Hanya Perasaan Saja!


513

Hanya Perasaan Saja!

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa bagian dari skenario plandemi yang paling banyak diulas oleh media mainstream?

Dari sekian banyak yang dimunculkan, long covid alias pasca Kopit, adalah salah satunya. Bahkan banyak orang yang telah sembuh dari Kopit, konon dibuat putus asa dengan kondisi long covid tersebut. (https://www.theguardian.com/world/2022/jun/02/long-covid-patients-alternative-medicine-coronavirus-cures)

Berdasarkan definisinya, long covid adalah kondisi yang dialami seseorang (terutama yang dewasa) setelah pulih dari Kopit, namun terus-terusan mengalami gejala mulai dari kelelahan, sesak napas, nyeri otot hingga sulit berkonsentrasi.

Dan proses ini terjadi berulang-ulang tanpa tahu kapan akan berhenti. (https://www.popsci.com/health/seniors-long-covid/?amp)

Setidaknya, begitu yang terus didengung-dengungkan kek kaset kusut. Seolah long covid adalah sesuatu yang benar-benar ada.

Pertanyaannya: apa memang begitu?

Baru-baru ini, National Institutes of Health (NIH) selaku salah satu otoritas kesehatan resmi pemerintah AS merilis hasil penelitian terbaru yang dilakukan Michael C. Sneller dan rekan. Uniknya, penelitian ini justru mengungkapkan hasil yang sebaliknya.

“Kenyataannya adalah bahwa orang yang mengaku mengalami long covid, kemungkinan besar hanya perasaan saja. Hal ini bisa terjadi karena mereka memiliki perasaan cemas yang berlebihan dipicu oleh paranoia terhadap Kopit,” demikian ungkap penelitian tersebut. (https://www.acpjournals.org/doi/10.7326/M21-4905)

Dengan adanya temuan ini, maka nggak ada bukti kuat kalo long covid itu ada. Itu hanya asumsi tanpa didukung fakta yang mumpuni.

Aliasnya, long covid sebenarnya hanyalah gangguan psikologis dan bukan penyakit fisik yang nyata.

Ini didukung oleh temuan yang mengungkapkan bahwa golongan yang paling banyak ‘mengalami’ long covid adalah wanita dengan riwayat gangguan kecemasan. Yang model begini, bukankah sasaran empuk propaganda yang dilancarkan media mainstream?

“Mereka (orang yang mengklaim menderita long covid) gagal mengindentifikasi kelainan obyektif pada tes diagnostik untuk menjelaskan gejala yang sedang mereka alami,” ungkap Dr. Tracy Hoeg dari University of California, Davis. (https://twitter.com/TracyBethHoeg/status/1528908622897377280)

Dan terakhir, penelitian tersebut mengungkapkan, “Studi eksplorasi tidak menemukan bukti infeksi virus persisten, autoimunitas atau aktivasi kekebalan abnormal pada para penderita PASC (long covid).”

Kalo sudah begini, apakah long covid itu ada apa nggak sih?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!