Bisa-Bisanya Pak Lurah
Oleh: Ndaru Anugerah
Setelah lurah Wakanda mengumumkan tentang Karantina Darurat yang diperpanjang, saya dapat beberapa pesan melalui kanal messenger, yang bunyinya hampir-hampir sama, “Prediksi Abang tentang Karantina Darurat ternyata terbukti benar.”
Tentang ini sih nggak butuh seorang analis geopolitik untuk menjawabnya, karena memang sudah terlihat dengan jelas, rencana yang bakal digelar. Ibarat sinetron, walaupun jalan ceritanya kusut, namun ending-nya dah bisa terbaca. Begitupun dengan proyek Karantina Darurat tersebut. (baca disini)
Lantas apa alasan pak Lurah memperpanjang?
Sangat klise.
Dikatakan bahwa masyarakat Wakanda cukup terdampak dengan kebijakan tersebut, sehingga sebagai pemimpin diharapkan punya empati dengan kondisi mereka. Nggak aneh jika program ‘sinterklas’ yang kemudian dijadikan prioritas dalam menekan dampak negatif Karantina Darurat.
Pertanyaan sederhana: uangnya dari mana?
Ya tentu saja dari utangan baru dari sang Ndoro besar. Terima nggak terima, rakyat juga yang disuruh bayar utangan tersebut, berikut bunganya kelak. (https://www.liputan6.com/bisnis/read/4605009/sri-mulyani-bakal-tarik-utang-baru-rp-5151-triliun-di-semester-ii-2021)
Perlu dicatat: saya bukan anti-utang. Tapi setidaknya jangan eksploitasi rakyat Wakanda dengan sikap yang ‘seolah-olah’ berpihak pada mereka, dan ujung-ujungnya mereka juga yang kena dampak jangka panjangnya.
Yang kedua, alasan memperpanjang Karantina Darurat dengan ‘catatan’ khusus adalah angka pertambahan kasus Kopit yang diklaim menurun. Bahkan pak Lurah mengungkapkan rasa syukurnya seiring berkurangnya kasus Kopit di wilayahnya.
“Alhamdulilah, setelah pelaksanaan Karantina Darurat, ada hasilnya berupa penurunan jumlah kasus,” begitu kurleb-nya. (https://news.detik.com/berita/d-5650367/hasil-ppkm-3-20-juli-jokowi-alhamdulillah-bor-dan-kasus-covid-turun)
Pertanyaannya: apa karena Karantina Darurat, maka kasus Kopit di Wakanda berkurang?
Nggak juga.
Selidik punya selidik, kasus Kopit bisa menurun di Wakanda, dikarenakan adanya penurunan jumlah test yang dilakukan. Dan ini nggak sesuai target dari Karantina Darurat. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20210721200947-4-262608/tak-capai-target-testing-covid-19-di-indonesia-terus-turun)
Dan ini terjadi sejak 18 Juli 2021 silam, yang tercatat hanya 138.175 orang. Padahal target test yang dilakukan saat Karantina Darurat mencapai 324.283 per harinya.
Seiring dengan penurunan jumlah test, maka kasus harian otomatis melorot. Kalo sebelumnya mencapai 50 ribu kasus, turun menjadi 44.721 kasus.
Berikutnya pada tanggal 19 Juli 2021, jumlah test-nya turun menjadi 127.461 orang. Sehingga kasus postif juga menurun menjadi 34.257 orang.
Dan terakhir pada 21 Juli 2021, jumlah test yang dilakukan hanya 116.232 orang, sehingga kasus positifnya menurun lagi menjadi 33.772.
Coba test-nya dilkukan cukup seribu orang saja, apa kasusnya bisa melonjak? Kan nggak.
Dengan kata lain, banyak sedikitnya kasus, test-lah yang ambil peranan utama.
Makin banyak jumlah test dilakukan, maka makin banyak kasus positif terjadi. Demikian pula sebaliknya. Jadi bukan program pak Lurah yang diklaim sebagai solusi terhadap kasus positif yang terus meningkat.
Kini Karantina Darurat terus diperpanjang, dengan efektivitas yang sudah saya bisa prediksi. (baca disini)
“Karantina Darurat sekarang pakai level, Bang,” ungkap seorang netizen.
Pertanyaannya: itu Mie Hotplate atau produk Richeese Factory?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments