Texas Sudah Kasih Buktinya


519

Texas Sudah Kasih Buktinya

Oleh: Ndaru Anugerah

Ada yang berbeda di Texas sana.

Setelah hampir setahun melakukan aksi lockdown, Gubernur Texas, Greg Abbott akhirnya mengakhiri kebijakan tersebut pada awal Maret silam. (https://open.texas.gov/uploads/files/organization/opentexas/EO-GA-34-opening-Texas-response-to-COVID-disaster-IMAGE-03-02-2021.pdf)

Segera kebijakan ‘reopening’ tersebut diberlakukan, maka Gubernur Abbott langsung panen ‘hujatan’.

“Ini akan memicu kematian massal di Texas,” begitu kurleb ucapan para politisi dan juga pakar kesehatan yang ada disana.

Bahkan Vanity Fair menulis dalam tajuk utamanya, “Gubernur Texas merayakan hari jadi Kopit dengan melakukan bukaan yang artinya akan dapat membunuh 500 ribu warga AS lagi.” (https://www.vanityfair.com/news/2021/03/greg-abbott-texas-covid-restrictions?utm_source=twitter&mbid=social_twitter&utm_medium=social&utm_social-type=owned&utm_brand=vf)

Lantas, kenapa Gubernur Abbott berani melakukan aksi bukaan kembali?

Karena, secara mendasar lockdown nggak bisa menghentikan penularan virus Kopit. Bahkan seketat apapun. (https://www.aier.org/article/lockdowns-do-not-control-the-coronavirus-the-evidence/)

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa beberapa negara bagian di AS yang tidak menerapkan lockdown, angka kematiannya justru lebih kecil daripada yang pakai kebijakan lockdown super ketat.

Ambil contoh Georgia yang telah membuka diri sejak 24 April 2020. (https://www.newsweek.com/its-been-one-week-since-georgia-eased-its-coronavirus-lockdown-reopened-businessesheres-where-1501487)

Lalu South Dakota yang nggak pernah melakukan lockdown. Carolina Selatan juga sudah membuka diri sejak Mei 2020 silam. Dan Florida juga sudah mengakhiri kebijakan lockdown pada September 2020 silam. (https://abcnews.go.com/Health/wireStory/florida-governor-reopening-states-economy-spread-73244205)

Setelah lebih dari 2 minggu berlalu, apa ada kematian massal di Texas sana seperti banyak prediksi banyak orang?

Kita tengok datanya, biar jelas duduk masalahnya.

Merujuk pada data yang dikeluarkan CDC, kita akan coba bandingkan antara negara-negara bagian yang melakukan strategi lockdown (penguncian) seperti California dan Massachusetts dengan negara bagian yang nggak menerapkan strategi lockdown seperti Georgia, Florida, Texas dan South Carolina. (https://covid.cdc.gov/covid-data-tracker/#compare-trends_newdeathsper100k)

Dalam gambar di atas, dapat kita simpulkan bahwa lockdown nggak kasih efek apa-apa terhadap Kopit, baik menghentikan angka penyebaran ataupun menurunkan angka kematian. Toh sama saja dengan yang nggak menerapkan lockdown.

Sebaliknya, dengan memberlakukan lockdown, sektor industri hancur lebur, anak-anak nggak bisa sekolah, mall-mall pada tutup dan banyak lagi kerugian yang dihasilkan.  

Singkatnya, kebijakan karantina alias lockdown, terbukti nggak efektif dalam menghentikan laju penyebaran virus, sebaliknya malah membuat runyam masalah yang ada.

Jadi premis yang bilang kalo nggak lockdown maka akan banyak kematian massal, itu hanya isapan jempol belaka yang dibangun berdasarkan asumsi dan tanpa data yang valid.

Dan ini terbukti di Texas.

Saat ini, kasus dan kematian akibat Kopit turun secara drastis, meskipun awalnya banyak pihak menentang dan mencoba menakut-nakuti publik akan datangnya kematian massal di Texas akibat tidak menerapkan lockdown. (https://www.worldometers.info/coronavirus/usa/texas/)

Masih mau pakai asumsi dan katanya-katanya mlulu?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


4 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Setelah mengikuti semua tulisan, kesimpulannya setelah covid kemungkinan besar dunia akan makin panas, kira2 haji masih mungkin ada ngk Bang dalam waktu dekat ?

error: Content is protected !!