Sang Sultan Galau


510

Sang Sultan Galau

Oleh: Ndaru Anugerah – 25032025

Apa hal menarik yang sedang terjadi di Turki akhir-akhir ini?

Sang Sultan Erdogan yang sudah merasa gerah dengan popularitas pesaing-nya dari kubu Partai Rakyat Republik (CHP), Ekrem Imamoglu.

Walaupun pemilu bakal digelar pada 2028 mendatang (masih cukup lama), namun popularitas Imamoglu terus meroket. Dan ini buat sang Sultan ketar-ketir.

Berbekal elektabilitas inilah, pada pemilihan pendahuluan di internal partai CHP, Imamoglu telah didaulat sebagai kandidat utama yang akan otomatis menantang kandidat dari partai AKP yang sukses mengantar Erdogan sebagai penguasa di Turki. (https://news.sky.com/story/turkish-president-erdogans-main-rival-ekrem-imamoglu-formally-arrested-and-jailed-pending-trial-13334195)

Sasus beredar, bahwa sang Sultan berupaya mengubur mimpi dari Imamoglu yang tengah naik daun tersebut, dengan cara mengirim-nya ke hotel prodeo.

Ekrem Imamoglu sendiri adalah penguasaha ritel asal Turki yang berhasil dilantik sebagai Walikota Istanbul pada 2019 silam. Meskipun proses pilkada berhasil dianulir oleh AKP, nyatanya mayoritas warga Istanbul menginginkan sosok Imamoglu sebagai pemimpin. (baca disini)

Singkat cerita, pada 23 Maret kemarin, Imamoglu yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Istambul, dijebloskan ke penjara dengan tuduhan mendukung aksi terorisme dan juga melakukan aksi korupsi. (https://www.dailysabah.com/politics/turkish-court-jails-istanbul-mayor-imamoglu-pending-trial/news)

Aksi demonstrasi-pun merebak di kota-kota besar di Turki, menaggapi penangkapan Imamoglu oleh rezim Erdogan.

Apa maksud mendukung aksi terorisme?

Berdasarkan tuduhannya, Imamoglu dituding menjalin hubungan dengan kelompok teroris PKK (Partai Buruh Kurdistan) yang telah sukses menewaskan 30 ribu orang selama 3 dekade. (https://www.crisisgroup.org/europe-central-asia/western-europemediterranean/turkey/turkey-s-pkk-conflict-death-toll)

Sedangkan tuduhan kedua yang nggak kalah mengerikan adalah perilaku korup dari Imamoglu saat dirinya berkuasa di Istanbul.

Benar atau tidaknya tuduhan itu, memang itu harus dibuktikan oleh rezim Erdogan.

Menanggapi penangkapan ini, Imamoglu bersuara lantang, “Tidak ada yang bisa selamat, baik itu sendirian ataupun secara bersama-sama (terhadap rezim Erdogan).” (https://x.com/imamoglu_int/status/1903391138163184024?ref_src=twsrc%5Egoogle%7Ctwcamp%5Eserp%7Ctwgr%5Etweet)

Lantas kenapa seorang Imamoglu ditangkap?

Walaupun terdengar klise, tapi alasan yang paling masuk akal adalah dirinya dipandang sebagai kompetitor utama bagi AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) untuk bisa berkuasa kembali di Turki.

Sekedar flash-back, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) nggak cukup punya pengaruh di Turki hingga pemilu di tahun 2002 silam. Partai yang mengusung sektarian Islam ala Ikhwanul Muslimin tersebut berhasil mengantongi sekitar 34% suara, dan terus meningkat. (https://www.theguardian.com/world/2002/nov/04/2)

Puncaknya pada pemilu 2011 silam, perolehan suara AKP nyaris menyentuh angka 50% dan menaruh 326 kursi di Parlemen Turki. (https://www.bbc.com/news/world-europe-13740147)

Sejak berkuasa, AKP mulai menempatkan pendukung-pendukungnya yang sektarian pada posisi-posisi kunci di lembaga negara, dari mulai kepolisian, badan intelijen, jaksa penuntut hingga para hakim.

