Proyek Nyamuk Gates (*Bagian 1)
Oleh: Ndaru Anugerah
Bukan Bill Gates namanya kalo nggak hobby buat sensasi. Belum selesai satu polemik, kembali dia menggelontorkan sensasi yang lain. Kali ini sasarannya adalah wilayah Florida Keys.
Apa yang terjadi disana?
Pada akhir April 2021 yang lalu, Dewan Pengendalian Nyamuk yang ada di Florida Keys bekerjasama dengan perusahaan bioteknologi Oxitec, dengan tujuan utama melepaskan 750 juta nyamuk Aedes Aegypti (AA) yang telah diedit secara genetik dengan menggunakan teknologi CRISPR. (https://fla-keys.com/news/article/10845/)
Tentang apa itu teknologi CRISPR, anda bisa membacanya pada analisa saya terdahulu. (baca disini)
Memang ada berapa banyak nyamuk Aedes Aegypti di wilayah Keys?
Nggak banyak-banyak amat sih, hanya sekitar 4% populasi nyamuk yang ada disana, (https://www.the-scientist.com/news-opinion/first-us-field-test-of-gm-mosquitoes-begins-in-florida-68735#:~:text=The%20Florida%20Keys%20Mosquito%20Control,to%20available%20pesticides%2C%20Nature%20reports.)
Karena sedikitnya jumlah populasi nyamuk yang ada disana, makanya masyarakat Florida dan juga kelompok lingkungan protes keras terhadap rencana pelepasan nyamuk hasil rekayasa genetik tersebut dan meminta referendum guna diadakan pemungutan suara.
“Ngapain juga 750 juta nyamuk disebar di wilayah Keys? Apa urgensinya?” demikian kurleb-nya.
Namun ibarat anjing menggonggong, khafilah berlalu, Dewan Pengendalian Nyamuk menampik proposal referendum tersebut. “Pelepasan nyamuk AA bertujuan untuk mengatasi nyamuk tersebut yang kerap menyebabkan wabah DB, Zika dan penyakit lainnya,” kilahnya. (https://miami.cbslocal.com/2021/04/30/florida-keys-to-release-modified-mosquitos-to-fight-illness/)
Sekilas kalo dinalar, proyek tersebut bertujuan mulia, karena hendak mengatasi nyamuk penyebab penyakit mematikan di Florida.
Namun ada 2 masalah utama. Pertama, warga Florida nggak pernah didengar suaranya. Dan kedua, nggak ada jaminan bahwa nyamuk hasil rekayasa genetik tersebut bakal mendatangkan manfaat yang signifikan. “Iya kalo nyamuknya nggak bermutasi. Kalo bermutasi?”
Dengan kata lain, teknik pengendalian nyamuk secara tradisional telah membuahkan hasil yang baik sejauh ini, ketimbang pengendalian nyamuk dengan memakai rekayasa genetika yang belum terbukti keberhasilannya.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah siapa sosok dibalik perusahaan bioteknologi Oxitec.
CEO Oxitec saat ini adalah Grey Frandsen. Beliau punya catatan hitam dalam mengambil kebijakan LN AS yang ada di wilayah Balkan. Saat bekerja sebagai penasihat AL dan juga anggota International Crisis Group yang didanai George Soros, Frandsen punya andil dalam penghancuran Yugoslavia pada 1990an. (https://www.crisisgroup.org/who-we-are/history)
Anehnya lagi, Frandsen yang nggak punya pengalaman di bidang bioteknologi, malah didaulat sebagai CEO pada Oxitec, sejak tahun 2017. (https://www.oxitec.com/en/grey-frandsen)
Memang Oxitec yang berlokasi di Inggris tersebut, siapa yang punya?
Pemiliknya adalah Randal Kirk yang juga memiliki perusahaan AquaBounty yang bergerak dibidang editing gen ikan salmon. Lewat perusahaan Third Security, Kirk mengakuisisi Oxitec. (https://2001-2009.state.gov/r/pa/pl/ngo/58754.htm)
Apakah proyek rekayasa nyamuk AA baru pertama kai digelar Oxitec di Florida?
Nggak juga. Mereka juga pernah menggelar proyek serupa di Bahia, Brazil.
Secara teknis, nyamuk hasil rekayasa gen tersebut, kemudian dikawinkan dengan nyamuk lokal yang selama ini menyebabkan penyakit Zika, DB dan penyakit lainnya. (https://www.dw.com/en/genetically-modified-mosquitoes-breed-in-brazil/a-50414340)
Jadi, nyamuk hasil rekayasan gen tersebut akan mengawini nyamuk lokal, sehingga diharapkan nyamuk yang dikawini tersebut kelak menghasilkan nyamuk yang steril alias mandul.
Populasi nyamuk yang awalnya berhasil ditekan, kembali ke status awal setelah beberapa bulan. Dengan kata lain, upaya rekayasa genetik untuk memerangi nyamuk, nggak berhasil. (https://www.nature.com/articles/s41598-019-49660-6)
“Setelah 18 bulan, populasi nyamuk pulih ke tingkat sebelum pelepasan,” ungkapnya.
Masalah nggak hanya berhenti sampai disitu.
Jurnal tersebut menyatakan bahwa beberapa nyamuk memiliki ‘kekuatan hibrida’, dimana hasil persilangan tersebut malah menciptakan nyamuk baru yang lebih tahan terhadap insektisida alias nyamuk super.
Kebayang dong, nyamuk alami saja sudah buat pusing, gimana dengan nyamuk super yang disemprot obat nyamuk paling wahid sekalipun, nggak menghasilkan efek apa-apa?
Penelitian tersebut juga menyimpulkan ketidakjelasan bagaimana upaya yang telah dilakukan Oxitec akan mampu mengurangi laju penularan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk hasil rekayasa genetik tersebut.
Bahasa sederhananya, dampak dari mutasi genetik tidak dapat diprediksi sama sekali.
Hasil ini paralel dengan penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan China, Jerman dan AS yang dilakukan pada Juni 2020 silam, bahwa serangga steril dapat kembali subur dan justru dapat menghasilkan species baru yang resisten terhadap lingkungan.
Jadi mutasi genetik dari nyamuk/lalat yang telah diedit gen-nya tersebut, merupakan hasil sampingan (collateral damage) yang tidak dapat dihindarkan untuk menghasilkan species baru yang sangat resisten untuk dibasmi. (https://gmwatch.org/en/news/latest-news/19676-genetic-breakdown-of-molecular-mechanism-underpinning-gm-sterile-insect-techniques)
Dengan temuan ini, kenapa Oxitec berkeras melakukan pelepasan sekitar 750 juta species nyamuk DB di Florida Keys?
Pada bagian kedua nanti saya akan membahasnya.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments