Sekolah Davos (*Bagian 1)


518

Sekolah Davos (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pernahkah anda berpikir kritis, bagaimana mungkin ada lebih dari 190 negara di seluruh dunia, telah mengambil langkah penanganan Kopit dengan cara yang hampir sama.

Dari mulai lockdown, pemakaian masker, social distancing hingga kartu vaksin, semuanya bisa berjalan dengan sempurna, tanpa ada keraguan sedikitpun.

Apakah ini terjadi secara kebetulan? Bagaimana mungkin para pemimpin di dunia punya koordinasi yang demikian hebatnya, jika ini diasumsikan terjadi secara spontan?

Atau kita justru punya premis yang berbeda. Plandemi ini terjadi justru by design, yang mana semua aparatur di dunia telah lama dipersiapkan dalam menyukseskan skenario plandemi ini.

Kalo memang premisnya demikian: bagaimana rencana dipersiapkan secara matang?

Jawabannya mungkin ada pada sekolah yang dibentuk oleh dedengkot WEF, Prof. Klaus Schwab, yang bernama Global Leaders for Tomorrow dan kini berganti nama menjadi Young Global Leaders/YGL (sejak 2004 silam). Alumni sekolah ini telah banyak menjadi pemimpin global yang kondang.

Adalah ekonom sekaligus jurnalis berkebangsaan Jerman yang bernama Ernst Wolff yang mencoba membuka tabir dibalik sekolah Davos tersebut. “Ada agenda tersembunyi dibalik tindakan Kopit yang diberlakukan di seluruh dunia,” ungkap Wolff. (https://odysee.com/@CALIS:5/ernst-wolff-%E2%96%B8-corona-ausschuss-%C3%BCber:d) (https://odysee.com/@PandemicParallaxView:6/ErnstWolff-UncoveringTheCoronaNarrative-Aug2021:4)

Saya sarankan anda lihat siaran podcast yang dibuat oleh Ernst Wolff tersebut.

Menurut Wolff, cerita dimulai saat European Management Forum (EMF) yang merupakan sebuah LSM yang didirikan Schwab di Swiss pada 1971 silam, saat dirinya berusia 32 tahun.

Setelah mendirikan EMF, Schwab mulai rajin menggelar konferensi tahunan di Davos yang bertujuan untuk mempertemukan para pemimpin politik dan bisnis yang ada di seluruh dunia.

Soal dana operasional EMF (yang di tahun 1987 berubah nama menjadi World Economic Forum/WEF), anda nggak perlu khawatir karena kartel Ndoro besar (ribuan perusahaan multinasional plus jaringan perbankan) ada dibalik LSM tersebut.

Dengan dana operasional yang tak ada limit-nya tersebut, maka dalamawaktu singkat Schwab berhasil mengumpulkan 440 eksekutif dan 31 negara di dunia pada konferensi pertama mereka di Davos pada Februari 1971.

Menurut Wolff, selain dana operasional yang besar, Schwab juga didukung oleh seorang Henry Kissinger, yang dikenal luas sebagai murid kesayangan David Rockefeller. Lewat bantuan Kissinger, Schwab dapat mengintegrasikan Harvard Business School dalam jaringan WEF.

Nggak aneh jika Kissinger adalah salah satu tokoh yang dianggap berjasa sekaligus mentor dalam hidup Schwab. (https://www.kearney.com/web/world-economic-forum/article?/a/global-security-in-davos-or-how-henry-kissinger-remains-in-the-spotlight)

Seiring berjalannya waktu, agenda WEF mulai diperluas. Jika awalnya hanya politisi dan pebisnis berpengaruh di kolong jagat, maka keanggotaannya mulai diperluas dengan memasukkan tokoh-tokoh media mainstream yang ada dunia dan juga kalangan selebritis.

Sekarang kita mau fokus pada siapa saja alumni YGL yang ada di dunia?

Sejak kelas pertama dibuka di tahun 1992 silam, alumni-nya merupakan tokoh-tokoh pemimpin dunia yang kita kenal. Ada Angela Merkel, Nicolas Sarkozy, hingga Tony Blair. “Hingga kini, YGL telah mencetak alumni sebanyak 1300 orang yang tersebar di seluruh dunia,” ungkap Wolff.

Cuma, bukan disitu fakta yang menarik untuk diungkap.

Wolff mengatakan bahwa mayoritas pemimpin dunia saat ini, merupakan alumni sekolah Davos. Jangan heran jika kerjasama internasional bisa dilakukan dengan sangat baik, karena mereka merupakan jaringan sekolah yang sama.

Nggak percaya? Mari kita buka datanya.

Pertama ada nama Jacinda Ardern yang saat ini menjabat sebagai PM Selandia Baru, yang kebijakan Kopit-nya sangat dipuji oleh otoritas kesehatan global. (https://www.nzherald.co.nz/nz/covid-19-coronavirus-world-health-organisation-praises-new-zealands-response/IDEQJDGRZEXLUW2HBODEQBVRRY/)

Selain itu ada nama Emmanuel Macron yang saat ini menjadi orang nomor 1 di Perancis. Ada juga nama Sebastian Kurz yang saat ini menjabat sebagai Kanselir Austria. Berikutnya ada Viktor Orban yang kini menjadi PM Hongaria dan juga Gavin Newsom yang kini berperan sebagai Gubernur California.

Masih banyak lagi yang lainnya yang nggak mungkin juga saya tuliskan satu persatu. Anda bisa membacanya sendiri. (https://www.tarableu.com/klaus-scwabs-wef-alumni-a-list/)

Selain di bidang perpolitikan global, YGL juga mencetak pemimpin di bidang industri. Salah satunya adalah Bill Gates yang merupakan alumni kelas 1993, dan Jezz Bezos yang merupakan orang nomor satu di ritel online Amazon.

Dalam bidang media, sekolah Davos juga berhasil mencetak kader terbaik mereka. Sebut saja Dr. Sanjay Gupta yang merupakan kepala koresponden medis CNN, yang paling getol menyuarakan narasi Kopit melalui medianya.

Ada juga Dr. Leana Sheryle Wen yang merupakan kolumnis medis pada The Washington Post. Dan yang nggak ketinggalan ada nama Anderson Cooper yang merupakan pembawa acara senior pada CNN.

Dengan adanya temuan ini, Wolff mengatakan bahwa alumni sekolah Davos, sengaja dipilih, diperiksa dan dipersiapkan sejak lama untuk sebuah misi yang akan dijalankan WEF. Menjadi masuk akal jika plandemi Kopit bisa dijalankan dengan sangat rapih, karena didukung oleh kepemimpinan mereka yang nggak lain adalah kader terbaik sekolah Davos.

Dan di tahun 2011 silam, WEF kembali mendirikan Global Shapers Community yang berisi kader terbaik yang ada di kolong jagat, guna mengisi kepemimpinan dunia di masa depan. (https://www.globalshapers.org/)

Apakah paparan yang diberikan Wolff cukup sampai disini? Tentu saja tidak.

Kita akan lanjut pada bagian kedua nanti.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!