Dalang & Wayang


508

Dalang dan Wayang

Politik sebenarnya sama halnya seni perwayangan. Ada dalang, ada juga wayangnya. Berlaku juga dengan terorisme. Karena terorisme bila dipandang sebagai entitas tersendiri, akan gagal kita memahami kemana arahnya.

Menarik akan apa yang diucapkan mantan Direktur Badan Keamanan Nasional (NSA) semasa presiden Reagan – Jenderal William Odom, bahwa AS telah lama menggunakan terorisme. Apa tujuannya? Sebagai proxy war alias instrumen teror untuk menaklukkan Timur Tengah yang kaya akan minyak, selain untuk melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut. Itu pada awalnya.

Dengan kata lain, AS menggunakan terorisme sebagai alat pembenarannya dalam bertindak. Contoh yang paling mudah adalah Osama Bin Laden. Menurut mantan Menlu Inggris – Robin Cook – Al-Qaedah dimana Osama berasal, adalah produk badan intelijen barat.

Al-Qaedah yang berarti “database” dalam bahasa Arab, pada awalnya adalah basis data komputer yang berisi dari ribuan ekstrimis Islam, yang dilatih oleh CIA dan didanai oleh Saudi. Apa tujuannya? Untuk melawan hegemoni Rusia di Afghanistan.

Dengan kata lain, Al-Qaedah adalah proxy war AS untuk memukul Rusia yang bercokol di Afghanistan. Pertanyaannya, ada apa di Afghanistan? Itu akan saya ulas pada tulisan yang lain. Jadi, alih-alih menghadapi menghadapi terorisme di sana, maka ada tindakan pembenarannya. “Masa iya ada terorisme, diem-diem baee?” Begitu lah kira-kira.

Terus, bagaimana hubungan AS dan Al-Qaedah? Ibarat benci dan rindu jadi satu. Kalo rindu, akan didanai habis-habisan untuk memukul lawan politik AS. Kalo benci, yah disikat abis. Jadi sesuai dengan tuntutan skenario sang dalang.

Lantas bagaimana dengan ISIS? Yah, sama saja. 11-12.

Seorang peneliti di universitas Harvard – Garikai Chengu – mengatakan bahwa pendudukan AS di Irak pada 2003, menciptakan pra-kondisi kelompok-kelompok radikal Sunni, seperti ISIS untuk mengakar. Kenapa AS mati-matian menumbangkan rejim Saddam Hussein? Itu akan saya ulas lain waktu.

Setelah Saddam tumbang, AS langsung mengganti pemerintahan Irak yang didominasi kelompok Syiah. Ini berakibat pada banyaknya pengangguran pada kelompok Sunni. Bukan itu saja, banyak aset kelompok Sunni yang dirampas oleh rejim yang baru. Akibatnya, timbul ketidak puasan dikelompok Sunni.

Ini sebenarnya mirip-mirip siasat devide et impera. Sunni diadu dengan Syiah.

Berbekal ketidakpuasan kelompok Sunni pada rejim Syiah plus didanai oleh Saudi serta dilatih oleh para agen CIA..jeng-jeng… jadilah kelompok ISIS. Dengan kata lain, ISIS adalah rebranding dari kelompok Al-Qaedah setelah Osama dinyatakan tewas pada operasi rahasia yang dilakukan AS. Cuma ganti baju aja, tapi point-nya yah proxy war juga.

Gak percaya? Gampang… Yuk, cek foto-foto gerilyawan ISIS, baik yang di Irak dan Suriah! Mereka selalu dengan bangganya mengacungkan senapan M-16 Assault. Pertinyiinnyi: emang tuh senjata pabrikan mana, coba?

Semoga dengan tulisan ini, kita menjadi sadar siapa lawan dan siapa kawan?
Dan point yang terpenting adalah, jangan kita mau dicerai berai seperti negara-negara Arab di Timur Tengah sana.

“Memang ada kemungkinan, bang, ada upaya untuk memecah belah bangsa kita?”

“Ada,” jawabku. Dan itu sangat massif. Dimana para proxy war itu juga ada disekeliling kita, dan tengah mengincar momen emas di 2019.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!