Kapan Agenda Dijalankan?


519

Kapan Agenda Dijalankan?

Oleh: Ndaru Anugerah – 06052024

“Pandemi berikutnya sudah dekat menurut para ahli. Akankah lockdown diterapkan kembali?” demikian sebuah headline media mainstream. (https://news.sky.com/story/next-pandemic-is-around-the-corner-expert-warns-but-would-lockdown-ever-happen-again-13097693)

Media mainstream yang lain juga bersuara dengan nada yang kurleb sama, “Pandemi berikutnya akan segera datang. Apakah kita sudah siap menghadapinya?” (https://www.ft.com/content/d40a3add-8151-4910-aabd-3f1dafabcc35)

Sementara yang lain juga memberi penegasan atas content berita yang sama, “Ancaman pandemi berikutnya memerlukan tindakan yang sesegera mungkin saat ini.” (https://edition.cnn.com/2024/04/17/opinions/bird-flu-pandemic-threat-covid-mammals-yassif/index.html)

Ditambah lagi dengan rencana Gedung Putih dalam menggelar antisipasi kesiapsiagaan pandemi berikutnya. (https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2024/04/Global-Health-Security-Strategy-2024-1.pdf)

Apa yang bisa disimpulkan dari semua itu?

Plandemi berikutnya bakal ada, terlepas anda terima atau tidak. Dan itu perlu diantisipasi sejak dini oleh pihak yang berwenang.

Dengan kata lain, agenda plandemi jilid 2 bakal digelar dalam waktu dekat.

Rencana menggulirkan plandemi sudah tercium sejak lama. Pandemi treaty yang dibesut WHO menjadi penegasan atas rencana ini. (baca disini)

Tinggal tunggu waktunya kapan.

Selepas pandemic treaty, segudang rencana mulai coba digulirkan. Kalo mungkin anda lupa, cacar monyet salah satu rencananya, meskipun tidak meraih sukses karena public sudah apatis terhadap skenario tersebut. (https://news.un.org/en/story/2022/06/1121362)

Setelah gagal dengan cacar monyet, sang Ndoro mencoba kembali skenario baru yang bernama penyakit X yang konon nggak diketahui apa penyebabnya (untuk membuta orang makin parno). (https://www.newscientist.com/article/2413011-what-is-disease-x-and-do-we-need-to-worry-about-it/)

Lagi-lagi skenario ini gagal karena kurang dipersiapkan dengan matang.

Atau bisa jadi ini masih dalam taraf penjajakan supaya skenario plandemi berikutnya bisa dipersiapkan dengan lebih baik.

Pertanyaannya: apa narasi yang paling pas atas untuk plandemi selanjutnya?

Nrasi flu burung mungkin bisa dijadikan referensi.

Narasi bahwa wabah flu burung yang telah menular ke manusia, dianggap layak untuk dipertimbangkan. Setidaknya WHO telah menyatakan kekhawatirannya pada April silam. (https://www.forbes.com/sites/ariannajohnson/2024/04/18/who-warns-threat-of-bird-flu-spreading-to-humans-is-great-concern/)

Ada beberapa alasan bahwa flu burung layak dijadikan kandidat sebagai skenario plandemi berikutnya.

Pertama, flu burung dapat mendorong skenario transformasi pangan dengan lebih cepat. Dengan narasi kontaminasi, maka semua produk ternak, bakal dilarang untuk digunakan. (https://www.dailymail.co.uk/health/article-13328291/h5n1-bird-flu-milk-warning-world-health-organization.html)

Akibatnya barang langka di pasaran dan harga bakal melonjak secara otomatis. Untuk mengatasinya, maka akan ada produk pengganti yang telah dipersiapkan sebelumnya. Makanan transgenik alias produk-produk GMO. (https://theconversation.com/how-plant-based-diets-could-help-prevent-the-next-covid-19-159308)

Kedua, flu burung juga bisa dijadikan alasan pembenaran atas narasi perubahan iklim. Bahwa pemanasan global-lah yang menyebabkan plandemi flu burung terjadi. (https://www.sciencedaily.com/releases/2022/04/220428085820.htm)

Kapan skenario ini bakal dieksekusi?

Mari kita berandai-andai. Jika flu burung dijadikan narasi plandemi, maka setidaknya harus melewati fase musim dingin, dimana kasus flu bakal banyak terjadi. Ini berarti, sampai awal tahun 2025, skenario ini belum akan digelar.

Layaknya Kopit yang memakai orang yang terkena flu musiman sebagai korban yang terkena virus, maka plandemi flu burung juga akan memakai skenario yang sama. Dengan semakin banyak orang yang terkena flu saat musim dingin tiba, maka akan ada pembenaran bahwa flu burung sungguh terjadi.

Apakah lockdown bakal diterapkan kembali?

Saya pikir, merujuk pada masukan G20 yang diadakan di Bali tempo hari, maka lockdown nggak akan diterapkan lagi, dengan syarat orang harus dienjus dahulu sebagai syarat untuk bisa beraktivitas secara normal. Lagian, orang sudah jenuh dengan penerapan lockdown, bukan? (baca disini dan disini)

Jadi, vaksinasi wajib yang akan dikedepankan, dan bukan penerapan lockdown.

Dan skenario vaksinasi, akan dibuat lebih cepat. Begitu status plandemi diterapkan WHO, maka vaksinnya telah tersedia. Nggak pakai lama. (https://amp.theguardian.com/commentisfree/2024/mar/25/us-government-pandemic-virus-vaccine)

Dengan demikian, orang nggak diberikan pilihan untuk menolak rencana enjus massal, nggak seperti saat plandemi Kopit.

Padahal, mana ada ceritanya vaksin yang andal plus aman dan efektif bisa tersedia dalam waktu singkat? Itu vaksin apa tahu bulat?

Untuk menggelar skenario ini, apa yang menjadi penghalang utama?

Suara-suara independen yang selama ini berseberangan dengan narasi yang dikembangkan media mainstream. Karenanya, mereka yang menentang narasi plandemi, bakal dicap sebagai agen hoax atau sumber misinformasi, yang layak untuk dimusnahkan dari muka bumi. (https://committees.parliament.uk/committee/378/culture-media-and-sport-committee/news/200849/government-should-learn-lessons-from-pandemic-to-improve-communications-and-counter-misinformation/)

Dengan kata lain, akan ada upaya sistematis dalam memberantas suara-suara independen yang sejatinya bakal melawan narasi mainstream tentang plandemi berikutnya. Tanpa adanya suara yang kritis, maka skenario akan dapat berjalan dengan mulus tanpa hambatan.

Terlepas benar atau tidaknya prediksi yang saya buat, skenario plandemi berikutnya merupakan keniscayaan yang nggak akan terelakan. Itu pasti.

Masalahnya: siapkah anda manakala skenario itu terjadi?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!