capres Prabowo Subianto.

Bahkan dikabarkan, seorang pengusaha bernama Kasidi rela merogoh kocok untuk menyumbang senilai Rp.250juta. Angka yang tidak tergolong kecil, tentunya. “Kami mendoakan dan mendukung Pak Prabowo menjadi presiden Indonesia,” ucap Hartini dari Tim 9 pengusaha Tionghoa.

Sebelumnya, publik juga mendengar dari pengakuan Prabowo, bagaimana dukungan pengusaha Tionghoa kepada sosok dirinya, manakala mereka mengunjungi kediaman Om Wowo di Hambalang, Bogor beberapa hari yang lalu.

Pertanyaannya lantas, apakah pengusaha Tionghoa mendukung Om Wowo sepenuhnya?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu tahu duduk masalahnya, kenapa acara gala dinner tersebut bisa digelar.

Pengusaha pada dasarnya adalah kaum borjuis yang plintat-plintut. Kemana angin politik bertiup, kesanalah mereka berkiblat. Pragmatis, demi mengamankan bisnis yang mereka jalani. Kebayang donk, gimana jadinya kalo sudah dukung habis-habisan hanya 1 paslon, eh taunya paslon lawannya yang menang? Bisa-bisa amsyong bisnis yang dia sudah rintis mati-matian.

Karenanya mereka gak mungkin bertaruh di satu kotak. Di pihak Jokowi, mereka juga ‘taruh kaki’, demi kepastian yang akan mereka dapat kelak.

Tapi kenapa mereka rela segitunya mendukung Prabowo?

Konon kabarnya mereka cukup trauma kalo dengar nama Prabowo. 2 hal yang selalu ada dibenak mereka.

Pertama peristiwa kerusuhan 1998 yang telah sukses memporak-porandankan bisnis mereka. Belum lagi kasus perkosaan massal yang menimpa wanita etnis Tionghoa kala itu.

Kedua, peristiwa pilkada DKI 2017. Saat itu, rasa percaya diri etnis Tionghoa menemukan momentumnya, saat petahana – Ahok – yang notabenenya memiliki ras yang sama dengan mereka. Ahok yang digadang-gadang akan memenangkan gelaran pilkada, akhirnya dipaksa nyungsep.

Kedua peristiwa kelam di atas memiliki benang merah. Ada nama Om Wowo didalamnya.

Apapun yang terjadi, Prabowo gak boleh dipandang sebelah mata. Bisa celaka 13. Akibatnya acara gala dinner tersebut digelar. Tujuannya satu, manakala Jokowi keok, mereka berharap Prabowo tidak akan melupakan jasa ‘dukungan’ yang telah mereka berikan.

Kalo ingin tahu, suara pengusaha secara umum, bukan hanya pengusaha Tionghoa, arah mereka ‘lebih condong’ kearah paslon BOSAN, ketimbang Jokowi.

Sudah rahasia umum, semenjak Jokowi berkuasa, aksi patgulipat yang biasa mereka lakukan dengan birokrat, praktis lumpuh. “Jaman sekarang, semua jadi susah,” begitu ujar mereka.

Gampang lihatnya. Coba pantengin apa yang diulas pada Asia Times, karena media tersebut ditenggarai merupakan corong pengusaha. Sasus terdengar, para pengusaha baik dalam apalagi luar negeri, sudah gerah sama tindak tanduk Pakde.

Saking panasnya, mereka terpaksa menyuruh wartawan senior – John McBeth – untuk menghantam Jokowi lewat tulisannya: “Widodo’s smoke and mirrors hide hard truth.”

Dikisahkan bahwa Jokowi acap memainkan aksi sulap yang bernama smoke & mirrors, dengan tujuan mengelabui publik serta berupaya membangun image bahwa dirinya super hebat. Apa tujuannya? Kalo sudah terbentuk image megaloman pada diri pakde, mau ngelawan juga jadi percuma.

Sooner or later, the smoke and the mirrors will inevitably lift to reveal realities,” demikian ‘ancaman’ pada ulasannya.

Pengusaha memang kaum borjuis. Bukan faktor utama penentu kemenangan di pilpres nanti. Tapi mengecilkan peran mereka, jelas langkah yang salah. Karena dengan uang, mereka bisa buat apa saja..iya, apa saja. Money is not everything, but anything needs money, doesn’t it?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!