Memahami Konflik China-India (*Bagian 1)


533

Memahami Konflik China – India (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Bentrokan non-senjata antaraa militer China dan India diperbatasan tanpa tanda terpanjang di dunia, tepatnya di Lembah Galwan di daerah Ladakh Timur, menyebabkan setidaknya 20 tentara termasuk seorang kolonel India tewas. (https://sputniknews.com/india/202006171079637526-not-a-shot-fired-how-the-skirmish-that-killed-20-indian-soldiers-unfolded/)

Ketegangan di wilayah perbatasan itu sebenarnya telah meningkat sejak awal Mei lalu, dimana pers India mengatakan pasukan China telah mendirikan tenda, menggali parit dan mengangkut alat-alat berat beberapa kilometer ke wilayah yang dianggap India sebagai wilayahnya.

Langkah China ini sebenarnya reaksi setelah India membangun jalan ratusan kilometer menuju akses ke pangkalan udara di dataran tinggi. “Ngapain juga bangun akses jalan? Apa mau perang?” demikian kurleb pemikiran China. (https://www.bbc.com/news/world-asia-52852509)

Akhirnya bentrok tak terelakkan pada 5 Mei 2020 silam dan mengakibatkan lebih dari 100 orang terluka di kedua belah pihak.

Sampai sini spekulasi banyak berkembang hingga ada yang punya analisa ekstrim bakalan terjadi perang nuklir diantara kedua negara berpenduduk banyak di dunia tersebut.

Ada apa sih sebenarnya?

Kalo bahas geopolitik, mainnya harus rada jauhan dikit biar punya referensi lengkap. Jadi kita bisa bahas secara komprehensif bukan sepotong-sepotong alias berbekal informasi demi informasi yang kemudian disambung pakai lem Aibon. Nggak gitu juga prosesnya.

Pertama yang perlu kita ketahui, sebab apa konflik terjadi? Kalo alasannya hanya untuk memperebutkan daerah perbatasan yang gak ada sumber daya alamnya, rasanya nggak masuk akal. Ngapain juga ribut demi ‘uang recehan’.

Lantas apa?

Pernah dengar CPEC alias Koridor Ekonomi China-Pakistan?

Itu adalah jalur penghubung yang dibangun sebagai penghubung China dan Pakistan. Proyek ini bernilai USD 46 milyar dan melalui Kashmir yang dikelola oleh Pakistan. (https://www.wsj.com/articles/china-to-unveil-billions-of-dollars-in-pakistan-investment-1429214705&usg=ALkJrhhfYT0LBOVzTwF5yvVDWO9Mvl8P2w)

Langkah China ini, jelas buat India berang. Tahu sendiri gimana sebelnya India sama Pakistan, karena dituding sarang teroris yang kerap buat India nggak bisa tidur nyenyak karena serangan bersenjatanya. Lha kok ini sama China malah dibuat jalur ekonomi segala?

Bagi China, proyek CPEC harus dibuat apapun risikonya, sebagai rangkaian jalur darat Mega Proyek Belt & Road Initiative milik mereka. Dan proyek tersebut (yang dimulai pada 2015 silam) diproyeksikan bakal kelar pada tahun 2020 ini. (https://www.merics.org/en/bri-tracker/the-bri-in-pakistan)

Sejak itu, India menganggap China sebagai ancaman yang harus dilenyapkan, karena dipandang menyepelekan kedaulatan India. Cuma masalahnya, mau tarung head to head, India nggak punya cukup nyali.

Ditengah kegalauan inilah, Amrik masuk gelanggang dan berniat menjadi BFF-nya India.

Singkat cerita, AS berencana membentuk LSA alias Logistics Support Agreement dengan India pada 2019 silam. Bukan itu saja, AS berjanji akan membantu India untuk membangun kapal induk pertama yang dibuat oleh negeri Bollywood tersebut. (https://www.thehindu.com/news/national/three-military-logistics-support-agreements-on-the-anvil/article28734687.ece)

Biar dianggap serius, maka Trump melakukan kunjungan ke negara tersebut pada Februari 2020 silam. (https://www.bbc.com/news/world-asia-india-51582996)

Sebagai gantinya, India juga bersedia ambil bagian dalam latihan perang multilateral provokatif yang dipimpin AS pada bulan Juni ini, yang bertempat di Laut Filipina yang berdekatan dengan LCS. Kita tahu bersama bahwa kawasan tersebut (Laut China Selatan) merupakan hot spot antara AS dan sekutunya melawan China.

Dengan kata lain, AS sengaja menjadikan angkatan laut India sebagai penahan China di wilayah Lautan India. Terlebih lagi agar proyek BRI China bisa dihadang, syukur-syukur dihentikan selamanya. Setidaknya begitulah skenario awalnya.

Kalo bicara jujur, niat India untuk berkonflik dengan China juga bukan barang baru.

Tahu konferensi Dharamsala yang berlangsung di Mei 2016 silam? Dharamsala sendiri merupakan sebuah lokasi di India dan berbatasan dengan China. Cuma sepelemparan lembing jaraknya.

Pada konferensi Dharamsala tersebut, India mengundang kelompok-kelompok separatis anti-China (yang juga proxy AS) untuk bertemu. Sponsornya siapa lagi kalo nggak AS. (https://www.thequint.com/voices/opinion/conference-of-anti-beijing-chinese-action-groups-at-dharamsala)

Dari sekian banyak tokoh yang diundang, ada nama Dolkun Isa. Dialah tokoh politik yang paling berperan bagi kelompok teroris Uighur untuk terus merongrong kedaulatan pemerintah China.

Menanggapi ini China protes keras, namun nggak digubris.

Sebagai balasannya India malah menuding balik Tiongkok, “Lha wong proposal kami untuk menempatkan seorang Masood Azhar yang bermarkas di Pakistan dalam daftar teroris PBB aja dijegal sama China. Jadi sama-sama donk?” (https://theduran.com/is-india-now-a-us-ally/)

Jadi benih permusuhan itu sudah ada, ditambah lagi ada peran AS sebagai katalisatornya.

Lalu bagaimana konflik bisa terjadi di Ladakh Timur dan kemungkinan skenario kedepannya?

Saya akan bahas pada bagian kedua nanti.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!