Tifu-Tifu Gabener


510

2024 memang masih lama. Tapi aroma panasnya sudah mulai terasa. Tak terkecuali aksi akal-akalan yang dilakukan gabener pujaan ummat 212 yang sudah didaulat sebagai seorang capres digelaran 2024 nanti.

Untuk nyapres, butuh dana gede. Sekitar 6-7 trilyunan angkanya. Nah duit segitu gede, yang mau nyumbang siapa? Apa mungkin jin dari lampu wasiat?

Sekedar info, dana besar inilah yang tempo hari mengkandaskan niatan duet maut Anies dan AHY sebagai penantang paslon JOMIN di gelaran pilpres 2019 yang lalu. (baca disini)

Namun kejadian tempo hari, nggak boleh berulang mengingat wan Abud kini sudah mengantongi ijin dari tuan besar di Los Angeles sana. (baca disini) Karenanya, perencanaan matang, mutlak diperlukan untuk memenangkan kontestasi. Tak terkecuali fulus yang besar itu tadi.

Skenario yang dimainkan apalagi selain manipulasi anggaran. Apa yang bisa menyebabkan aksi sulap-menyulap ini bisa berhasil? Tak lain karena adanya kolaborasi antara lembaga anti rasuah dan dayang-dayang sang gabener di TGUPP. Aliasnya disana-sini doi punya bekingan.

Otomatis, amanlah aksi petakupet dilakukan. At least so far…

Tapi yang namanya aksi akal-akalan itu ibarat kentut. Cepat atau lambat bakal terendus juga baunya. Inilah yang terjadi belakangan ini.

Adalah William Adiyta Sarana selaku anggota DPRD DKI Jakarta dari PSI yang membongkar praktik akal-akalan tersebut. Ini dilakukannya setelah ada pertanyaan dari seorang netizen melalui akun media sosial miliknya.

Skip-skip…akhirnya muncullah angka-angka yang spektakuler untuk sebuah anggaran.

Adalah anggaran untuk pembelian lem Aibon dalam program belanja ATK 2020 bagi Sudin Pendidikan Jakarta Barat senilai Rp. 82,8 milyar. Rencananya lem tersebut akan diberikan kepada 37.500 murid sekolah selama 12 bulan. Entah untuk apa? Mungkinkah untuk ngelem?

Nah terus, angkanya nggak kalah menakjubkan. 1 lem Aibon dipatok seharga Rp.184.000. Padahal di olshop, harganya cuma dibandrol ceban. Ada selisih Rp.174.000 per item. Kalo dikalikan didapatkan selisih angka Rp.78 milyaran.

Ada juga anggaran abrakadabra lainnya. Kali ini pulpen. Angkanya mencapai Rp. 123,8 milyar yang ditujukan bagi Sudin Pendidikan Jakarta Timur.  Rencananya pulpen tersebut diberikan kepada 98.332 orang selama 12 bulan. Harga per item dipatok Rp.105.000.

Angka segitu jelas mengada-ada. Mengingat harga pulpen sekelas snowman yang selama ini biasa dipakai dikalangan dinas pendidikan, harganya paling mahal cuma cebanan, sebijinya. Kalo dihitung maka akan ada selisih sekitar Rp. 112 milyaran. Menang banyak, bray…

Apakah anggaran extravaganza itu berhenti sampai disitu? Tentu tidak Rudolfo…

Ada lagi anggaran aktivitas promosi pariwisata dan budaya melalui media sosial dengan memakai jasa 5 influencer senilai Rp.5 milyaran.

Berikutnya dana untuk pembuatan jalur sepeda dengan menggunakan cat cold plastic impor yang mencapai angka fantastik Rp. 73 milyar.

Yang nggak kalah set, rencana pembangunan 30 septic tank communal senilai Rp.166,2 milyar.

Seiring dengan terbongkarnya rencana akal-akalan tersebut kepada publik, maka jurus ngeles mulai dilakukan. Namun sayangnya upaya klarifikasi tersebut nggak satu suara. Jadinya keliatan banget aksi dagelannya.

Klarifikasi pertama dibilang ada yang salah mengetik saat memasukkan angka ke dalam sistem e-budgeting. Nggak lama kemudian, pernyataan ini direvisi, bahwa nggak tuh ada anggaran seperti itu. Dan yang paling gres pernyataan gabener, “Yang salah itu sistem (e-budgeting)-nya yang merupakan warisan Ahok.” (30/10)

Mungkin sang gabener lupa, bahwa netizen itu bukanlah para kampret yang nggak ada otaknya. Aliasnya, salah sedikit, bakal runyam masalahnya.

Mbok ya, kalo mau main yang cantik dikitlah, nggak kampungan model gini.

“Akankah aksi simsalabim ini berakhir, bang?”

Ini sih sama aja nanya, “Habis makan telor banyak, mungkin nggak sih kentutnya bau minyak wangi?” Masalahnya, tiket 2024 sudah dikantongi, bray….

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!