Go to Hell with Your Aid
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bang, pernah nggak Indonesia punya sosok presiden yang berani menentang hegemoni Barat?” tanya seseorang.
Pernah. Namanya Presiden Soekarno.
Bagaimana ceritanya?
Awalnya Indonesia dibawah kepemimpinan Soekarno, bukan anti Barat. Nyatanya Indonesia pernah bergabung dengan lembaga Bretton Woods.
Dan pada Agustus 1956, Indonesia pernah pinjam uang dari IMF sebesar USD 55 juta untuk keperluan pembangunan. (https://nationalgeographic.grid.id/read/131760442/tahukah-kita-bung-karno-pernah-menolak-bantuan-dana-dan-tarik-keanggotaan-indonesia-dari-imf?page=all)
Selain itu, pada Mei 1963 pemerintah Soekarno pernah menerima delegasi IMF untuk menyusun program stabilitas ekonomi dalam bentuk proposal Deklarasi Ekonomi (Dekon). Namun karena dituduh berbau Barat, muncul unjuk rasa untuk menolak proposal tersebut.
Akhirnya Soekarno ambil langkah politik untuk ‘mengkoreksi’ program bersama dengan IMF tersebut pada 7 September 1963, sebagai jalan keluarnya. Dan sejak itu hubungan dengan Barat dan juga lembaga keuangan Ndoro besar mulai ‘memanas’.
Puncaknya saat AS menghendaki agar Indonesia mengakhiri status konfrontasi dengan Malaysia jika ingin pinjaman dari IMF diberikan.
Kenapa Indonesia perlu berhutang?
Karena harga karet alam dunia anjlok sejak awal 1960-an. Dan ini berimbas pada keuangan negara mengingat saat itu karet alam merupakan komoditas utama negara yang bisa dipakai sebagai penunjang anggaran negara. Nah kalo anjlok, sudah pasti negara butuh utangan. (http://documents1.worldbank.org/curated/en/785371468281687948/pdf/SCP3000An0econ0world0rubber0economy.pdf)
Selain itu, AS juga menekan Soekarno agar dapat melakukan penghematan serta upaya denasionalisasi sektor ekonomi yang sebelumnya dimiliki perusahaan asing. Itu syarat yang harus dipenuhi agar hutang dapat dicairkan. (https://www.downtoearth-indonesia.org/old-site/Af5.htm)
Ditambah lagi dengan diterimanya Malaysia sebagai anggota DK PBB di tahun 1964, makin marah-lah Soekarno menanggapi hal tersebut. Selanjutnya Indonesia angkat kaki dari keanggotaan badan dunia tersebut. (https://repository.usd.ac.id/24687/1/Indonesia%20Melawan%20Amerika-min.pdf)
Saat peringatan Hari Kemerdekaan (1965), di depan rakyat Soekarno berteriak lantang, “Go to hell with your aid.”
Dengan kata lain, Soekarno menampik bantuan bersyarat sang Ndoro besar dan menekankan kemandirian bangsa yang tak tergantung pada bantuan bangsa lain.
Sejak itu hubungan Indonesia dan lembaga keuangan sang Ndoro besar berakhir sampai rezim boneka muncul sebagai penggantinya.
Sayangnya, kepemimpinan Soekarno nggak berlangsung lama sejak saat itu. Revolusi warna yang disokong penuh oleh AS berhasil memaksanya mundur dari jabatan, selamanya.
Soekarno bisa saja dilengserkan, namun sejarah mencatat bahwa sebagai negara kita punya harga diri dan kedaulatan yang perlu dikedepankan, dan bukannya mengharapkan utangan melulu.
Sekali lagi, hidup itu pilihan.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments