Bagaimana upaya AS mempertahankan hegemoninya? Doktrin Monroe adalah jawabannya. Awalnya Doktrin yang dikeluarkan atas inisiasi James Monroe pada 2 Desember 1823 adalah alat politik yang ditujukan untuk menjaga halaman belakang AS (Benua Amerika khususnya Amerika Latin) dari serbuan negara-negara Eropa yang hendak menjajahnya kembali.
Dalam konteks geopolitik, halaman belakang (backyard) harus bisa dijaga terhadap upaya infiltrasi ideologi lain, khususnya sosialisme yang tumbuh subur di daerah yang sarat kantong-kantong kemiskinan. Sosialisme akan mudah menjangkiti daerah-daerah miskin yang menjadi korban ‘pembangunan’ rejim kapitalisme.
Sadar bahwa Amerika Latin adalah ladang yang sangat subur oleh ideologi sosialisme, pemerintah AS sengaja menaruh sosok pemimpin di tiap negara-negara jazirah selatan Amerika dengan rejim boneka bentukkan mereka. Tak peduli rejim boneka itu otoriter atau super korup, akan tetap dapat sokongan AS demi ambisi memerangi ideologi sosialisme.
Jangan heran kalo para rejim boneka AS yang berkuasa atas negara-negara Amerika Latin, kerap bertindak mirip-mirip rejim orde baru. Segala macam suara sumbang akan diberangus demi stabilitas nasional. Hutang luar negeri makin membesar, tapi rakyat tidak kunjung sejahtera, karena uangnya sudah dirampok oleh rejim kleptokrasi.
Inilah latar belakang yang menjadi inspirasi para penentang hegemoni AS atas bumi Amerika Latin. Salah satunya Ernesto Che Guevara.
Lahir di Rosario, Argentina pada tahun 1928, Ernesto Guevara De La Serna adalah warga Argentina keturunan Basque dan Irlandia. Mungkin darah inilah yang menjadikan dirinya sebagai sosok pemberontak penentang hegemoni AS.
Saat berkuliah di jurusan kedokteran pada Universitas Buenos Aires, Guevara muda kerap melakukan perjalanan keliling Amerika Selatan, antara lain: Chile, Peru, Kolombia dan Venezuella. Dari sekian banyak perjalanan yang ditempuh dengan motor Norton 500 bersama temannya Alberto Granado, salah satunya sangat membekas pada dirinya.
Sepanjang perjalanan, dia banyak melihat kemiskinan yang merajalela. Di tiap negara, sama motifnya. Pemimpinnya didukung oleh AS, pasti terjadi dimana jurang antara si kaya dan si miskin, besar menganga. Entah apa sebabnya?
Baru pada perjalanan tahun 1952, lewat perjumpaan dengan Dr. Hugo Pesce di Lima, Peru, kemudian membuka wacananya atas sumber kemiskinan yang terjadi di hamper seantero Amerika selatan. Hal ini jauh berbeda dengan nasib Presiden Jacobo Arbenz Guzman dari Guatemala, yang bukan merupakan rejim boneka AS.
Karena kerap mbalelo terhadap dikte yang dilakukan AS, akibatnya upaya kudeta bersenjata terus menerus menerpa Arbenz hingga akhirnya dipaksa lengser dari kursi singgahsananya, dan digantikan oleh Carlos Castillo Armas yang adalah boneka AS. Selanjutnya, kediktaroran kembali terjadi di Guatemala. Dan rakyat kecil kembali menjadi korbannya.
Inilah yang akhirnya mematangkan semangatnya untuk berjuang melawan penindasan yang dilegitimasi oleh hegemoni AS atas bumi Amerika Latin. Tak pelak, tawaran Fidel Castro untuk menggulingkan rejim diktator Fulgencio Batista di Kuba, yang pro terhadap pemerintah AS, akhirnya diambilnya.
Perlawanan demi perlawanan, akhirnya membuahkan hasil. Dengan membangun basis perlawanan di Sierra Maestra dan pegunungan Escambray, rejim Batista akhirnya berhasil ditumbangkan pada Januari 1959.
Segera setelah mengambil alih kekuasaan, Guevara yang belakangan kerap dipanggil Che (alias Bro) dijadikan sebagai Menteri Perindustrian dan Presiden Bank Nasional Kuba. Reformasi agraria mulai dilakukannya dengan menyita tanah milik kaum feodal selain mengambil alih modal asing di seantero Kuba.
Jasa Che jugalah yang menjalankan reformasi pendidikan, sehingga seluruh rakyat Kuba menjadi melek huruf saat ini.
Namun, posisi mapan tidak membuat seorang Che dapat duduk diam. Tahun 1965 Che akhirnya mengundurkan diri dari jabatan menteri dan kembali angkat senjata serta hengkang ke bumi Kongo demi upaya menggulingkan rejim Mobutu Sese Seko yang disokong abis oleh pemerintah AS.
Upaya tersebut akhirnya mengalami kegagalan karena kurangnya komunikasi yang dijalin dengan tentara pemberontak pimpinan Laurent Kabila selain kurang sokongan warga Kongo. Che dipaksa pulang kandang pada tahun November di tahun yang sama.
Tak puas atas kegagalan yang dialaminya di Kongo, Che dan para laskarnya kembali bergabung dengan gerilyawan di Bolivia demi menghancurkan rejim René Barrientos Ortuno yang diketahui menjadi boneka AS. Namun apa lacur. Upayanya untuk mengibarkan api revolusi ke seluruh dunia terpaksa berhenti di Bolivia.
Pada 8 Oktober 1967, dalam keadaan kekurangan makan, Che yang sudah lama menjadi target operasi AS, akhirnya berhasil ditangkap dan dieksekusi mati. Che menghembuskan napas diusianya yang terbilang belia, 39 tahun.
Che Guevara adalah figur penentang hegemoni AS. Namanya kerap diabadikan sebagai sosok inspiratif penentang kemapanan. Walaupun telah tiada, namun spirit perjuangannya untuk menentang ketidakadilan dan kemiskinan akan terus ada. Tidak saja di Amerika Latin, namun ada dimana-mana.
Baginya: Hasta la victoria siempre. Maju terus menuju kemenangan. Kemenangan rakyat sejati.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)
0 Comments