Kembali Ke Cerita Usang


516

Kembali Ke Cerita Usang

Oleh: Ndaru Anugerah – 02062025

Apa yang dilakukan anak kecil jika ditakut-takuti orang tuanya dengan cerita hantu?

Ya sudah pasti takut. Karena pada intinya, anak kecil nggak bisa menalar. Jadi semua yang dikatakan orang tuanya, sudah pasti dianggap sebagai kebenaran yang nggak bisa ditawar-tawar lagi. Termasuk cerita hantu.

Mirip dengan kondisi saat plandemi Kopit melanda seluruh dunia di awal 2020 silam. Mayoritas hanya bisa tunduk pada narasi yang diciptakan media mainstream.

Bahwa si Kopit mematikan.

Bahwa si Kopit bisa bertransformasi dengan mudahnya ke varian lain.

Bahwa si Kopit hanya bisa dicegah dengan enjusan berjilid-jilid untuk mencegah keparahan dan penyebarannya.

Dan masih banyak mantra lainnya.

Ibarat anak kecil yang mudah dimanipulasi orang tuanya dengan cerita hantu, begitu mudahnya media memanipulasi pikiran banyak orang dengan narasi menakutkan, berjudul plandemi Kopit.

Nggak terasa waktu-pun berlalu.

Tapi media bingung bagaimana caranya bisa menakut-nakuti orang kembali, supaya orang bisa mempercayainya. Harus pakai narasi apa?

Seperti kehabisan ide, narasi-pun kembali ke cerita usang bernama si Kopit.

Dikatakan bahwa ada varian baru dari si Kopit yang bernama NB.1.8.1, tengah bergentayangan di Asia, yang katanya merupakan varian baru Omicron. (https://ca.news.yahoo.com/covid-variant-surging-asia-now-155618320.html?guccounter=1)

Dengan gejala yang ‘katanya’ lebih menakutkan dan berbeda dengan varian-varian sebelumnya. Nggak jelas juga bedanya dimana. (https://www.onlymyhealth.com/symptoms-of-new-covid-variants-nb181-and-lf7-12977831770)

Bukan itu saja.

Dikatakan bahwa varian baru Omicron ini juga telah menyebar ke AS dan Eropa secara masif. (https://www.standard.co.uk/news/world/covid-strain-spreads-to-us-china-asia-surge-b1229650.html)

Padahal, rumus pertumbuhan Kopit adalah sama dengan jumlah pengujian. Makin banyak yang diuji, maka otomatis makin banyak jumlah yang positif. (baca disini)

Dan seperti biasanya, publik (utamanya middle-up class) langsung ketar-ketir dengan berita ini.

Kenapa mereka takut?

Mungkin mereka takut, jika harus mati karena Kopit, hartanya mau dikemanain.

Mungkin juga mereka juga nggak siap kalo mereka harus mati sebelum waktunya.

Entahlah.

Pertanyaannya, setelah sekian lama di-prank sama plandemi Kopit, dan anda tahu anda telah di-prank, tapi anehnya begitu narasi yang sama difabrikasi ulang, kok anda masih saja takut?

Atau anda adalah seorang bocil yang nggak bisa bernalar saat ditakut-takuti?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)

 


error: Content is protected !!