Drakor Mah Lewat…


512

Generasi milenial tak terkecuali ibu-ibu pasti ngefans berat sama drama Korea. Kisahnya sengaja dibuat tragis, dan ujug-ujug air matapun dibuat meleleh diakhir cerita. Latar yang menyayat hati inilah yang konon membuat para pecinta drakor (drama Korea) tergila-gila dengan sekuaelnya.

Nah, kali ini ada tayangan yang lebih dari sekedar drama Korea, yaitu kasus penganiayaan sang drama-queen, Ratna Sarumpaet. Kasus dugaan pemukulan ini berawal dari beredarnya sebuah foto Ratna di sebuah kamar RS dengan 2 mata lebam yang diunggah diakun fesbuk seseorang bernama Rusdianto Samawa, pada Selasa (2/10).

Seketika viral-lah muka bengep sang ratu drama. Dan tentu saja, para kampret yang paling berisik menanggapi foto tersebut. Mulai-lah satu persatu cuitan kampret memenuhi ruang-ruang media sosial. Dari mulai rejim panik, sampai persekusi ala cebong. Dan ujung-ujungnya pasti Salawi alias salah Jokowi.

Jubir BOSAN, Dahnil Anzar Simanjuntak-pun bereaksi keras. “Kami telpon Mbak Ratna, jadi betul beliau itu dikeroyok dimasukkan ke dalam mobil, dan dikeroyok oleh orang-orang yang tak dikenal di Bandara Bandung,” ungkapnya.

Wakil ketua BPN BOSAN – Nanik S Deyang – juga ikutin nimpalin. Menurut Nanik, Ratna di keroyok 3 orang tak dikenal disekitar bandara Husein Sastranegara, Bandung usai menghadiri konpres pada 21/9 malam.

Untuk menambah unsur dramatisnya, mulai-lah cerita dikasih bumbu.

Nanik menambahkan bahwa setelah dipukuli, Ratna mengaku dilempar ke pinggir jalan aspal, sehingga bagian samping kepalanya robek. Ulah kejam para pengeroyoknya yang kemudian membuat Ratna hilang ingatan, mengingat kejadiannya begitu cepat.

Entah cepat yang model gimana yang dimaksud?

Selepas viralnya foto sang drama-queen, pihak kepolisian yang diwakilkan oleh Irjen Pol Setyo Wasisto selaku Kadiv Humas Mabes Polri, mulai buka suara. Menurutnya, Polrestabes Bandung sudah mengecek nama Ratna di 23 RS di Bandung, dan hasilnya tidak ditemukan nama Ratna.

Setelah dicek ke Bandara Husein Sastranegara, manifest alias daftar nama penumpang dari tiap maskapai penerbangan dari mulai Garuda sampai Air Asia, juga nggak nongol nama Ratna.

Menanggapi pernyataan pihak kepolisian, Om Wowo pun angkat bicara.

“Jelas manifest nggak ada karena dia (Ratna) tidak bisa check in, kok.” Dan menanggapi nihilnya nama Ratna di 23 RS di Bandung, Om Wowo malah meninggi, “Klinik yang mana? Nanti kami cek.”

Guna menjawab keraguan netijen akan dugaan penganiayaan, mengingat Ratna masih sempat-sempatnya ngetwit sejak dianiaya pada tanggal 21/9, dengan enteng Om Wowo kembali buka suara, “Yah kalian kan tahu akun twitter itu ada admin-nya. Twitter saya juga ada yang pegang, kok.”

Sebagai penutup sang mantan Danjen Kopassus itu malah berkata sewot kepada wartawan, “Anda pernah digebukin gak? Ini ada ibu-ibu umur 70 tahun digebukin, bicara sama saya aja ketakutan.”

Lha, siapa yang digebukin, kenapa situ yang sewot?

Sebenarnya, ada dimana Ratna pada tanggal 21? Lebih tepatnya, apa yang terjadi?

Kombes Nico Afinta selaku Direktur Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya mengatakan bahwa Ratna sudah mengadakan pemesanan untuk perawatan muka di RS Bina Estetika Menteng, Jakarta Pusat pada 20 September 2018. Jadi nggak ujug-ujug datang, tapi karena sudah reservasi lebih dahulu.

Dan yang menguatkan hal tersebut adalah berkas rekaman CCTV pada RS tersebut. Berdasarkan rekaman kamera pengawas, Ratna diketahui masuk pukul 5 sore pada tanggal 21/9.

Nah terus menjawab klaim bahwa Ratna telah dianiaya di seputaran Bandara Husein Sastranegara, Bandung pada 21/9 malam, dengan lugas Nico berkata, “Bisa nggak satu orang pada waktu yang sama ada di dua tempat? Simpulkan sendiri.”

Dan terakhir, karena merasa terpojok dengan fakta-fakta yang terungkap, Ratna pun akhirnya buka suara. Ia mengatakan wajahnya yang lebam bukan karena digebukin tapi karena operasi plastik yang dijalaninya.

“Tidak ada itu penganiayaan. Itu hanya cerita khayal, entah cerita dari setan mana, saya tidak tahu dan berkembang,” ucapnya saat konpres bersama Ustadz Sambo di bilangan Tebet, Jaksel.

Dan seperti biasa, para kampret langsung terbang menuju goa-goa tempat persembunyiannya tanpa suara, begitu hoax yang disebarkannya nggak membuahkan hasil. Hanya terdengar suara jangkrik malam itu, “Krik krik kriik.”

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!