Langkah Zig-Zag Sang Gabener
Menjelang pilpres 2019, makin intensif langkah srudak-sruduk digelar. Tujuannya apa? Dongkrak popularitas.
Pertanyaan selanjutnya, kenapa popularitas perlu didongkrak? Karena minim prestasi tapi syahwat berkuasa besar.
Baru-baru ini, gabener Jakarta mendapat undangan untuk bertandang ke Turki. Adalah Wali kota Istambul – Mevlut Uysa – yang mengundangnya. Agendanya adalah memberikan kuliah di salah satu kampus ternama di Turki.
Sampai sini sih fain-fain ajah…
Trus, apa yang kurang tepat?
Pertama, undangan diberikan kepada sang gabener dalam rangka memberikan kuliah umum di sana. Pertinyiinnyi: apakah sang gabener sudah memenuhi kriteria yang pas sebagai gubernur yang bagus track record’nya?
Masalah Tenabang ajah, gak rampung-rampung tuh, malah tambah kusut…
Masalah sampah? Masalah pelayanan warga DKI? Masalah KJP?
Hampir semua, raport merah yang didapat.
Nah terus, prestasinya apa? Masak nutup Alexis dijadiin materi kuliah umum??
Saking tidak adanya prestasi, maka dalam kuliahnya sang gabener akhirnya memberikan kuliah dengan tema Smart City.
Lha, itu kan programnya Ahok. Ngapain juga di presentasiin? Apa gak malu ama yang ada di Mako Brimob? Kok sang gabener ngeklaim yang bukan programnya??
Kedua, soal kondisi Turki. lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investors Service, memberikan peringkat down-grading kepada Turki. Inti laporannya adalah, Turki adalah negara dengan resiko terlilit hutang tinggi,
Parahnya lagi, media Eropa sekelas Der Spiegel bahkan menyatakan dengan tegas kalo investor udah nggak mau berinvestasi lagi ke Turki, karena alasan inflasi dan mata uangnya (lira) udah mulai kehilangan nilainya. Erdogan dan kebijakannya-lah yang diduga memperparah situasi ekonomi di Turki.
Nah terus, ngapain ngasih kuliah umum di negara yang udah nggak kredibel ekonominya?
Usut-punya usut, eh ternyata ada udang di balik bakwan. Lawatan ke Turki bukan bertujuan ngasih kuliah doang, tapi pengen ketemu presiden Erdogan. Apa pentingnya ketemu Erdogan?
Begini bong, perlu ente tau, yahh…kalo Erdogan adalah sosok presiden idola kaum Ikhwanul Muslimin. Ya, betul, kaum IM itu adalah PKS di Indonesia.
Dengan kata lain, sang gabener mau narik simpati PKS untuk mendukungnya menjadi Capres atau Cawapres di 2019. Wajar sang gabener galau, karena sampai saat ini belum ada yang sowan padanya untuk menanyakan: “Ente bersedia jadi capres/cawapres, gak, Wanabud?”
Maka langkah zig-zag pun kudu digelar, guna menarik simpati dan ujung-ujungnya dapat dukungan.
Nah masalahnya adalah, apa PKS rela orang sekelas wanabud yang bukan kadernya jadi capres/cawapres di 2019? Menurut analisa saya, ibarat onta masuk ke lubang jarum, mengingat PKS sendiri sampe nyodorin cawapres sampe 9 nama. Artinya, PKS pun udah kebelet boker… Bisa-bisa wanabud entar yang disuruh nyebokin…
Apakah langkah wanabud sang gabener akan surut, ataukah langkah zig-zagnya makin dahsyat?? Kita lihat aja ke depannya.
Yang jelas, untuk menarik simpati rakyat nggak perlu langkah kontra produktif model gitu dilakukan. Kejauhan bray… Cukup tunjukkan prestasi lewat kerja nyata, dan insha Allah orang pasti akan mendukungnya.
Lha ini, prestasi nol, mo nyapres? Ente waras, wanabud??
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments