COVID-19: Skenario di US (Bagian 2)


528

COVID-19: Skenario di US (Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan saya sudah mengulas tentang peran pemerintahan Trump lewat tangan media mainstream dalam memanipulasi data sekaligus menutup data rapat-rapat, terutama pada pasien COVID-19 di AS yang berasal dari Wuhan ataupun China.

Tujuannya ada 2. Pertama buat panik masyarakat AS. Dan kedua, memuluskan agenda terselubung yang selama ini ditutup rapat oleh pemerintahan Trump.

Paling gampang buktiinya: beranikah AS membuka data tentang pasien COVID-19 yang berasal dari Wuhan/China? Nggak akan berani.

Artinya, benar memang ada agenda terselubung yang ditutup rapat oleh Trump yang pada waktunya nanti akan dijalankan.

Apa itu?

Merujuk pada tulisan saya sebelumnya, bahwa ketakutan dengan narasi ilmiah ini nggak lain adalah langkah awal untuk membuka jalan bagi program vaksinasi bernilai jutaan dollar secara global. Proyek ini secara tertutup telah disepakati di Davos, Swiss pada Januari yang lalu (baca disini)

Dan Tedros, selaku Dirjen WHO saat ini telah mengesahkan rencana tersebut pada pertengahan Februari lalu.

Karenanya nggak aneh kalo proyek ini harus berjalan sesuai rencana.

Kebayang nggak, kalo Big Pharma dan GAVI yang sudah investasi dalam jumlah besar terhadap proyek ini, harus menelan pil pahit jika akhirnya proyek ini kandas ditengah jalan?

Well, the show must go on whatever it takes.

Sampai sini clear ya…

Lanjut…

Lalu bagaimana skenario akan dijalankan?

Pertama-tama harus dibuat suasana panik yang mencekam seantero AS. Semua layanan publik ditutup, sekolah dan kampus diliburkan dipicu oleh status darurat yang dikeluarkan Trump.

Ujung-ujungnya, UU darurat diberlakukan sehingga program vaksinasi massal dapat dijalankan. Yang menolak akan dipenjara atau didenda dengan tameng keadaan darurat tadi.

Menarik apa yang telah diungkapkan oleh Bill Gates baru-baru ini:

“Akhirnya kami akan memiliki sertifikat digital untuk menunjukkan siapa yang telah pulih atau siapa saja yang telah menerima vaksin.” (RedditAsk Me Anything Session, 19/3)

Merujuk pada statement tersebut, ada dua kata kuncinya: sertifikat digital dan vaksin.

Artinya akan ada program sertifikat digital dan juga vaksinasi sekaligus, untuk memastikan bahwa seseorang telah pulih ataupun yang sudah menerima vaksin tersebut nantinya. Pulih dari apa? COVID-19 tentunya.

Bicara tentang sertifikat digital, mungkinkah ini berkaitan erat dengan program ID2020?

Entahlah. Yang jelas, setelah vaksinasi akan ada sertifikat digital yang memungkinkan seseorang untuk dipindai melalui perangkat khusus. Tujuannya untuk mengetahui sudah pernah divaksin atau belum tuh orang oleh COVID-19.

Berupa apa alat pemindainya tersebut?

Saat beberapa negara bagian telah menerapkan status lockdown yang memaksa warga AS untuk tinggal di rumah, ada pengalaman yang cukup menarik di Amrik sana.

Pada 16 Maret 2020, saluran YouTube Logic Before Authority memposting video yang merinci bagaimana distrik sekolah berniat memasang peralatan 5G di sekolah-sekolah secara diam-diam, justru saat situasi sekolah kosong melompong akibat status isolasi atau lockdown.

Menurut sumber tersebut, Departemen Pendidikan AS telah mengirim perusahaan-perusahaan yang ditugaskan seolah-olah mereka sedang melakukan aktivitas disinfeksi di sekolah dari penyebaran COVID-19.

Perusahaan yang ditunjuk antara lain Systems Plus Wisconsin dan North American Mechanical Inc., yang keduanya berkantor pusat di Madison, Wisconsin.

Systems Plus Wisconsin merupakan perusahaan yang bergerak dibidang teknologi digital khususnya sistem biometric sedangkan North American Mechanical adalah perusahaaan yang bergerak dibidang layanan pipa dan mekanik.

Sialnya, saat orang yang mengabadikan video tersebut menanyakan kepada pihak sekolah perihal aktivitas yang dilakukan di sekolah oleh kedua perusahaan tersebut, tiba-tiba telponnya malah ditutup.

Sontak, ini menimbulkan pertanyaan. Kenapa harus dilakukan instalasi jaringan 5G saat sekolah diliburkan? Kenapa juga, orang tua murid tidak diberitahu rencana tersebut?

Setelah ramai di media sosial, ternyata instalasi jaringan 5G dengan sistem biometriknya juga dilakukan di Denmark yang saat ini juga melakukan status lockdown.

Apa fungsi jaringan 5G dengan sistem biometriknya?

Jaringan 5G akan memungkinkan sistem pemindaian dilakukan pada manusia secara digital dengan menggunakan kamera. Dengan kata lain, pencitraan termal dimungkinkan dengan sistem tersebut.

Bagaimana skenario akan dijalankan, sudah mulai terbuka deh.

Yang paling mungkin: instalasi sistem 5G akan memungkinkan thermal scanning terhadap orang yang terkena COVID-19 atau tidak, sekaligus orang yang sudah mendapat ‘sertifikat digital’ berupa vaksinasi atau belum.

Implikasinya?

Pertama, yang belum disuntik vaksin maka bukan nggak mungkin akan ada sanksi seperti: tidak boleh sekolah ataupun tidak boleh bekerja karena ditakutkan akan menularkan COVID-19 ke lingkungannya.

Kedua, iya kalo yang divaksinasi nanti content-nya cuma virus Corona yang telah dilemahkan. Kalo ada yang lain?

Ingat bahwa Bill Gates adalah pendukung utama gerakan kontrol atas over populasi.

Bagaimana kelanjutannya? Kita lihat saja ke depannya.

Yang jelas, Trump telah meminta persetujuan Kongres secara diam-diam untuk memberlakuan UU Darurat (martial law) bila diperlukan.

Pertanyaannya: akankah ada yang bisa menampik program vaksinasi jika pihak militer sudah campur tangan di lapangan?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 


4 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Saya termasuk golongan Conspiracy Theory Freak, dan ini keren banget bang artikelnya. Keluarga inti saya, termasuk orang tua dan mertua sudah saya share ini.

    Keep write! Karena El Commandante Marcos di Chiapas sana pernah bilang: KATA ADALAH SENJATA.

    Salam pergerakan!

error: Content is protected !!