Riak di Yordania


509

Riak di Yordania

Oleh: Ndaru Anugerah

Terjadi penangkapan beberapa orang terkemuka di Yordania, termasuk mantan Putra Mahkota Hamzah yang kemudian dikenai status tahanan rumah. (https://www.bbc.com/news/world-middle-east-56626370)

Kenapa mereka ditangkap oleh aparat keamanan Yordania?

Karena mereka dicurigai telah bersekongkol untuk mengguncang pemerintahan yang sah dengan badan intelijen asing. Jadi operasi ‘penanggulangan’ harus dilakukan pemerintah, agar skalanya tidak meluas. (https://sputniknews.com/middleeast/202104041082537873-Jordans-FM-Prince-Hamzah-Was-in-Contact-With-Foreign-Agencies-to-Undermine-National-Security/)

Benar saja. Nggak lama setelah itu, masalah langsung tuntas.

Hamzah telah mengucapkan janji setia kepada Raja Abdullah II, alias nggak akan punya niatan untuk menggoyang kepemimpinannnya saat ini. (https://www.bbc.com/news/world-middle-east-56644578)

“Saya hanya mengutuk praktik korupsi yang ada dalam kerajaan sehingga membuat menurunnya standar hidup warga Yordania,” ungkap Hamzah. (https://www.dailymail.co.uk/news/article-9433741/Ex-Crown-Prince-Jordan-house-arrest-accuses-officials-corruption.html)

Apakah benar tuduhan yang dilontarkan pemerintah Yordania?

Pangeran Hamzah adalah putra mendiang Raja Hussein dari istri terakhirnya Ratu Noor. Dia terkenal sebagai sosok penentang monarki Hashemite dibawah kepemimpinan Raja Abdullah II, yang juga menjadi saudara tirinya. (https://www.middleeasteye.net/news/jordan-prince-hamzah-video-bbc-no-one-able-speak)

Karena merasa tersingkir, Hamzah kemudian menggalang kubu oposisi di Yordania yang nggak puas dengan krisis ekonomi dan kemerosotan moral yang terjadi di negara tersebut, terutama saat pandemi melanda.

Wajar saja jika Hamzah punya pikiran tersebut. Toh saat Raja Abdullah II lengser nanti, anaknya-lah yang akan menggantikan posisi raja dan bukan dirinya.

Sadar bahwa ada gelagat nggak ‘benar’, pemerintahan Amman melarang aktivitas peliputan berita terutama yang mengekspos tentang skandal yang menyasar istana. Siapa lagi sasaran tembaknya selain Pangeran Hamzah? (https://edition.cnn.com/2021/04/06/middleeast/jordan-prince-social-media-ban-intl/index.html)

Sayangnya, Hamzah tetap ‘berkicau’ dimana-mana. Dan ini nggak bisa didiamkan.

Makanya penangkapan dilakukan dan dengan sedikit ‘paksaan’, Pangeran Hamzah akhirnya berikrar setia kepada pemerintah yang sah.

Apakah tuduhan keterlibatan asing, benar demikian adanya?

Dari beberapa pejabat senior yang ditahan ada 1 nama yang jadi perhatian pemerintah yang terkoneksi dengan pemerintahan Saudi. Dialah Bassem Awadallah. (https://www.middleeasteye.net/news/jordan-alleged-coup-who-saudi-arabia-prince-hamzah-awadallah)

Awadallah sendiri memang bekerja sebagai konsultan bagi MBS. Bahkan beberapa outlet media menyebutkan Awadallah sebagai tokoh kunci dibalik privatisasi Aramco yang ada di Saudi. (https://www.middleeasteye.net/news/saudi-sell-more-shares-oil-giant-aramco-says-crown-prince)

Dengan kata lain, pemerintah Yordania mau tuding bahwa Saudi ada dibalik upaya menggoyang pemerintahan Raja Abdullah II saat ini.

Bukan itu saja.

Pemerintah juga menuding adanya upaya pemerintahan Israel dalam mendukung upaya yang dilakukan Pangeran Hamzah. Ini setelah ada tawaran yang diberikan oleh seorang pengusaha kepada Pangeran Hamzah untuk bisa ‘terbang’ ke LN jika kondisinya nggak kondusif.

Masalahnya, pengusaha tersebut adalah eks Mossad. Siapa juga yang kenal Mossad? (https://sputniknews.com/middleeast/202104041082540246-businessman-who-offered-to-fly-prince-hamzah-out-of-jordan-revealed-to-be-ex-mossad-agent—reports/)

Namun semua temuan itu nggak otomatis memberikan pembenaran bagi Raja Abdullah II atas tuduhannya tersebut. Karena sejauh ini, baik Saudi maupun Israel nggak punya masalah ‘serius’ dengan Yordania.

Lagian, kalo antar mereka berkonflik, itupun masih bisa diselesaikan secara damai. Ngapain juga mendukung upaya kudeta? Targetnya apa? Kan nggak jelas.

Dengan konteks tersebut, menjadi nggak relevan kalo misalnya Raja Abdullah II menuding akan ada upaya menggoyang kepemimpinannya dari kubu oposisi yang didukung oleh intelijen asing. Itu lebay. (https://www.bbc.com/news/world-middle-east-56654108)

Tuduhan yang nggak mendasar.

Sebaliknya, masalah itu cukup simpel, dipicu oleh kecemburuan Pangeran Hamzah pada saudara tirinya yang kini tengah berkuasa. Coba anda bayangkan diri anda sebagai Pangeran Hamzah yang tadinya punya kans untuk berkuasa, eh ternyata hanya ilusi diakhir cerita.

Siapa juga yang nggak kesel?

Ada baiknya, Pangeran Abdullah II jangan takut soal urusan goyang mengoyang di negaranya, mengingat ada hal yang lebih penting yang bisa picu rakyat Yordania gundah.

Apa itu?

Masalah ekonomi nasional yang kian hari kian memburuk sejak pandemi ‘bertandang’ di negara tersebut. Bukankah ketidakpuasan nasional sangat bisa dipicu dari kondisi ekonomi? (https://www.mei.edu/publications/jordans-rising-economic-challenges-time-covid-19)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!