Perang Cuaca? (*Bagian 2)
Oleh: Ndaru Anugerah
Pada bagian pertama tulisan kita sudah bahas adanya upaya pembentukkan opini publik yang dilakukan oleh media mainstream, guna meyakinkan adanya skenario kekeringan dibalik gelombang panas yang terjadi saat ini. (baca disini)
Jadi kalo sekelas CNN mengulas soal teknik penyemaian awan yang dilakukan China, Republik Wakanda-pun sudah sering melakukan itu. Ngapain yang CNN membahas hal yang sifatnya unfaedah?
Lalu ada grand scenario apa dibalik pemberitaan media mainstream tersebut?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ijinkan saya mengulas sedikit tentang teknik modifikasi cuaca, secara khusus bagaimana awan bisa disemai untuk menciptakan hujan buatan.
Sejak 1946 silam, AS telah menggunakan teknik penyemaian awan, untuk mengatasi kekeringan. Ini adalah satu dari sekian banyak teknologi modifikasi cuaca yang kemudian dikembangkan bukan lagi untuk tujuan damai, tapi justru untuk tujuan perang. (https://climateviewer.com/2014/03/25/history-cloud-seeding-pluviculture-hurricane-hacking/)
Adalah matematikawan kondang asal AS, John von Neumann, yang mempelopori penggunaan teknik modifikasi cuaca untuk tujuan perang, dengan sokongan penuh dari Dephan AS. (https://web.archive.org/web/20160629213737/https://www.aip.org/history/climate/RainMake.htm)
Kemudian sederet ilmuwan mulai dari Wilhelm Reich, Walter Russel hingga Bernard Vonnegut, mencoba menyempurnakan teknik modifikasi cuaca tersebut antara rentang waktu 1950-1960an. (https://web.archive.org/web/20160530103524/http://www.atmos.albany.edu:80/deas/bvonn/bvonnegut.html)
Setelah hasilnya dirasa cukup memuaskan, hasil karya para ilmuwan tersebut kemudian mulai dipakai dikalangan militer AS, sebagai bagian persenjataan dalam perang cuaca.
Anda mungkin pernah dengar tentang operasi rahasia yang dijalankan Angkatan Udara AS, bersandi Popeye.
Secara singkat, Operasi Sober Popeye merupakan program pembuatan hujan yang sangat rahasia, yang ditujukan kepada para pasukan Vietkong saat Perang Vietnam berlangsung. (https://www.popsci.com/operation-popeye-government-weather-vietnam-war/)
Dengan mendatangkan hujan dengan curahan yang tinggi, diharapkan pasokan pangan dan juga amunisi bagi tentara Vietkong bisa diperlambat dengan jalanan yang licin dan juga longsor, sehingga mereka bisa kena mental.
Diharapkan pasukan AS bisa menguasai medan peperangan, karena pasukan lawan mulai nggak punya amunisi untuk perang selain kehabisan pangan.
Menariknya, saking rahasianya operasi tersebut, sampai-sampai Menhan AS kala itu, Melvin Laird, nggak tahu sama sekali tentang hal itu. Bisa anda bayangkan, seorang menhan tapi nggak tahu operasi lapangan.
Artinya proyek ini sangat-sangat rahasia, alias nggak sembarang orang tahu. Bahkan ring 1 Gedung Putih-pun tidak.
Lalu siapa yang bertanggungjawab atas proyek super rahasia itu?
Nggak lain dan nggak bukan, Henry Kissinger, yang saat itu berstatus sebagai penasihat presiden Nixon untuk bidang keamanan nasional. Dan Kissinger sangat membatasi informasi tentang keberadaan operasi tersebut hanya kepada kalangan terbatas. (https://climateviewer.com/2018/05/24/henry-kissinger-the-cia-and-weather-warfare/)
Belakangan, proyek rahasia itu terbongkar ke publik dan memancing amarah komunitas internasional. (https://www.nytimes.com/1972/07/03/archives/rainmaking-is-used-as-weapon-by-us-cloudseeding-in-indochina-is.html?sq=rainmaking+vietnam&scp=4&st=p)
Akibatnya, PBB menjatuhkan sanksi di tahun 1977 berupa konvensi yang mengatur pelarangan penggunaan teknologi modifikasi lingkungan (enmod), utamanya sebagai senjata perang. (http://www.un-documents.net/enmod.htm)
Sialnya, ini nggak bertahan lama, karena 3 tahun kemudian AS meratifikasi konvensi internasional tersebut. Dengan kata lain, nggak pernah ada pelarangan bagi AS untuk menggunakan enmod (termasuk modifikasi cuaca) sebagai senjata perang. (https://2009-2017.state.gov/t/isn/4783.htm)
Jadi kalo ada yang mengatakan bahwa enmod alias environmental modification hanyalah cerita dongeng, anda percaya pada pernyataan tersebut? Yang bokir aja.
Rupa-rupanya, modifikasi cuaca selain bisa digunakan sebagai senjata perang, juga bisa mendatangkan cuan bagi kalangan tertentu.
Maksudnya?
Perusahaan asuransi, misalnya, bisa-bisa saja mengalami kerugian milyaran dollar, jika ada badai tornado atau banjir bandang yang menimpa suatu wilayah berpenduduk padat. Memangnya siapa yang menanggung biaya rekonstruksi kalo bukan perusahaan asuransi?
Karenanya, pengetahuan akan cuaca, sangat berperan pada sektor bisnis. Sudah lazim jika banyak perusahaan yang bergerak pada sektor keuangan melakukan aksi ‘judi’ atas cuaca yang diyakini fluktuatif tersebut.
Nyatanya, cuaca nggak fluktuatif sebagaimana selama ini orang meyakini-nya, karena nyatanya cuaca bisa dimodifikasi alias bisa diatur sesuai pesanan. Dan sudah pasti yang pegang kendali atas ‘bisnis’ ini adalah kartel sang Ndoro besar.
Pernah dengar perusahaan energi bernama Enron, yang berhasil meraup untung besar dari bisnis yang disandarkan pada permainan cuaca? Siapa yang ada di belakangnya kalo bukan kartel Ndoro besar? (https://www.activistpost.com/2012/08/a-history-of-weather-derivatives.html)
Secara singkat dapat dikatakan bahwa modifikasi cuaca bukanlah isapan jempol, karena memang itu nyata adanya.
Pun, saya pernah membahas tentang hal tersebut pada tahun lalu. (baca disini)
Jadi, jika sekelas media mainstream dengan sengaja membahas soal kekeringan yang terjadi secara global dan ‘kebetulan’ terjadi secara bersamaan di banyak negara, artinya ada skenario besar yang mau digarap.
Sekali lagi, grand scenario apa itu?
Kita lanjut dibagian terakhir nanti.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments