Cobaan Itu Bernama Kesabaran


521

Cobaan Itu Bernama Kesabaran

Pernah suatu kali, teman saya curcol. Katanya: di tengah suasana macet di jalanan, sementara dia dikejar skedul untuk bertemu klien, dia dipaksa menjadi tidak sabar. Jalanan macet, jelas masalah buatnya. Akibatnya, langkah shortcut pun diambilnya. Dia ambil jalan tikus. Ternyata, macetnya melebihi harapan dia.

Alih-alih menghindari masalah, malah dapat masalah lain yang lebih ruwet.

Apa penyebabnya? “Kesabaran,” jawabku.

Di dunia apalagi di era revolusi digital, semua dituntut serba cepat. Walhasil, yang lambat akan ditinggal. Orang sudah tidak lagi bersabar. Semua jadi serba instan.

Walhasil, restaurant cepat saji, laris diserbu customer. Tapi apa yang kemudian terjadi? Penyakit yang diakibatkan oleh junk-food, mulai menyerang manusia yang kerap menyantapnya. Dari mulai kolesterol, hingga kanker. Mati adalah upahnya.

Kalo dipikir, sebenarnya, kita hidup-pun ada prosesnya. Semua membutuhkan kesabaran. Seorang ibu harus bersabar untuk melahirkan anaknya, selama 9 bulan. Seorang anak harus bersabar, demi naik kelas. Seorang karyawan harus sabar, demi kenaikan pangkat atau sekedar naik gaji.

Poinnya jelas. Kesabaran berkaitan dengan waktu. Yah.. waktu untuk menunggu.

Homer dalam karyanya yang monumental bercerita tentang bagaimana tentara Yunani berhasil merebut kota Troya lewat ide kuda besar-nya. Dibuatnya kuda berukuran segede gaban kemudian ditaruh di pintu gerbang kota. Walhasil, warga Troya tertarik dan menghela “si kuda raksasa” masuk ke dalam kota.

Pada malam harinya, sejumlah prajurit yang bersembunyi di dalam “kuda” tersebut, keluar untuk membuka pintu gerbang kota. Jalan masuk dibuka!! Singkat cerita, pasukan Yunani yang ada di luar benteng dapat menyerbu masuk ke dalam kota. Dan kota Troya-pun berhasil diambil alih.

Saya membayangkan bagaimana jadi tentara Yunani yang bersembunyi di dalam kuda Troya tersebut. Panas sudah pasti, dan napas so pasti susah. Kok bisa bertahan?

Sabar, kata kuncinya.

Secara definitif, sabar adalah kemampuan untuk menahan diri dalam menghadapi situasi sulit. Selaras dengan hidup yang membutuhkan proses dan butuh kesabaran dalam menjalaninya.

Apa yang dilakukan presiden Jokowi saat ini adalah pembangunan infrastruktur yang masif. Apa urgensinya?

Dengan infrastruktur yang baik, investor akan berlomba-lomba berinvestasi di Indonesia. Karena semua kemudahan usaha, sudah disediakan negara tempat berinvestasi. Minimalnya, kalo pengen buat hotel di daerah Papua, jalan hotmix sudah tersedia. Gak mungkin juga investor yang harus bangun jalannya. Itu sih bukan investasi, tapi dipalak!!

Memang, secara nalar, proses itu dituntut serba instan. Kita jadi gak adil. Seolah-olah, masalah bangsa ini yang sudah terpuruk puluhan tahun, harus bisa secara instan diselesaikan pemerintah Jokowi dalam waktu sesaat. That’s not fair!!

Kalo kemudian ada mahasiswa dari Universitas Indonesia, ketua BEM pulak, yang kasih “kartu kuning” ke presiden Jokowi perihal dianggap gagal mengatasi gizi buruk di Asmat, saya jadi bertanya-tanya. Itu mahasiswa apa telor cicak?

Ahh, mungkin tuh mahasiswa butuh liburan ke Asmat, kali yah…??

Biar dia gak asbun, kalo ngomong.

Kalo pembangunan di Papua sudah sangat pesatnya.

Kalo pembangunan di Papua bisa membuat harga bahan bakar, terkendali.

Kalo pembangunan di Papua, mungkin belum mencakup daerah terisolir, seperti Asmat.

Kalo pembangunan di Papua, berhasil menekan harga kebutuhan pokok warga disana.

“Keunggulan manusia bukan terletak pada kekuatan fisik maupun kecerdasan semata, melainkan pada penguasaan diri” begitu kata seorang filsuf.

Kesabaran adalah pohon yang pahit tetapi menghasilkan buah yang manis.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!