Kontroversi Plandemi
Oleh: Ndaru Anugerah – 09082024
Kalo anda ditanya siapa yang berjasa dalam menemukan Kopit, sehingga dunia bisa langsung tanggap dalam mengantisipasi-nya?
Jawabannya: ahli virus asal Tiongkok, bernama Dr. Zhang Yongzhen. Dialah yang digadang-gadang telah mengisolasi virus Kopit dan mengurutkan genomnya dalam waktu singkat. (https://time.com/5882918/zhang-yongzhen-interview-china-coronavirus-genome/)
Bayangkan jika Dr. Yongzhen nggak mengurutkan mengisolasi dan mengurutkan genom Kopit, mungkinkah Kopit ditemukan? Akankah dunia menyatakan status plandemi global atas virus yang menakutkan jika Dr. Yongzhen tidak melakukan aksi heroik-nya?
Berdasarkan kronologi-nya, pada pertengahan Desember 2019, 4 orang dirawat di rumah sakit Wuhan dengan dugaan menderita pneumonia. Dan diakhir bulan, jumlah pasien pneumonia bertambah menjadi 27 orang.
Karena peningkatan ini, seorang dokter merasa curiga dan menyatakan bahwa pneumonia yang saat itu terjadi dikategorikan sebagai pneumonia ‘misterius’ karena nggak lazim.
Selanjutnya pihak rumkit langsung mengirim satu sampel dari satu pasien ke Dr. Yongzhen yang bertugas di Pusat Klinis Kesehatan Masyarakat Shanghai, untuk dianalisis.
Cuma satu lho yah.
Ajaibnya, setelah menguji sampel tunggal tersebut, Dr. Yongzhen langsung menemukan virus Kopit jenis baru. “Inilah virus yang telah menyebabkan misteri kematian para pasien di Wuhan,” begitu kurleb.
Cerita selanjutnya, kita bisa ketahui bersama.
Masalahnya, mengapa tetiba alias ujug-ujug pihak rumkit di Wuhan menyatakan bahwa ada misteri yang perlu penjelasan pada pasien pneumonia? (https://www.forbes.com/sites/brucelee/2020/01/03/a-mystery-pneumonia-has-afflicted-44-people-in-wuhan-china/?sh=6e1fa66c4c6c)
Apakah pasien pneumonia itu berbeda dengan pasien pneumonia lainnya di dunia yang terjadi setiap tahunnya? Kalo memang berbeda, bedanya dimana?
Bahkan CDC mengklaim bahwa pneumonia tersebut sebagai atipikal yang tidak merespons terhadap pengobatan standar. (https://www.cdc.gov/museum/timeline/covid19.html)
Bukankah pengobatan pneumonia adalah dengan menggunakan antibiotik atau cukup istirahat di rumah yang beberapa minggu kemudian bisa sembuh dengan sendirinya?
Dan bukankah penderita Kopit juga bisa sembuh dengan sendirinya meskipun tidak mendapatkan perlakukan yang sama?
Ini nggak pernah bisa dijelaskan.
Bahkan dalam siaran pers-nya diawal Januari 2020, WHO menyatakan bahwa para penderita Kopit memiliki gejala umum penyakit pernapasan pada umumnya, termasuk gejala pneumonia. (https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2020-DON229)
Jadi, Kopit nggak lain adalah penyakit pernapasan umum yang punya gelaja layaknya penyakit pernapasan lainnya. Salah satunya pneumonia. Nggak ada yang spesial apalagi misterius.
Itu lebay namanya.
Sama anehnya dengan kerja cepat yang dilakukan oleh Dr, Yongzhen yang bisa langsung menyatakan bahwa Kopit adalah penyakit jenis baru yang ‘berbahaya’ bagi manusia.
Bagaimana mungkin hanya dalam waktu kurang dari 3 minggu, sang dokter bisa menguji urutan genom, mengurutkan, menemukan dan langsung menamai-nya si Kopit? (https://virological.org/t/novel-2019-coronavirus-genome/319)
Saya jadi ingat omongan orang di pasar saat plandemi Kopit masih berlangsung. “Kopit itu nggak lain adalah penyakit flu. Bedanya, jika dulu orang batuk-batuk, hidung meler hingga badannya rada meriang, itu dinamakan flu, kini namanya berubah menjadi Kopit.”
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)