Kaum Pencemooh


508

Kaum Pencemooh

Oleh: Ndaru Anugerah – 14032024

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering bertemu orang yang hobinya memberi komentar negatif pada orang lain. Bahasa bekennya: nyinyir.

Entah diminta atau nggak, terlepas benar atau tidaknya, nyinyiran selalu terlontar dari dirinya.

Anehnya, makin ditanggapi, maka nyinyiran juga otomatis semakin menjadi.

Apa tujuan mereka nyinyir?

Nggak lain untuk mencela apa yang dilakukan orang lain. To be honest, dibalik aksi nyinyir yang kerap mereka lakukan, sebenarnya ada perasaan tidak aman (insecure) pada diri mereka sendiri. Itu sebab mereka melakukan nyinyiran.

Mereka berpikir dengan menjalankan aksi nyinyir yang mereka lakukan, akan membuat diri mereka dianggap lebih baik, lebih tahu, lebih bijak, lebih spiritual, bahkan lebih sempurna dibandingkan orang lain. Mereka butuh pujian dari orang lain.

Padahal, menurut para psikolog, apa yang mereka lakukan justru menjadi simbol over-compensation yang menggambarkan bahwa mereka nggak lebih baik dibandingkan orang lain yang dinyinyirin-nya. Itulah kenyataannya.

Perasaan tidak nyaman, sesungguhnya perasaan yang lumrah dimiliki setiap orang. Namun, dosisnya harus proporsional alias nggak usah lebay.

Saat anda merasa insecure pada keadaan, jangan pernah menjadikan perasaan tak nyaman tersebut sebagai ajang pembenaran untuk merendahkan atau justru menyakiti orang lain. Apalagi jika itu dipakai untuk membuktikan bahwa diri anda lebih baik orang yang anda sasar.

Celaka kalo itu terjadi. Anda nggak akan pernah maju atas sifat yang anda punya.

Apakah nyinyir tidak boleh dilakukan?

Ya boleh-boleh saja. Hanya saja sebelum melancarkan ‘serangan’ pada orang lain, pastikan bahwa perilaku anda sudah benar. Sehingga saat anda melontarkan nyinyiran, itu nggak akan excessive dan bisa jadi bumerang buat diri anda.

Saya jadi ingat kata-kata Kenneth A. Wells, “Seorang pendengar yang baik, mencoba memahami apa yang dikatakan orang lain. Pada akhirnya, mungkin dia sangat tidak setuju. Namun sebelum menyatakan ketidaksetujuannya, dia setidaknya harus terlebih dahulu paham atas apa yang tidak disetujuinya.”

Singkatnya, nyinyir sah-sah saja untuk dilakukan. Namun pastikan bahwa apa yang akan anda lontarkan bersifat konstruktif dan bukan destruktif. Selanjutnya anda tanya balik diri anda: Apakah diri anda lebih baik dari orang yang anda nyinyir-kan?

Jika anda tetap hobi nyinyir tanpa diminta, apalagi nyinyir tanpa kasih solusi atas apa yang anda nyinyirkan, baiknya anda perlu datang ke psikolog.

Kenapa?

Karena kemungkinan kesehatan psikis anda patut dipertanyakan.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!