Krisis Energi di China?
Oleh: Ndaru Anugerah
Rantai pasokan yang mandek mulai menunjukkan gelagatnya. Dan ini sudah terlihat di China.
Maksudnya?
Pasokan batubara yang kurang saat ini di China, menyebabkan anjloknya angka produksi. Jika hal ini nggak segera ditanggulangi, maka China akan mampu memicu mandeknya rantai pasokan global dari barang-barang high-tech hingga produk pakaian dan mainan anak. (https://www.rt.com/business/536149-green-tech-needs-coal/)
Sebagai contoh, Apple dan Tesla. Kedua produk tersebut terpaksa menangguhkan produksinya di China karena adanya pembatasan listrik yang diterapkan oleh otoritas pemda setempat.
Menurut laporan, ada sekitar 20 dari 31 provinsi di China yang telah menerapkan penjatahan listrik sejak minggu lalu. Dan bisa ditebak, operasional sektor industri dan manufaktur-pun jadi kena imbasnya. (https://www.scmp.com/economy/china-economy/article/3150315/china-electricity-shortage-industrial-production-grinds-halt)
Bagaimana ini bisa terjadi?
Sudah rahasia umum kalo China adalah konsumen batu bara terbesar di dunia. Jumlah batubara yang banyak tersebut digunakan China sebagai sumber energi utama guna menghasilkan listrik. (https://www.iea.org/reports/coal-2020/trade#:~:text=China%20was%20the%20largest%20importer%20of%20thermal%20coal%20in%202019,11%25%20of%20thermal%20coal%20imports.)
Jadi jangan anda pikir mentang-mentang Tesla merupakan ‘green car’, lantas untuk membuat dan menggerakannya pasti memerlukan energi terbarukan. Itu sama saja anda onani!
Nah, sejak Januari silam, harga batubara di negara tersebut melonjak tajam akibat meningkatnya permintaan, namun stok-nya yang terbatas di pasaran. Dari harga 670 yuan per ton, menjadi 1.377 yuan. (https://ca.finance.yahoo.com/news/china-seeks-calm-power-supply-032200851.html)
Luar biasa!
Karena harganya yang nggak ramah di kantong, maka perusahaan pembangkit listrik di China terpaksa memangkas produksi listrik akibat kurangnya pasokan bahan bakar batubara. (https://www.scmp.com/economy/china-economy/article/3150634/chinas-power-crisis-beijing-vows-increase-coal-imports-and)
Memangnya China nggak punya tambang batubara?
Ada sih. Cuma nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang sangat ‘haus’ batubara. Jadi kalo dipaksa overproduksi-pun, tetap nggak akan mungkin tercukupi.
Dulunya, China bisa mengandalkan Australia sebagai pemasok batubara bagi negeri Tirai Bambu tersebut. Namun sejak 2020 silam, China nggak lagi mengimpor batubara dari negeri Kanguru tersebut karena adanya perselisihan politik. (https://www.reuters.com/article/us-australia-trade-china-commodities-tim-idUSKBN28L0D8)
Sebagai gantinya, China terpaksa mengimpor batubara dari Asia Selatan, Eropa, Rusia dan AS.
Dan kini, akibat pembatasan sana-sini yang diberlakukan terkait plandemi selain divestasi energi terbarukan, pasokan batubara yang sedikit menjadikannya sebagai komoditas Primadona secara global. Harga-pun terkerek naik mengikuti hukum pasar. (https://asia.nikkei.com/Spotlight/Market-Spotlight/China-and-India-send-coal-prices-soaring-amid-green-energy-push)
China jelas pusing tujuh keliling menanggapi situasi ini.
Bisa ditebak jika situasi ini tidak tertangani, maka pasokan global yang saya prediksi akan mandek, bakal menemukan jawabannya dipicu kelangkaan energi. (baca disini)
Akankah terbukti lagi prediksi yang saya buat?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments