Ketika Ratu Adil Jualan Viagra


523

Oleh: Ndaru Anugerah

Saat negara tengah memasuki fase kegamangan karena diterpa banyak masalah, tiba-tiba muncullah Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah.

Ibarat jamur dimusim hujan, kerajaan kaleng-kaleng lainnya mulai bermunculan. Sebutlah Sunda Empire, di Jawa Barat, yang kemudian disusul oleh hadirnya Negara Rakyat Nusantara yang dimpimpin oleh caleg gagal asal Gerindra.

“Kami telah membubarkan NKRI,” tukas Yudi Samhudi sang deklarator dengan pede-nya.

Sejenak kita tertawa menanggapi fenomena ala stand-up comedy ini. Bahkan seorang Jokowi menanggapi santai masalah ini, “Anggap saja ini sebagai (bahan) guyonan.”

Pertanyaannya: apa iya ini hanya sekedar guyonan? Apa iya kejadian ini cuma kebetulan semata?

Mari kita telusuri faktanya.

Kasus Sunda Empire sebenarnya bukan barang baru di Indonesia. Tahun 2018 kasus ini pernah merebak di Jabar. Dan Kodam III/Siliwangi bahkan telah membubarkannya di tahun yang sama. Lantas, kenapa sekarang tibatiba muncul kembali?

Fakta kedua, Toto Santoso Hadiningrat yang merupakan raja Keraton Agung Sejagat, awalnya adalah anggota Sunda Empire yang kemudian eksodus. Konon setelah mendapatkan transferan dana 1,4 milyar ke rekening pribadinya (entah dari siapa), tiba-tiba dia mendirikan KAS tersebut.

Dari satu empire ke empire yang lain, apa bisa dikatakan kebetulan? Apa bisa kejadian lawas yang sudah tutup buku bisa tiba-tiba bangkit kembali tanpa ada yang mengorkestrasi? Aliasnya ada yang bermain dalam munculnya kerajaan-kerajaan tadi. Siapa kira-kira bohir-nya?

“Itu semua nggak lain adalah test case belaka. Untuk menguji kebenaran hipotesa sang pendana,” demikian bisik-bisik tetangga.

Maksudnya bagaimana? Saya kasih sedikit ilustrasi.

Tahun 2024 memang masih lama. Tapi persiapan ke arah sana sudah harus dirancang sebaik-baiknya. Pasalnya yang namanya pilpres, itu investasi trilyunan dan bukan recehan. Kalo nggak yakin calon yang bakal diusung bisa menang, harus ada rencana cadangan setidaknya. Agar tetap bisa menang.

Dengan menangnya calon yang bakal diusung, terbayang berapa proyek-proyek strategis yang bisa diraup, kelak. Bukan hanya bisa balik modal, tapi menang banyak bray..

Nah, kubu pendana kebetulan punya calon yang kini bertengger di republik Wakanda. Entah akan ditandemkan dengan siapa, itu masalah teknis karena hanya soal bagi-bagi kapling saja. Masalah muncul, saat sang petahana kini mulai buat langkah blunder di Wakanda sana.

Adalah anggaran Aibon, adalah anggaran bongkar pasang jalan. Tapi itu semua bisa dilewati.

Dan yang kemudian membuatnya mati gaya adalah rencana revitalisasi Monas yang bukan kewenangan yang dimilikinya, malah main tebas sana-sini. Akibatnya, proyek dihentikan tanpa bisa berdalih. Dan tuntutan hukum kini tengah membayanginya.

Belum lagi rencana Jokowi yang telah sukses mengacak-acak KPK dari kepemimpinan NB yang konon selama ini merupakan sosok pelindung wan Aibon, maka skenario ke depan makin ngeri-ngeri sedap saja. “KPK bukan orkit lagi,” begitulah bunyinya.

Kalo anda pemodal, tahu bahwa calon kuat anda bakal terdegrasi di tengah jalan karena sudah ada tanda-tandanya, mungkinkah anda berdiam diri saja? Kan nggak mungkin.

Aliasnya harus ada sosok alternatif yang dimunculkan. Dan paling gampang adalah menghidupkan kembali konsep empire-empire tadi. Ini perlu ditempuh sekaligus untuk menguji hipotesa sang pemodal.

Benarkah negara gagal melindungi kepentingan rakyatnya? Apa betul sosok kepemimpinan nasional saat ini merupakan pribadi yang lemah di mata rakyatnya?

Jangan heran, apa yang dipertontonkan oleh kerajaan jadi-jadian tadi semuanya mengusung konsep kerajaan yang serba digdaya, dengan klaim telah menguasai dunia. Ada sederet nama dari mulai PBB, CIA, NATO hingga UFO yang kemudian diseret-seret demi legitimasi. Padahal kita tahu bersama, apa kaitan antara Sunda Empire dengan UFO?

Dan untuk meyakinkan lagi, seragam yang mereka gunakan kalo nggak ala kerajaan, ya pasti ala militer lengkap dengan semua atributnya. Seakan mereka mau bicara, “Kami punya kekuatan yang bisa diperhitungkan.”

Kalo hipotesa sang pemodal benar adanya, maka fenomena awal ini bisa diajukan sebagai proyek berkelanjutan, nantinya.

“Melihat negara dan sosok pemimpin yang impoten, maka harus ada figur yang bisa menjawab masalah kepemimpinan nasional tersebut. Dia-lah sang juru selamat lengkap dengan obat viagra yang diusungnya” begitu kira-kira skenarionya.

Soal yang beginian, jangan dianggap sepele apalagi jadi bahan guyonan. Karena menangnya Trump di Amrik sana, juga dengan kasus serupa. Apa yang dijual waktu kampanye selain ketakutan atas masa depan AS yang kelak bakalan nggak punya pemimpin yang mikirin rakyatnya, terutama kaum kulit putihnya.

Kasus Adolf Hitler, juga punya riwayat yang sama dimana sosok pemimpin masa depan-lah yang dijualnya kepada rakyat Jerman kala itu. Orang boleh tertawa dan menganggapnya gila, tapi toh sang Fuhrer yang akhirnya didaulat dalam membawa bangsa Aria menyongsong masa depan sebagai bangsa ‘terpilih’.

Kan sama idenya dengan kerajaan jadi-jadian yang ada disini. Kelak akan muncul sosok alternatif, saat sang calon unggulan batal dinaikkan. Percayalah…

Dan siapa yang punya uang demikian banyak bersedia sebagai donaturnya?

“Kelompok yang sama yang memberikan sokongan dana ke Habibul yang kini memegang record umroh terlama di dunia. Kelompok ini erat hubungannya dengan genk Petamburan dan pernah buat rusuh di KPU tempo hari,” demikian ungkap seorang narsum di intelijen.

Masalahnya adalah dengan turunnya Jokowi di 2024 nanti, bukan berarti sang tukang kayu nggak memikirkan langkah strategis minimal untuk mencari sosok pengganti dirinya.

“Apa iya pembangunan yang sudah susah payah dibesutnya selama 2 periode, harus rela dihancurkan oleh para komprador AS yang ada di Indonesia?”

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!