Organisasi Paralel sang Ndoro Besar (*Bagian 1)


540

Organisasi Paralel sang Ndoro Besar (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Organisasi apa yang dihadirkan sebagai penantang NATO?

Jawabannya sudah pasti BRICS.

Pertanyaan selanjutnya: apakah BRICS otomatis hadir sebagai penantang hegemoni kartel sang Ndoro besar?

Untuk tahu jawaban atas pertanyaan ini, kita harus gali lebih dalam tentang organisasi alternatif yang bernama BRICS.

Secara harafiah, BRICS adalah organisasi kerjasama multilateral yang anggotanya Brazil, Russia, India, China dan South Afrika (Afsel). Organisasi ini pertama kali menunjukkan eksistensinya saat mereka menggelar KTT perdana di Rusia pada 2009. (https://www.dw.com/en/first-bric-summit-concludes/a-4335954)

Afsel sendiri baru bergabung pada keanggotaan BRICS di tahun 2010, alias pada KTT kedua.

Darimana asalnya pengelompokkan BRICS?

Adalah Jim O’Neill selaku ekonom senior di Goldman Sachs yang mempromosikan istilah BRICS. Dalam buku yang dia tulis di tahun 2001, O’Neill memproyeksikan Brazil, Rusia, India dan China sebagai empat negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia. (https://www.goldmansachs.com/insights/archive/archive-pdfs/build-better-brics.pdf)

Siapa sosok Jim O’Neill?

Dia adalah bagian dari kartel Ndoro besar. Perlu anda ketahui bahwa O’Neill pernah menjabat sebagai ‘petinggi’ di Chatham House Council. Kalo anda paham geopolitik, anda pasti paham apa itu Chatham House Council. (https://www.chathamhouse.org/2021/06/new-chair-chatham-house-council-appointed)

Yang saya mau sampaikan adalah pembentukkan BRICS, bukanlah hal yang kebetulan atau hal yang tiba-tiba jatuh dari langit, karena memang sudah ‘dirancang’ kurleb 1 dekade sebelumnya oleh kartel Ndoro besar. Bahkan dengan gamblang O’Neill menyatakan bahwa organisasi sekelas G7 harus linier untuk mengikuti kebijakan yang BRIC akan ambil.

Jadi, apakah BRICS adalah organisasi alternatif yang kelak akan menentang hegemoni kartel sang Ndoro besar?

Silakan anda jawab sendiri.

Sekarang mari kita kupas lebih dalam tentang keberadaan BRICS.

Jika anda berpatokan pada media mainstream, narasi yang dikembangkan adalah bahwa BRICS telah mempunyai bank alternatif bersama sebagai pesaing Lembaga Bretton Woods sekelas IMF dan World Bank, yang belakangan dikenal sebagai New Development Bank (NDB). (https://internationalbanker.com/banking/can-brics-new-development-bank-compete-world-bank-imf/)

Pertanyaan kritisnya: apakah benar NDB merupakan lembaga perbankan alternatif sebagai pesaing lembaga Bretton Woods?

Yang media mainstream tidak ungkapkan adalah bahwa Wakil Presiden NDB, Paulo Nogueira Batista, juga merupakan anggota Dewan Eksekutif IMF. (https://web.archive.org/web/20150703014444/https://www.investmentwatchblog.com/globalist-agenda-watch-2015-update-51-guess-whos-running-the-new-brics-bank/)

Jadi jika kedua lembaga NDB dan IMF menjanjikan platform kerjasama dan aksi bersama, itu sangat masuk akal. Bukankah orang NDB juga merupakan orang IMF/World Bank? Lantas dimana letak pertentangannya?

Belum lagi jika kita gali agak dalam. Anda pasti kenal dengan sosok Kundapur Vaman Kamath yang didaulat sebagai kepala NDB. Apakah hanya kebetulan bahwa sosok yang sama juga pernah bekerja sebagai staf pada Asian Development Bank (ADB). (https://unacademy.com/content/bank-exam/study-material/general-awareness/kundapur-vaman-kamath/)

Saya kasih anda tips. Selalu tanamkan dalam hati anda bahwa dalam kaji geopolitik, nggak ada yang namanya coincidence. Kalopun ada, itu-pun sebenarnya sudah direncanakan sebelumnya. Percayalah!

Lanjut mang…

Sekarang kita lihat apa yang dibicarakan pada KTT BRICS?

Saya coba kasih contoh yang sederhana, agar anda langsung paham.

Merujuk pada agenda BRICS, mereka mengadakan Summit yang kesembilan, yang diadakan pada Xiamen, yang berada di China, di tahun 2017 silam. (https://time.com/4923837/brics-summit-xiamen-mixed-fortunes/)

Lantas apa yang dihasilkan pada KTT tersebut?

Nggak lain adalah komitmen bersama guna mewujudkan tata kelola ekonomi global yang baru yang berkeadilan. Pada tataran teknis mereka akan mendorong terbentuknya Global Development Initiative dan juga Global Security Initiative.

Dan kedua rencana tersebut sengaja dibentuk dalam rangka mewujudkan agenda PBB pada 2030 mendatang, yaitu Sustainable Development Goals (SDG). (https://global.chinadaily.com.cn/a/202206/23/WS62b46103a310fd2b29e682bd.html)

Saking niatnya mewujudkan agenda SDG 2030, BRICS bahkan mengirim para ilmuwannya untuk bertemu secara virtual pada April silam, untuk membahas turunan agenda PBB tersebut, utamanya menyangkut Big Data dalam mengatur keamanan pangan dan energi. (https://global.chinadaily.com.cn/a/202206/23/WS62b46103a310fd2b29e682bd.html)

Sekali lagi pertanyaannya: mengapa agenda BRICS paralel dengan agenda PBB?

Karena keduanya memiliki dalang yang sama, sang Ndoro besar.

Pada bagian kedua nanti, kita akan kupas lebih dalam tentang organisasi abrakadabra ini.

Yang nggak berkenan, saya nggak pernah memaksa anda untuk membacanya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!