Tragedi Fukushima
Oleh: Ndaru Anugerah
Satu dekade yang lalu, bencana di reaktor nuklir Fukushima, Jepang terjadi, yang mengakibatkan 16 ribu kematian, 165 ribu orang mengungsi. (https://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/eight-years-after-fukushimas-meltdown-the-land-is-recovering-but-public-trust-has-not/2019/02/19/0bb29756-255d-11e9-b5b4-1d18dfb7b084_story.html)
Bencana tersebut digambarkan oleh Haruki Murakami sebagai bencana nuklir tanpa perang. “Kali ini nggak ada yang menjatuhkan bom pada kami, karena kami yang menghancurkan hidup kami sendiri.” (https://mls.cs.fiu.edu/exdrkuuqm/18-dr-brandon-veum-1/aeEPUum2S7LN-fukushima-disaster-how-a-tsunami-unleashed-nucle-9780756557461.pdf)
Ini bukan kali pertama dunia mengalami bencana akibat reaktor nuklir.
Dulu di tahun 1986, kebocoran reaktor Chernobyl di Ukraina juga punya masalah yang sama. Akibat kebocoran reaktor tersebut, 985 ribu orang tewas yang kebanyakan diakibatkan kanker. (https://www.wagingpeace.org/new-book-concludes-chernobyl-death-toll-985000-mostly-from-cancer/)
Kalo sekilas kita lihat dari korban tewas, Chernobyl lebih mematikan daripada Fukushima Daiichi. Namun kalo kita lihat dari dampaknya, Fukushima jauh lebih parah.
Kok bisa?
Seperti yang kita ketahui bersama, Fukushima Daiichi adalah milik perusahaan TEPCO (Tokyo Electric Power Co. Inc) sebagai pembangkit listrik terbesar yang ada di Jepang. Berdasarkan laporan yang dibuat, bahaya radiasi atas bocornya reaktor tersebut sudah tuntas. (https://www.scientificamerican.com/article/clearing-the-radioactive-rubble-heap-that-was-fukushima-daiichi-7-years-on/)
Nyatanya nggak juga.
Menurut penelitian yang dibuat oleh Dr. Helen Caldicott, reaktor Fukushima 3 telah membocorkan sejumlah plutonium yang belum dikonfirmasi dampaknya. “Sepersejuta gram plutonium telah terlepas, dan jika itu terhirup dapat menyebabkan kanker pada manusia.” (http://globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=28865)
Belum lagi pencemaran radioaktif di lautan yang telah mencapai Samudera Pasifik dan memicu hujan radioaktif di California.
“Unsur-unsur radioaktif berbahaya yang dilepaskan di laut dan udara di sekitar Fukushima telah mempengaruhi rantai makanan yang pada gilirannya berakhir pada manusia dan dapat mengakibatkan kanker,” ungkap Dr. Caldicott. (http://www.globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=24563)
Tapi kalo anda baca pada media mainstream, ulasan yang dikemukakan Dr. Caldicott nggak pernah anda temukan. Malah yang ditulis, “sejumlah kecil partikel radioaktif telah tiba di California, tetapi tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia.” (https://www.reuters.com/article/japan-quake-ctbto-radiation-idUSLDE72L0GA20110322)
Bahkan sekelas Greg Jaczko selaku ketua Komisi Pengaturan Nuklir AS mengatakan hal yang kurleb sama, “Bahaya radiasi Fukushima yang berbahaya tidak ditemukan di AS.” (https://www.reuters.com/article/instant-article/idUSWNA387020110317)
Dengan kata lain, media mainstream cenderung menutup-nutupi bahaya radiasi yang ditimbulkan oleh reaktor Fukushima.
Nyatanya radiasi radioaktif yang ditimbulkan telah mencemari air, lahan pertanian dan rantai makanan yang ada di Jepang. Setidaknya temuan di kota Shizuoka mengkonfirmasi hal tersebut.
Kota Shizuoka yang jaraknya 300 km dari Fukushima dan merupakan sentra penghasil teh terkemuka di Jepang, telah ditemukan sesium radioaktif yang melebihi ambang batas yang ditoleransi pada produk teh yang dibuatnya. (http://blog.alexanderhiggins.com/2011/06/15/5-companies-detect-radiation-tea-legal-limits-300-km-fukushima-27631)
Anda bisa bayangkan. Jarak 300 km saja masih terkena radiasi radioaktif, bagaimana dengan daerah yang jaraknya lebih dekat? Selain itu, apa iya radiasi nggak menyebar ke daerah lain lewat laut dan udara? (http://www.nnistar.com/gmap/fukushima.html)
Misalnya pabrik mesin Nissan yang ada di kota Iwaki yang jaraknya hanya 42 km dari Fukushima. Apa iya nggak terkena kontaminasi radiasi nuklir?
Sadar akan bahaya ini, komponen berteknologi asal Jepang, rawan akan bahaya radiasi radiokatif tersebut, pemerintah Rusia menyita mobil dan suku cadang Jepang yang telah diiradiasi pada pelabuhan Vladivostok. (https://bellona.org/news/nuclear-issues/nuclear-meltdown-in-japan/2013-08-russia-japan-in-a-tiff-over-car-import-contamination-concerns)
Kita bisa simpulkan, bahwa bahaya radiasi radioaktif Fukushima bukan sesuatu yang bisa dianggap sepele. Bahkan laporan yang dibuat Tokyo Electric Power Company menyatakan bahwa bahaya radiasi radioaktif di Fukushima baru akan berakhir pada tahun 2051 mendatang. (https://www.nucnet.org/news/removal-of-spent-fuel-debris-could-last-until-2051-tepco-says)
Lantas kenapa media mainsteam dan juga pejabat berwenang seolah menutup-nutupi kasus tersebut? Sebenarnya ada apa di Fukushima? Apakah benar tsunami yang mengguncang reaktor tersebut telah dirakayasa?
Laporan yang dibuat oleh Yoichi Shimatsu justru mengindikasikan bahwa dibalik reaktor nukllir Fukushima, pemerintah Jepang juga tengah membuat fasilitas senjata rahasia pada tempat yang sama. Dan ini dapat dilihat pada bukti-bukti yang ditemukan pasca ledakan. (http://globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=24275)
Satu yang anda perlu tahu, bahwa dalam membuat fasilitas senjata rahasia tersebut, AS terlibat di dalamnya mulai dari perusahaan General Electric selaku desainer pabrik hingga White House.
Nggak aneh kalo rahasia ini ditutup rapat, sebesar apapun risikonya.
Jadi bukan HAARP yang membuat tsunami menghantam Fukushima, tapi murni gejala alam.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Jepang punya hutang dengan Ndoro Besar g bang?
Malah sebaliknya, amerika yg punya utang sama jepang