Dengan kata lain AKP sengaja menaruh para pengikutnya pada posisi kunci untuk dijadikan alat penggebuk bagi siapapun yang coba memposisikan dirinya sebagai oposisi.

Selain itu, dengan penempatan tersebut, menjadi masuk akal bila posisi AKP pada setiap pemilu, nyaris tak tergoyahkan. Yah karena adanya pengerahan apparatus negara.

Belum lagi langkah Erdogan dalam memperbanyak jumlah penjara yang ada di Turki. Apalagi maksud sang Sultan selain menjebloskan pihak oposisi yang mencoba mengkritisi kebijakan pemerintahannya.

Tercatat, pemerintahan Erdogan mengalokasikan sekitar 13 miliar Lira untuk membangun 12 penjara baru di tahun 2016 saja, yang tentu saja diperuntukkan bagi mereka yang membangkang terhadap dirinya. (https://foreignpolicy.com/2021/08/08/turkey-prison-complex-erdogan/)

Jangan heran jika menurut laporan Dewan Eropa tahun 2022, Turki memimpin klasemen sebagai negara dengan jumlah tahanan terbanyak di Benua Biru tersebut. Bukan karena tingkat kriminalitas-nya, tapi karena banyak suara kritis-nya. (https://medyanews.net/turkey-tops-europe-in-prison-population-council-of-europe-report/)

Nggak cukup sampai disitu, sebab sang Sultan yang kini disembah oleh kaum Ikhwanul Muslimin sedunia itu (termasuk di Indonesia), terus mencoba memperpanjang masa jabatan-nya, dengan mengubah konstitusi yang ada.

Tercatat dirinya berhasil berkuasa di Turki dengan masa jabatan terlama, yakni 20 tahun. Rekor fantastic yang nggak pernah ada sebelumnya. (https://www.reuters.com/world/middle-east/erdogan-positioned-extend-rule-turkey-runoff-election-2023-05-27/)

Bukan nggak mungkin, Erdogan yang seharusnya akan lengser pada pilpres 2028 mendatang, bakal mengubah konstitusi kembali, agar dirinya bisa terus berkuasa di Turki lebih lama lagi.

Sialnya, popularitas AKP seakan mulai meredup. Pada pilpres 2023 yang lalu, partai tersebut hanya berhasil menang tipis dari partai pesaingnya yang mengusung Kilicdaroglu sebagai penantang sang Sultan.

Dan jajak pendapat terkini juga mengamini ikhwal melorot-nya popularitas AKP di mata masyarakat Turki pada proyeksi pilpres 2028 mendatang. (https://politpro.eu/en/turkey)

Disisi yang lain, enam partai oposisi di Turki (termasuk partai CHP) mulai menggalang aliansi dengan satu tujuan: menyatukan kekuatan untuk melawan AKP sejak 2022 silam. (https://www.swp-berlin.org/10.18449/2022C52v02/)

Makin seru saja persaingan yang terjadi di Turki.

Pertanyaan besar-nya: akankah sang Sultan bisa selamat dari upaya pendongkelan yang digelar kubu oposisi padanya pada 2028 mendatang? Apakah penahan Imamoglu merupakan resep jitu dalam membungkam suara oposisi atau malah sebaliknya?

Ini menarik untuk dicermati, mengingat jatuhnya rezim Assad di Suriah, bisa membuka front baru antara Israel dan Turki di wilayah tersebut, yang jika nggak di manage dengan baik, bisa merambat ke kawasan Timur Tengah. Bukankah Ikhwanul Muslimin bercita-cita untuk bisa menguasai Tanah Suci di Palestina?

Satu-satunya cara agar impian sang Sultan nggak kebablasan, adalah dengan menjatuhkan dirinya lewat ‘revolusi kotak suara’ yang akan berlangsung pada 2028 mendatang.

Akankah?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)

 


error: Content is protected !!