Duet Maut di Kazakhstan


516

Duet Maut di Kazakhstan

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bagaimana kita tahu siapa yang ‘bermain’ di Kazakhstan saat ini, Bang?” tanya seorang.

Pertanyaan ini menyangkut analisa yang saya turunkan beberapa hari yang lalu, saat saya mengulas tentang situasi terkini di Kazakhstan. Disitu saya dengan jelas menyatakan ada ‘duet maut’ yang sengaja memancing di air keruh dengan kisruh yang ada di negara bekas Soviet tersebut. (baca disini)

Seperti kita semua mahfum jika AS adalah sponsor utama banyak revolusi warna yang banyak terjadi di belahan dunia. Dari mulai Revolusi Beludru di tahun 1989 yang melanda Cekoslowakia, Revolusi Buldoser di tahun 2000 yang melanda Yugoslavia, hingga Revolusi Soket di tahun 2015 yang melanda Armenia, semua ada jejak AS di dalamnya.

Itu belum lagi Arab Springs yang juga merupakan kelanjutan revolusi warna yang disponsori AS, dan melanda dunia Arab dari mulai Tunisia hingga Suriah. (baca disini, dan disini)

Semua digelar dengan satu tujuan: melibas siapapun rezim yang berkuasa di suatu negara, yang tidak sejalan dengan garis kebijakan Washington. Tentu saja bahasa yang digunakan diperhalus dengan memakai istilah ‘anti-demokrasi & HAM’.

Dan itu yang kini terjadi di Kazakhstan.

Awalnya pasukan CSTO masuk ke Kazakhstan, setelah presiden Kassym Tokayev meminta bantuan dalam menangani situasi keamanan di negaranya.

Menanggapi masuknya pasukan CSTO ke gelanggang, AS meradang. Ini dapat terlihat pada ‘bersuaranya’ media mainstream sekelas New York Times.

Bahkan dalam sebuah ulasannya, NYT mengklaim bahwa pasukan CSTO pimpinan Rusia telah membunuh puluhan pengunjuk rasa anti-pemerintah. (https://www.nytimes.com/live/2022/01/06/world/kazakhstan-protests?smid=tw-nytimes&smtyp=cur#kazakhstan-protests)

Itu laporan diturunkan pada 6 Januari, yang berarti asumsinya pasukan CSTO telah masuk ke Kazakhstan sebelum tanggal tersebut. Sementara pasukan CSTO baru masuk Kazakhstan pada 6 Januari. Lantas, pasukan mana yang dimaksud NYT? (https://thediplomat.com/2022/01/csto-deploys-to-kazakhstan-at-tokayevs-request/)

Dan setelah berhasil menjaga situasi kondusif di Kazakhstan, kembali negara tersebut menerima serangan teror. Tercatat 2 penegak hukum terpenggal kepalanya, dan beberapa lainnya tewas mengenaskan akibat serang teror tersebut. (https://www.abc.net.au/news/2022-01-06/apn-kazakhstan-unrest/100743000)

Siapa pelakunya?

Temuan pada beberapa rumkit di Kazakhstan, cukup menarik untuk disimak. Dikatakan bahwa pihak rumkit telah menerima pasien warga negara asing yang hanya bisa berbicara bahasa Arab. (https://www.eg24.news/2022/01/kazakhstan-the-presence-of-foreigners-who-speak-arabic-among-the-injured-in-hospitals.html)

Bukan itu saja karena pihak berwenang juga mendapati beberapa pelaku teror yang ditahan, akhirnta mengungkapkan bahwa mereka memang dipasok dan didanai oleh ‘pihak tertentu’ yang tujuannya meneror pemerintah Kazakhstan.

Nggak perlu jadi seorang Einstein untuk menjawab teka-teki ini, bukan? Petunjuknya: siapa yang punya cukup dana untuk menggerakkan demonstrasi massa plus mendanai aksi teror?

Asal tahu saja, bahwa untuk mendanai revolusi warna, butuh dana yang nggak sedikit. Ada spanduk yang dibuat, pelatihan para koordinator lapangan, sarana komunikasi yang memadai dan nggak ketinggalan media ‘independen’ yang akan meliput aksi dengan ‘benar’.

