Bersiap Untuk Krisis Pangan
Oleh: Ndaru Anugerah
Rantai pasokan global mulai menemukan jalannya, diperburuk dengan hadirnya konflik di Ukraina. (https://edition.cnn.com/2022/03/30/business/global-supply-chain/index.html)
Ini sudah saya prediksi pada Agustus tahun lalu. Dan memang prediksi saya seperti biasa akan menemukan pembenarannya beberapa waktu ke depan. (baca disini)
“Berikutnya, apa yang akan terjadi Bang?” tanya seorang netizen.
Krisis pangan, jawabannya. Ini juga saya pernah prediksi pada November 2021 silam. Dan kini, gambaran itu kian nyata. (baca disini dan disini)
Di AS sana, banyak pihak sudah menyuarakan krisis pangan yang akan segera datang. Ini nggak hanya menimpa AS tapi juga komunitas global. (http://theeconomiccollapseblog.com/members-of-congress-are-now-using-words-like-famine-and-starvation-to-describe-what-is-coming/)
Kapan ini akan terjadi?
Hanya dalam beberapa bulan ke depan.
Bagaimana ini bisa terjadi?
Anda perlu tahu, bahwa makanan yang kita santap hari ini, adalah hasil panen yang ditanam beberapa bulan sebelumnya. Ada istilah pasokan makanan 90 hari, dalam pangan, yang berarti kalo kita tanam bahan pangan hari ini, maka 90 hari ke depan bahan pangan akan segera ready. (https://survivalmagazine.org/survival-news-info/if-production-stops-humanity-has-nothing-to-eat-in-90-days/)
Masalahnya, siapa yang mau tanam bahan pangan di tengah kondisi saat ini?
Harga pupuk yang menjulang tinggi dipicu oleh krisis ekonomi global, adalah penyebab utamanya. (https://www.realclearpolitics.com/video/2022/03/20/friedberg_loss_of_russian_farm_products_will_put_hundreds_of_millions_of_the_worlds_poorest_people_into_famine_condition.html)
“Dengan naiknya nitrogen, kalium dan fosfor (yang merupakan komponen utama pupuk), saat ini bercocok tanam adalah hal mahal yang bisa dilakukan petani di seluruh dunia. Dan petani hanya bisa menanam sedikit, akibat mahalnya pupuk. Ini akan berimbas pada penurunan pasokan makanan bagi dunia,” demikian ungkap David Friedberg.
Memangnya nggak bisa menanam tanpa adanya pupuk?
Bisa-bisa saja. Namun hasilnya nggak akan optimal untuk menggenjot produksi pangan. (https://www.youtube.com/watch?v=DBJ9yrkeKYc&t=1142s)
Anda mungkin bisa tertawa atas skenario ini. Tapi saya pastikan, bahwa itu akan terjadi.
Apa buktinya?
FAO selaku organisasi pangan dan pertanian dunia mencatat, bahwa kenaikan harga bahan pangan di bulan Maret 2022 secara global, sudah mencapai 12,64%, alias meningkat 2 kali lipat dari bulan sebelumnya. Ini jelas rekor tersendiri. (https://www.fao.org/3/cb9447en/cb9447en.pdf)
Mengingat lonjakan harga yang tinggi, ini dapat memicu kerusuhan, seperti yang terjadi di Peru, Sri Lanka hingga Mesir. (https://pickled-prepper.com/2022/04/the-food-riots-are-here-already/)
Ini akan semakin memburuk di hari-hari ke depannya.
Nggak hanya pupuk, karena harga gandum juga naik sekitar 20%, hanya di bulan Maret silam, akibat konflik di Ukraina. (https://www.theguardian.com/global-development/2022/apr/08/global-food-prices-rise-to-highest-ever-levels-after-russian-invasion-ukraine-wheat)
Seakan nggak mau kalah set, harga jagung juga merangsek naik sekitar 19%, diikuti dengan naiknya sorgum dan barley. Ini bisa terjadi karena ketiga bahan pangan tersebut banyak diproduksi baik di Rusia maupun Ukraina.
Bahkan proyeksi di tahun 2022 ini, produksi jagung di Ukraina hanya akan bisa menghasilkan setengah dari produksi tahunan mereka. Jadi kalo tahun lalu Ukraina bisa produksi jagung 41 juta ton, maka tahun ini hanya bisa menghasilkan 19 juta ton saja. (https://tinyurl.com/amesxd5d)
Kalo sudah begini, jagung akan jadi bahan pangan yang mahal harganya.
Terlebih lagi, Ukraina sudah kasih pernyataan, bahwa angka produksi yang minim (pada hasil pertanian), hanya akan cukup buat konsumsi dalam negeri dan nggak akan diekspor. (https://www.usnews.com/news/business/articles/2022-03-09/ukraine-bans-exports-of-wheat-oats-and-other-food-staples)
Kondisi lebih berat dialami warga Amrik, dengan merebaknya pandemi flu burung saat ini. Sebagai akibatnya, banyak unggas (utamanya ayam) dimusnahkan, dan berakibat pada naiknya harga telur lebih dari 2 kali lipat. (https://www.cnn.com/2022/04/08/business/egg-prices-avian-flu/index.html)
Bahkan krisis pangan juga telah mengancam nasib debay, akibat produksi susu yang minim. Akibatnya, skenario penjatahan susu formula untuk bayi, kini mulai dijalankan. “29% susu formula terlaris, telah kehabisan stok,” demikian ungkap seorang narsum. (https://www.dailymail.co.uk/news/article-10701087/Walgreens-starts-RATIONING-baby-formula-supply-chain-crunch-hits-new-parents.html)
“Ahh, krisis itu nggak akan meluas dan akan membaik dalam bulan-bulan ke depan.”
Jika anda berpikiran demikian, silakan saja.
Namun David Friedberg mengatakan bahwa krisis pangan akan makin memburuk pada bulan-bulan ke depan. Ini akan memicu kelaparan secara global. (https://www.realclearpolitics.com/video/2022/03/20/friedberg_loss_of_russian_farm_products_will_put_hundreds_of_millions_of_the_worlds_poorest_people_into_famine_condition.html)
Berdasarkan data-data yang telah saya sampaikan, sekarang coba anda renungkan: apakah krisis pangan hanya isapan jempol semata, ataukah ini hal yang harus segera anda antisipasi?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Analisa Abang akurat 👍 apakah bs saya mendapatkan info update melalui email saya.
Terima kasih atas komplimentarinya. Tp mohon maaf utk urusan teknis, sy harus tanya tim IT. Mohon bersabar.
Apakah tujuan ndoro bikin krisis pangan utk promosi daging sintesis ndoro ya bg?
Memang kesana arahnya. Diakhir krisis selalu ada solusi, bukan?
DI Indonesia bukannya Pemerintah lagi giat-giatnya menjaga lahan sawah dengan adanya Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD) Bang ? Dengan dikeluarkannya Perpres 59 Tahun 2019 yg merupakan dasar hukum pengendalian alih fungsi lahan sawah yg bertujuan utk mempercepat penetapan peta lahan sawah yg dilindungi dlm rangka memenuhi dan menjaga ketersediaan lahan sawah untuk mendukung kebutuhan pangan nasional ? dan hal itu juga sudah berlaku di tempat saya Bang
ketahanan pangan nasional hanya sekedar jargon yang nggak akan bisa terealisasi. apakah mungkin seorang jongos mampu melawan kehendak tuan-nya?