Itu Bukan Vaksin!
Oleh: Ndaru Anugerah
Mei 2020 silam, saya ditanya sama seorang netizen, “Vaksin jenis apa yang akan dipakai untuk program vaksinasi global nanti?”
Lantas saya jawab, “Vaksin baru berjenis m-RNA.” (baca disini)
Dan ibarat déjà vu, apa yang saya katakan 8 bulan silam kini menjadi kenyataan. Vaksin berjenis m-RNA yang dibesut oleh Pfizer dan Moderna, kini banyak dipakai dimana-mana, dan merupakan salah satu vaksin rujukan WHO.
Sekedar informasi, kalo vaksin biasa saja patut dipertanyakan efikasinya mengingat biasanya mengandung zat karsinogenik dan juga mutogenik. (https://thefreedomarticles.com/toxic-vaccine-adjuvants-the-top-10/)
Nah bagaimana vaksin berjenis m-RNA yang belum pernah ada sebelumnya dan juga belum pernah dipakai pada manusia?
Memang apa saja bahayanya jika kita menggunakan vaksin m-RNA? Saya coba jelaskan apa saja yang perlu dijadikan concern saat kita menggunakan vaksin tersebut.
Mengacu keterangan pada situs Moderna, vaksin berjenis m-RNA merupakan sistem operasi dan perangkat lunak kehidupan. (https://www.modernatx.com/mrna-technology/mrna-platform-enabling-drug-discovery-development)
“Teknologi m-RNA berfungsi sangat mirip dengan sistem operasi di komputer dan dirancang agar dapat dimainkan secara bergantian dengan program yang berbeda. Dalam hal ini, program atau aplikasinya adalah vaksin m-RNA kami yang akan mengkode protein dalam tubuh,” begitu kurleb-nya.
Dengan kata lain, ini bukan vaksin tapi sistem operasi komputer yang akan dimasukkan ke dalam tubuh manusia alih-alih suntik vaksin. Setidaknya Catherine Austin Fitts mengamini hal tersebut, “Ini ibarat Bill Gates menginstal sistem operasi di tubuh kita yang bisa diperbaharui secara rutin.” (https://www.bitchute.com/video/0CmdY0liMlIX/)
Kenapa BG melakukan ini? Biar nggak kena jerat hukum dengan dalih vaksinasi. “Suntik vaksin Kopit, salahnya dimana?”
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Prof. Peter Doshi dan dipublikasi pada British Medical Journal (BMJ). “Vaksin jenis m-RNA gagal menyangkut 2 hal. Pertama menyangkut kegagalan dalam menghentikan gejala Kopit yang sedang atau parah, dan kedua kegagalan dalam menghentikan laju penularan Kopit.” (https://www.bmj.com/content/371/bmj.m4037)
Padahal syarat sebuah vaksin dikatakan berhasil adalah efikasi dan efektivitasnya. Kalo 2 hal tersebut tidak dapat dipenuhi, ngapain juga repot-repot divaksin?
Ini selaras dengan pernyataan Dr. Anthony Fauci selaku kepala NIAID, “Begitu anda divaksin tidak otomatis anda bisa abai terhadap prokes.” (https://nypost.com/2020/11/15/social-distancing-masks-necessary-after-getting-vaccine-fauci/)
Dengan kata lain, jika seseorang divaksin, itu tidak dapat menghentikan mereka menularkan virusnya kepada anda atau orang lainnya. Makanya anda akan terus pakai prokes. Cendol deh…
Kenapa bisa begitu?
Karena pembuatan vaksin tidak merujuk pada virus yang telah diisolasi. Jadi virusnya dibuat berdasarkan urutan genom yang dihasilkan komputer.
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) Inggris setidaknya mengkonfirmasi hal tersebut, “Templat DNA tidak datang langsung dari virus yang diisolasi yang didapat dari orang yang terinfeksi.” (https://hive.blog/worldnews/@francesleader/email-exchange-with-uk-mhra-exposing-the-genomic-sequence-of-sarscov2)
Menjadi lumrah kalo kemudian Kepala Ilmuwan WHO, Dr. Soumya Swaminathan Yadav bilang begini, “Nggak ada bukti tentang vaksin manapun yang dapat dipercaya bahwa vaksin tersebut akan dapat mencegah orang tertular atau menularkan virus.” (https://banned.video/watch%3Fid%3D5febeb84c3c5ce1ce2f7cdfa)
Clear ya soal efikasi dan efektivitas vaksin.
Dan yang paling penting untuk digaris bawahi adalah penggunaan nano partikel lipid PEG sebagai bahan baku pembuat vaksin m-RNA.
Memang apa bahayanya bahan tersebut?
Dr. Frank Shallenberger mengungkapkan, “PEG yang dipakai sebagai pelindung molekul m-RNA dapat memicu alergi dan penyakit autoimun. Jadi PEG dapat memicu reaksi kekebalan tubuh mereka sendiri selain dapat menyebabkan kerusakan pada hati.” (https://davidicke.com/2021/01/12/doctor-demolishes-gates-covid-vaccine-in-devastating-analysis/)
Kalo sudah begini, silakan simpulkan sendiri apa yang akan terjadi jika anda menerima vaksin Kopit pabrikan Big Pharma tersebut.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments