Manusia Bukanlah Tuhan


515

Manusia Bukanlah Tuhan

Oleh: Ndaru Anugerah – 21032024

Raja Nimrod dan Menara Babel. Siapa yang nggak pernah dengar kisah ini?

Nimrod adalah anak Kush dan Semiramis. Nimrod pula merupakan cucu dari nabi Nuh. Nimrod adalah salah satu raja yang pernah memerintah Mesopotamia kuno (kini bagian dari Irak), dan dikenal sebagai seorang pemburu yang perkasa.

Pada masanya, Nimrod merupakan raja yang cerdas, namun sayangnya kecerdasannya tersebut dia gunakan untuk membangun tembok kesombongan dalam dirinya, dan berujung pada pengingkaran dirinya kepada Tuhan.

Bahkan Nimrod yang dikenal sebagai Dewa Matahari tersebut, mengaku bahwa dirinya-lah Tuhan yang sebenarnya.

Alkisah setelah kedua orang tua Nimrod berhubungan badan untuk tujuan prokreasi, sehari setelahnya Kush (sang ayah) meninggal dunia. Karenanya, Nimrod terlahir sebagai anak yatim alias anak tanpa sosok ayah di sisinya.

Ajaibnya, sang ibu (Semiramis) tidak lagi menikah selepas kepergiaan suaminya, Kush. Inilah yang mungkin menyebabkan Nimrod punya pikiran bahwa dirinya sebagai anak yang suci layaknya sang ibu yang menjaga kesucian hidupnya dengan memilih hidup menjanda.

Padahal Semiramis terkenal elok parasnya nan bijaksana. Ngapain juga repot-repot hidup seorang diri, sementara banyak pria lain yang sudi mempersunting dirinya?

Seiring berjalannya waktu, Nimrod tumbuh dewasa dan menjadi seorang pemuda yang tampan. Wajar jika dirinya dilirik oleh wanita muda seusianya, karena paras rupanya.

Ini yang menimbulkan rasa cemburu dalam diri Semiramis (yang kelak dikenal sebagai Ratu Asyur) sehingga memutuskan untuk menikahi anaknya sendiri. (https://famguardian.org/Publications/TheTwoBabylons/THE_TWO_BABYLONS.pdf)

Setelah menjadi raja, Nimrod diberikan talenta yang cukup banyak, mulai dari disainer, ahli matematika hingga ahli pada ilmu perbintangan.

Konon, Nimrod adalah sosok menemukan sistem sexagesimal yang membagi lingkaran menjadi 360 derajat, durasi 1 hari yang dibagi ke dalam 24 jam ataupun siklus 1 jam yang dibagi menjadi 60 menit.

Namun dari sekian banyak karya gemilang Nimrod adalah Menara Babel, yang didaulat sebagai bangunan pencakar langit pertama di dunia.

Apa motivasi seorang Nimrod membangun Menara Babel yang menjulang tinggi ke langit?

Setidaknya ada 3.

Pertama untuk menunjukkan kepada rakyatnya bahwa dirinya layak dianggap sebagai Tuhan yang patut disembah karena dipandang hebat. Kedua, Nimrod hendak menyatukan semua orang dari banyak wilayah, dalam satu payung kerajaannya. Dan yang terakhir, Nimrod hendak ‘membunuh’ Tuhan dengan membangun menara skyscrapper.

Tentu saja semua alasan tersebut mengerucut dengan tujuan Nimrod yang sebenarnya, yakni untuk menjadikan dirinya Berhala yang layak disembah. Dengan demikian, Nimrod secara eksplisit menyatakan dirinya sebagai Tuhan yang layak disembah oleh rakyatnya.

Dibawah kepemimpinannya, rakyat Babilonia tidak dianjurkan melakukan kebaikan seperti untuk Tuhan, karena dirinya-lah Tuhan yang sebenarnya.

Sebagai gantinya, rakyat Babilonia diajarkan hal kedagingan dengan mengikuti hawa nafsunya seperti berpesta, mabuk-mabukan hingga seks bebas. Wajar jika kemudian Nimrod diberikan sebagai Dewa Bacchus (Anggur) karena memang ia mabuk akan keduniaan.

Kondisi ini yang kemudian menyebabkan Tuhan mengirim seorang nabinya, sebagai bentuk teguran pada sang raja.

Dan itu bermula lewat mimpi.

Pada suatu malam, Nimrod bermimpi melihat bintang yang terbit dari Barat. Semakin tinggi bintang tersebut naik, semakin terang ia bersinar dan menerangi seluruh alam semesta.

Atas mimpi janggal yang dialaminya, Nimrod menanyakan hal ini kepada penasihat-nya.

Singkat cerita, sang penasihat menafsirkan makna mimpinya. “Akan lahir seorang anak yang dilahirkan di daerah Faddam A’ram yang kelak menjadi penghancur berhala. Anak ini juga kelak akan membuktikan kebohongan Raja Nimrod yang berujung pada ambruknya kekuasaan sang raja,” begitu kurleb-nya.

Mendengar tafsir yang dikemukakan penasihatnya, bukannya introspeksi, Nimrod malah menyuruh bala tentaranya untuk pergi ke daerah Faddam A’ram untuk membunuh semua wanita yang tengah mengandung. “Barang siapa melahirkan anak, dia akan dibunuh bersama anak yang dilahirkannya,” begitu perintahnya.

Walaupun segala upaya dikerahkan, nyatanya anak yang membawa malapetaka bagi Nimrod tetap bisa dilahirkan. Kelak sang bayi dikenal sebagai Bapak Orang Beriman, Ibrahim.

Menjadi wajar ketika Ibrahim yang mengusung ajaran keilahian, begitu dibenci oleh seorang Nimrod.

Kenapa?

Ajaran tersebut akan mengkudeta sosok Nimrod yang selama ini bertingkah sebagai Tuhan. Rakyatnya juga akan otomatis meninggalkannya, jika mereka tahu sosok Nimrod bukanlah Tuhan yang sejati, melainkan hanya manusia biasa.

Jika kemudian Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh Nimrod, itu nggak lain dilakukan untuk mempertahankan kekuasaannya. Walaupun belakangan, niatan ini nggak membuahkan hasil.

“Aku akan membangun menara yang tinggi untuk membunuh Tuhan-mu,” sesumbar Nimrod kepada Ibrahim.

Sial bagi Nimrod karena menara tinggi yang hendak dibangunnya sebagai simbol kesombongan, tidaklah terwujud, karena Tuhan ‘menghentikannya’. Terlebih lagi Tuhan mendatangkan azab pada dirinya dengan kematian yang tragis, seperti yang selama ini ditakutkannya bakal terjadi.

Sayangnya, kisah Nimrod tidak berhenti sampai disitu. Ajaran yang coba menjadikan manusia sebagai Tuhan, akan tetap ada selama dunia ada.

Sang Ndoro besar, salah satunya.

Kita mungkin bukan penganut ajaran Ratu Adil yang mengharapkan datangnya Penyelamat bagi hidup kita. Tapi setidaknya, sejarah akan selalu berulang pada kisah yang sama, dan dunia akan selalu mencari titik seimbang-nya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!