Mengupas Deep State (*Bagian 3)


524

Mengupas Deep State (*Bagian 3)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian kedua tulisan, saya telah mengulas tentang bagaimana CIA dapat menjalankan operasinya berbekal bisnis kotor yang dilakukannya, mulai dari otak-atik dana pemulihan pasca perang, perdagangan narkoba, hingga bisnis perdagangan senjata.

Jadi uang yang didapat dari bisnis kotor tersebut, kelak bakal dipakai CIA dalam menjalankan misi rahasianya menyokong upaya yang dimiliki kartel Ndoro besar alias Deep State. (baca disini)

Bagaimana bisnis kotor CIA dilakukan di Timteng yang kaya akan minyak?

Di Iran pada 1951, PM Mossadeq secara mengejutkan berencana menasionalisasi AIOC alias Anglo-iran Oil Company. Langkah yang diambil Mossadeq sangat memukul kartel minyak alias Big Oil yang dikenal juga sebagai the Seven Sisters of Cartel. (Standard Oil of New Jersey, Standard Oil of New York, Standard Oil of California, Gulf Oil, Texaco, Royal Dutch Shell dan AIOC yang belakangan ganti nama menjadi British Petroleum).

Kenapa memukul bisnis kartel?

Karena Mossadeq telah mengusik kartel minyak global yang sesunguhnya.

Dan kalo anda jeli melihat, walaupun berbeda-beda perusahaan, namun pada esensinya mereka ya DLDL. Jadi kalo satu dicolek, maka sudah pasti yang lain pasti akan bereaksi untuk membelanya.

Dan benar saja, rencana Mossadeq langsung mendapat perlawanan kartel dengan cara memboikot produksi minyak di Iran.

Akibatnya bisa ditebak, produksi minyak turun dari 241 juta barel di tahun 1950, menjadi hanya 10,6 juta barel di tahun 1952. Ini bisa dilakukan karena kartel deep state menguasai 99% kapal tanker minyak mentah dunia dan juga jaringan distribusinya.

Sebagai gantinya, ARAMCO-lah yang ‘didesak’ untuk menutup kekurangan ekspor minyak Iran dengan menggenjot produksi minyak mentahnya pada 1951-1953. (https://antilogicalism.com/wp-content/uploads/2019/04/sorrows-empire.pdf)

Silakan anda baca: Darkest Truths of Black Gold: An Oil Industry Executive Breaks the Industry’s Code of Silence karya Robert Palmer Smith (2007) agar paham duduk masalahnya.

Dan wacana untuk menggulingkan Mossadeq tinggal tunggu eksekusi saja.

Namun saat itu Harry Truman selaku presiden AS, menolak rencana itu.

Tapi semua berganti cerita, saat pilpres 1953, dimana Dwight Eisenhower terpilih sebagai presiden AS menggantikan Harry Truman. Penunjukkan Dulles bersaudara sebagai Sekretaris Negara dan kepala CIA, langsung menguatkan rencana penggulingan kartel pada Mossadeq. 

Siapa juga yang memberikan sokongan penuh guna terpilihnya seorang Eisenhower ke puncak kepemimpinan di AS saat itu? (http://www.nysm.nysed.gov/common/nysm/files/barrett_-_millionaires_are_more_democratic_now_a.pdf)

Singkat cerita, Mossadeq berhasil digulingkan dengan sandi operasi Ajax di tahun 1953, dengan membenturkan dirinya yang dinarasikan sebagai pemimpin pro-Komunis pada dunia Islam. (baca disini)

Apa yang bisa disimpulkan?

Kartel minyak sebagai komponen struktural dari deep state, memang nggak bisa dipandang sebelah mata. Bagaimana kartel ini terkoneksi dengan CIA dan juga korporat Wall Street, kita sudah bisa lihat dengan jelas kaitannya.

Jadi, penggulingan Mossadeq bukan semata-mata dipandang karena dia merupakan sosok pro-komunis yang kemudian digulingkan oleh CIA.

Bukan begitu ceritanya.

Mossadeq digulingkan karena dirinya telah melakukan langkah politis yang mengganggu kerja laten kartel minyak global alias deep state. Dan CIA akan selalu digunakan untuk memuluskan agenda kartel, karena pada esensinya CIA adalah kepanjangan tangan dari kartel itu sendiri.

Sampai sini saya harap masalahnya clear.

Selain kartel minyak, apalagi yang terkoneksi dengan Wall Street?

Kontraktor intelijen, jawabannya.

Tim Shorrock selaku penulis Spies for Hire (2011) mengatakan bahwa sekitar 70% dari sekitar USD 60 miliar anggaran negara AS di tahun 2007, dialihkan ke kontraktor intelijen swasta. Ada beberapa nama kondang disana, dari mulai Booz, Allen & Hamilton hingga SAIC (Science Applications International Corporation)

Bahkan Mike Lofgren menyatakan bahwa 99% bisnis Booz Allen Hamilton sepenuhnya bergantung pada pemerintah AS. Tanpa adanya kontrak yang diberikan pemerintah AS, maka perusahaan otomatis nggak punya proyek untuk digarap. (https://pdfgoal.com/downloads/the_deep_state_the_fall_of_the_consution_and_the_rise_of_a_shadow_government)

Kok bisa begitu?

Karena, mayoritas saham perusahaan dimiliki oleh firma Wall Street yang bernama Carlyle Group yang merupakan jaringan kartel deep state. (https://rense.com/general36/fat.htm)

Dan kedua, Booz Allen telah lama menjalin hubungan dengan Allen Dulles yang merupakan Direktur CIA di tahun 1953. Nggak aneh jika kemudian Booz Allen dilibatkan pada beberapa proyek CIA seperti operasi Ajax dalam upaya menggulingkan Mussadeq di Iran. (https://www.researchgate.net/publication/259815033_Safe_for_Democracy_The_Secret_Wars_of_the_CIA_by_John_Prados)

Berbekal kedua hal tersebut, menjadi wajar jika kemudian kontraktor intelijen swasta yang merupakan rekanan CIA dalam bergerak, selalu mendapatkan dana jumbo dari pemerintah AS saban tahunnya, karena mereka juga bagian dari kartel deep state.

Mengapa mereka membutuhkan kontraktor intelijen swasta?

Karena CIA nggak mampu meng-cover semua pekerjaan mereka. Itu pasti.

Selain itu, agar nggak terlalu mencolok keterlibatan CIA pada suatu negara, bukankah kontraktor swasta jauh lebih ‘bebas’ dalam bergerak? Jadi kalo ada kebocoran, bukan CIA yang kena getahnya, tapi kontrator tersebut.

Permainan yang bagus.

Lalu, apalagi yang menjadi simpul kartel deep state selanjutnya?

Pada bagian berikutnya saya akan coba mengulasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!