Inspirasi Camara (*Bagian 2)


521

Inspirasi Camara (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, kita sudah bahas tentang sepak terjang seorang pastor bernama Dom Helder Camara yang menginspirasi gerakan teologi pembebasan dan belakangan idenya diterapkan dalam inclusive capitalism. (baca disini)

Apa kontribusi Camara pada sosok Klaus Schwab?

Pada suatu bagian wawancara, Schwab menyatakan bahwa ada 2 orang yang mengubah kehidupannya. Yang pertama adalah Henry Kissinger yang merupakan mentornya ketika berkuliah di Harvard pada akhir 1960an. Dan yang kedua adalah Uskup Merah, Dom Helder Camara. (https://youtu.be/u3HVnyQwQg4)

Kalo kita cermati kedua tokoh tersebut, mereka berdua berada dalam kubu yang berlawanan. Bagaimana bisa?

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Kissinger merupakan Menlu AS semasa Presiden Richard Nixon. Kissinger-lah yang memberangus pemerintah berhaluan kiri di Chile, Argentina dan negara Amerika Latin lainnya. (baca disini)

Di satu sisi, Kissinger mendukung kediktatoran militer yang bertindak represif dan brutal pada rakyatnya. Contoh yang paling gamblang adalah Jenderal Augusto Pinochet di Chile sebagai pengganti Salvador Allende.

Sementara Camara berada dalam sisi yang berbeda.

Otomatis, jika kita sandingkan sosok Kissinger dan Camara, pasti tercipta paradoks. Bagaimana sosok brutal dan represif ala Kissinger bisa disandingkan dengan sosok pembangkang ala Camara yang kerjanya memobilisasi kaum miskin untuk bergerak melawan negara?

Satu yang pasti, nama Camara memang sangat membekas dalam diri Schwab. Bahkan nama Camara tertulis dalam buku yang dirilis WEF di tahun 2010 silam, dan dianggap sebagai mitra yang membentuk sejarah dunia. (https://www3.weforum.org/docs/WEF_A_Partner_in_Shaping_History.pdf)

“Salah satu contoh momen penting dalam hidup saya adalah saat saya bepergian ke Brazilia dan bertemu dengan seorang pastor-nya orang miskin yang bernama Dom Helder Camara,” papar Schwab dalam bukunya. (https://www3.weforum.org/docs/WEF_First40Years_Book_2010.pdf)

Nggak hanya itu, Schwab juga menuliskan secara detil pada diktat Davos miliknya.

“Pada Simposium Manajemen Eropa 1974, Dom Helder Camara, Uskup Agung Olinda dan Recife, Brazilia, Katolik Roma, tampil menonjol dan memperkuat peran Forum (yang belakangan bernama WEF) sebagai platform yang vital. Camara diundang ke Davos meskipun faktanya dia dianggap persona non grata oleh banyak negara dan para pemimpin bisnis,” kisah Schwab.

Schwab menambahkan, “Camara menjuluki dirinya sebagai juru bicara dari 2/3 umat manusia di dunia yang menderita karena distribusi sumber daya alam yang tidak adil.”

“Camara meramalkan bahwa negara-negara berkembang suatu hari nanti dapat menantang kekuatan ekonomi terkemuka. Dia juga mengkritisi perusahaan multinasional yang ditenggarai sebagai penyebab umat manusia hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, selain menyerukan tanggung jawab sosial dan kesejahteraan bagi semua manusia,” tambahnya.

Lalu adakah kaitan Camara dengan Paus Fransiskus?

Pada kunjugan di tahun 2013 ke Brazilia, Paus Fransiskus menyebut Dom Helder Camara sebagai sosok pembaharu pada gereja di Brazilia. Ini jugalah yang menginspirasi sang Paus untuk merilis Evangelii Gaudium (Kegembiraan Injil) di tahun yang sama setelah kunjungannya.

“Teologi Pembebasan yang diusung Camara dan yang lainnya, tanpa pilihan preferensial bagi orang miskin, maka proses pewartaan injil hanya akan berisiko disalahpahami atau justru akan tenggelam,” begitu kurleb-nya. (https://www.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/papa-francesco_esortazione-ap_20131124_evangelii-gaudium.html)

Bisa dikatakan bahwa Paus Fransiskus terinspirasi oleh ide TP yang dibawa Camara, sehingga kebijakan kepausan nggak lepas dari sosok Camara.

Nggak heran jika di tahun 2015 silam, pihak Kepausan telah mengadakan Kongregasi Penggelaran Kudus dalam rangka beatifikasi bagi Dom Helder Camara. Dengan adanya upaya ini, maka sosok Camara kelak bakal dipandang sebagai orang suci bagi orang-orang Katolik. (https://www.la-croix.com/Religion/Actualite/Avancee-de-la-cause-en-beatification-de-Dom-Helder-Camara-2015-03-30-1296935)

Lalu, adakah kaitan Paus Fransiskus dengan klan Ndoro besar?

Di tahun 2014, Schwab mengundang Paus Fransiskus untuk memberi pidato pada pertemuan Davos. Sejak saat itulah WEF mencantumkan sang Paus sebagai kontributor agenda pada forum bergengsi tersebut. (https://www.weforum.org/agenda/authors/popefrancis)

Bahkan saat plandemi Kopit melanda dunia, WEF menuliskan bahwa Paus Fransiskus menuliskan sebuah ensiklik sebagai Great Reset perekonomian global sebagai dampak hancurnya ekonomi karena Kopit. (https://www.weforum.org/agenda/2020/10/here-s-the-pope-s-prescription-for-resetting-the-global-economy-in-response-to-covid-19/)

Sejak saat itulah, pihak kepausan telah menyelaraskan program sang Ndoro besar, dari mulai agenda-agenda hijau, pemanasan global, proses vaksinasi dalam melawan Kopit hingga ide kesetaraan gender.

Puncaknya adalah saat klan Ndoro besar merapat ke Vatikan untuk meminta ‘restu’ dalam mendorong ide brilian Inclusive Capitalism alias redistribusi kekayaan di penghujung 2020 silam. (https://www.ft.com/content/0e615ffe-ce44-4bd7-8fad-80e1ebc54394)

Sebagai penutup, apa yang bisa disimpulkan?

Semua terkoneksi dengan sosok Camara, entah itu kepausan maupun genk Davos. Dialah yang menginspirasi kedua kiblat besar baik Vatikan maupun klub sang Ndoro besar.

Lalu kenapa sosok Schwab mau mencapur dua konsep yang saling bertentangan (yang diusung Kissinger dan yang diusung Camara)?

Jawabannya: perpaduan ideologi Fransiskus dan Schwab adalah cara paling brilian dalam menarik dukungan massa, utamanya kaum misqueen yang selama ini menjadi korban ‘penghisapan’ oleh kaum berpunya yang membuat mereka terus-terusan misqueen.

Dan inclusive capitalism dengan jelas menyatakan bahwa hal kepemimilikan pribadi adalah ‘dosa’ besar yang tidak bisa dibiarkan ada, di masa depan. (baca disini)

Dengan Revolusi Industri ke-4 dimana pengawasan digital akan diterapkan, siapa juga yang akan menyangkal hasrat untuk memberangus kepemilikan pribadi yang selama ini dianggap sumber kejatuhan sistem kapitalisme?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!