Siapa Merancang Perang? (*Bagian 2)
Oleh: Ndaru Anugerah – 14112024
Pada bagian pertama tulisan kita sudah bahas tentang alasan ‘sesungguhnya’ dari konflik besar yang bernama Perang Dunia I. Jadi bukan pembunuhan Franz Ferdinand yang menyebabkan konflik ini terjadi, tapi karena adanya ambisi dari seorang Cecil Rhodes dalam menaklukan dunia di bawah payung Anglo-Saxon. (baca disini)
Masalahnya, saat pertemuan di London digelar, Amerika Serikat saat itu telah lepas dari cengkraman sang Ndoro besar dengan menolak konsesi Second Bank of United States yang dikelola kartel The Rothschild. (baca disini)
Baru di tahun 1913 (lewat rekayasa panik 1907), AS dapat kembali ke pangkuan sang Ndoro besar dengan didirikannya Federal Reserved Bank (The Fed) selaku otoritas pengatur keuangan di AS dan juga pasar global. Itupun, posisi AS secara politik, belum merupakan bagian dari Kekaisaran Anglo-Saxon. (baca disini)
Saat itu, AS yang telah lepas dari pangkuan, ingin ditarik kembali oleh Rhodes, dalam rangka mewujudkan Kekaisaran Anglo-Saxon yang kelak akan ‘menyerap kekayaan dunia’.
Pertanyaannya: bagaimana caranya?
Di sisi yang lain, ada ancaman eksponensial yang perlu dicermati kelompok rahasia Rhodes dalam upaya menaklukkan dunia. Ancaman itu adalah Jerman.
Di tahun 1871, negara-negara bagian Jerman modern yang sebelumnya terpisah, bersatu kembali (reunifikasi) dalam satu kekaisaran di bawah kepemimpinan Wilhelm I. Konsolidasi dan industrialisasi yang dilakukan Jerman, telah mengubah peta kekuatan Eropa saat itu.
Dengan kata lain, musuh Inggris saat itu bukan lagi musuh-musuh tradisionalnya seperti Perancis ataupun Rusia, tapi beralih ke Kaisaran Jerman dalam upaya menaklukkan Eropa.
Dan jika tren kemajuan yang ditunjukkan Jerman terus berlanjut, bukan nggak mungkin Jerman akan mampu menyaingi dan melampaui Kekaisaran Inggris baik secara ekonomi, teknologi dan juga militer.
Kesimpulannya: Jerman harus diperangi layaknya Spanyol, Portugal ataupun Perancis.
Hanya ada satu cara untuk menghentikan ini, yaitu mengubah Perancis dan Rusia yang tadinya musuh tradisional Inggris, menjadi kawan dalam rangka menghentikan laju Jerman. (https://id.everand.com/book/376522474/The-Two-Edwards-How-King-Edward-VII-and-Foreign-Secretary-Sir-Edward-Grey-Fomented-the-First-World-War)
Untuk memuluskan rencana ini, maka kelompok rahasia Rhodes yang belakangan dijalankan oleh Alfred Milner (setelah kematian Rhodes di tahun 1902) langsung atur strategi.
Pertama, Inggris mengganti Dubes-nya di Rusia dengan Charles Hardinge di tahun 1904, yang tentu saja berhaluan anti Jerman serta menunjuk Edward Grey sebagai Menlu Inggris di tahun 1905. Tentu saja keduanya berasal dari kelompok rahasia yang sama.
Untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Perancis, Inggris tidak menemukan masalah yang berarti karena Menlu Perancis ssat itu, Theopile Delcasse, punya pemikiran anti Jerman.
Melalui strategi ini, maka panggung diplomatik bisa digelar dalam rangka menghancurkan Jerman, dengan Perancis di sebelah barat dan Rusia di sebelah timur. Singkat kata, Triple Entente sukses digelar dengan tujuan bersama mengalahkan Jerman. (https://www.britannica.com/topic/Triple-Entente)
Yang diperlukan selanjutnya hanyalah sebuah peristiwa sebagai pemicu yang bisa di blow-up untuk menjalankan skenario yang telah disusun sebelumnya. Ini bisa terjadi karena pers internasional yang utamanya berbahasa Inggris, telah dikuasai kelompok Milner.
Anda tentu masih ingat dengan William T. Stead selaku editor Pall Mall Gazette yang punya koneksi surat kabar global berpengaruh. Stead merupakan anggota kelompok rahasia Milner juga yang tentu saja mudah mengeksploitasi peristiwa untuk menggiring opini publik dengan jaringan media global yang dimilikinya.
Setelah merencanakan dengan cukup matang, maka peristiwa penembakan Franz Ferdinand dan istrinya Sophie Chotek oleh kelompok teroris bersenjata Serbia (Black Hand) dapat dijadikan entry point.
Narasinya begini: pada 28 Juni 1914, Pangeran Franz dan istrinya mengadakan kunjungan kenegaraan ke Bosnia yang telah sukses dianeksasi oleh Austro-Hongaria.
Meskipun ini bukan kunjungan yang aman, nyatanya ini tetap dilakukan Franz dan rombongannya, yang anehnya tanpa pengawalan super ketat. Masa iya, kunjungan ke wilayah yang baru saja dianeksasi pakai mobil dengan atap terbuka?
Dan seperti diprediksi sebelumnya, Franz sukses ditembak mati sehingga kematiannya membuat Austro-Hongaria ‘ngamuk’ dan memberikan ultimatum kepada Serbia untuk menyelesaikan masalah itu.
Sialnya, Serbia justru tidak menggubris ultimatum tersebut yang menyebabkan Austro-Hongaria naik pitam dan langsung mendeklarasikan perang terhadap mereka, tepat 1 bulan setelah penembakan terjadi.
Menanggapi ajakan perang yang diberikan Austro-Hongaria, Serbia langsung minta perlindungan ke Rusia dan Rusia tentu saja mengajak Perancis sebagai sekutunya pada perang tersebut.
Di pihak Austro-Hongaria juga nggak kalah set dalam meminta dukungan, karena mereka menggandeng Kekaisaran Jerman, dan kemudian Jerman meminta Kekaisaran Turki Ottoman Utsmaniyah sebagai sekutunya untuk terlibat pada perang tersebut.
Lalu kenapa Inggris ikutan bergabung pada perang tersebut?
Ini adalah alasan yang sangat mudah untuk dikarang. Dikatakan bahwa Inggris akhirnya terlibat pada PD I setelah melihat aksi Jerman menduduki Belgia yang saat itu dianggap sebagai negara netral.
“Kalo saja negara yang netral bisa diserang Jerman, apakah ada jaminan kalo Inggris nggak juga mengalami nasib serupa?” begitu kurleb alasan mengapa akhirnya Inggris terlibat aktif pada PD I. (https://www.iwm.org.uk/history/how-the-world-went-to-war-in-1914)
Dengan skenario ini, maka PD I nggak terlalu sulit untuk digelar.
Lantas bagaimana caranya agar AS juga ikutan terlibat pada perang tersebut? Kan nggak mungkin juga ujug-ujug Inggris meminta pemerintahan Woodrow Wilson untuk terlibat tanpa alasan yang jelas?
Pada bagian selanjutnya kita akan bahas.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)