Dan hanya USAID yang punya kekuatan dan pengalaman untuk menjalankan itu, yang ‘biasanya’ akan berkolaborasi dengan CIA selaku lengan deep-state. (baca disini)

Sekarang kita tengok, bagaimana sepak terjang USAID di Kazakhstan.

Sebuah program yang bernama Support for Freedom of Association in Kazakhstan telah menerima dana segar dari USAID sebesar USD 750 ribu pada Maret 2021 silam. (https://www.state.gov/statements-of-interest-requests-for-proposals-and-notices-of-funding-opportunity/drl-support-for-freedom-of-association-in-kazakhstan/)

Pada April 2021, sebuah LSM yang bergerak di bidang HAM di Kazakhstan, telah menerima kucuran dana dari USAID sebesar USD 800 ribu. (https://www2.fundsforngos.org/latest-funds-for-ngos/usaid-almaty-kazakhstan-human-rights-activity/)

Dan pada Desember 2021 silam, USAID kembali mengucurkan dana bagi kampanye kebebasan beragama yang ada di Kazakhstan, sebesar USD 740 ribu. (https://www2.fundsforngos.org/latest-funds-for-ngos/drl-fy21-irf-promoting-international-standards-for-religious-freedom-in-kazakhstan/)

Apa cuma USAID yang bermain di Kazakhstan?

Nggak juga.

Ada rekan tandem-nya yang bernama NED yang juga membantu ‘demokratisasi dan HAM’ yang ada di Kazakhstan. Sederet rincian bantuan telah diberikan. Silakan anda plototin sendiri daftarnya. (https://www.ned.org/region/eurasia/kazakhstan-2020/)

Belum lagi rencana opa Biden yang akan meningkatkan pembiayaan bagi proyek demokratisasi ala AS di kolong jagat. (https://www.straitstimes.com/world/united-states/biden-hails-democracies-values-at-summit-snubbing-russia-china)

Singkatnya, ada kepentingan AS dibalik pemberian ‘sumbangan’ kepada LSM yang ada di Kazakhstan.

Jika kemudian ada campur tangan CSTO dalam ‘menetralisir’ suasana ricuh di Kazakhstan dan media mainstream sekelas NYT ‘bersuara keras’ dengan menebar hoax yang selaras dengan ketidaksukaan AS dalam menanggapi situasi kondusif di sana, apakah itu hanya kebetulan?

Wajar kalo AS bereaksi keras atas bantuan CSTO, karena dana sudah banyak digelontorkan, tapi situasi nggak berjalan seperti yang diharapkan. Istilahnya: rugi bandar.

Itu sponsor utamanya. Lalu bagaimana dengan Turki?

Sudah sejak lama Kazakhstan menyuarakan tuntutan pan-Turkisme. Dulu, semasa Joseph Stalin berkuasa di Soviet, ada penyair Kazakh (Magzhan Zhumabayev) yang kerap menyuarakan gerakan pan-Turki. Dan menanggapi gerakan ini, Stalin lalu ‘membungkam’-nya. (https://www.inform.kz/ru/proizvedeniya-magzhana-zhumabaeva-prezentovali-v-yunesko_a3237115)

Lalu, di masa pemerintahan Nursultan Nazarbayev, Kazakhstan mendaulat tahun 2018 sebagai tahun kebangkitan Magzhan Zhumabayev. Ngapain repot-repot mendeklarasikan seseorang yang menyuarakan ide pan-Turki? (https://tengrinews.kz/kazakhstan_news/masshtabnyie-prazdnovaniya-125-letiya-magjana-jumabaeva-347325/)

Sikap makin diperjelas, saat presiden Nazarbayev membuat kota suci dunia Turki di Kazakhstan, pada wilayah Turkestan. (https://www.inform.kz/rus/obrazovana-turkestanskaya-oblast-ukaz-prezidenta_a3293822)

Artinya, secara historis ada kaitan erat antara Kazakhstan dan Turki.

Kalo kemudian AS menggandeng Turki dalam menggelar proyek bersama (terutama dalam menggalang kelompok-kelompok teror), apakah itu hanya kebetulan atau justru by-design?

Bukankah proyek perang di Suriah, telah menegaskan kerjasama keduanya?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!