Capaian Kemajuan China
Oleh: Ndaru Anugerah
Baru-baru ini, pemerintah China mengeluarkan buku putih yang berisi laporan capaian pembangunan khususnya secara internasional, di berbagai bidang yang berhasil dibuat. Laporan tersebut berjudul China’s International Development Cooperation in the New Era. (http://www.xinhuanet.com/english/2021-01/10/c_139655400.htm)
Apa yang dimaksud dengan frase ‘Era Baru’ disini?
Nggak lain adalah masa dimana China menawarkan perspektif global bagi kerjasama pembangunan internasional melalui koridor Belt & Road Initiative yang diusungnya. Dan ini efektif berlaku sejak Xin Jinping ambil alih PKC, tepatnya pada Kongres ke-18 partai di tahun 2012 silam. (https://core.ac.uk/download/pdf/91992093.pdf)
Lantas, apa saja isi laporan tersebut?
Mayoritas tentang capaian keberhasilan yang dicapai China selama 8 tahun terakhir.
Satu yang cukup penting untuk ditekankan bahwa China berupa membentuk interkoneksi dan interdependensi antar negara yang tidak hanya menyasar proyek infrastruktur keras (jalan, rel kereta api dan pelabuhan), tapi juga infrastruktur lunak (pelatihan, kesehatan dan budaya).
Tujuannya satu, agar negara-negara yang ikutan kerjasama, secara khusus negara berkembang, dapat mengalami pertumbuhan yang signifikan. Jadi bukan hanya China yang dijadikan concern.
Nggak aneh jika koordinasi kebijakan, promosi energi bersih, bantuan kemanusiaan, dukungan ekonomi digital, perlindungan lingkungan hidup hingga bantuan pada sektor pertanian dan integrasi kelembagaan, menjadi titik perhatian China dalam membentuk kerjasama.
Kalo bicara soal untung rugi, ngapain China ngurusin hal yang nggak ada ‘untungnya’ secara langsung buat mereka?
Pada tataran teknis, proyek BRI China akan diselaraskan dengan banyak proyek regional dari mulai proyek Jalan Pembangunan Mongolia, Inisiatif Jalan Terang Kazakhstan hingga Rencana Induk Konektivitas ASEAN 2025.
Dengan kerjasama pembangunan internasional tersebut, secara nggak langsung China berkontribusi terhadap Sustainable Development Goal yang dibesut oleh PBB pada 2030 nanti. Dan untuk hal ini, harusnya AS berterima kasih sama China, bukan malah sewot.
Ada lagi laporan tentang peran China dalam membantu mitranya dalam mengurangi ke-misqueen-an secara signifikan, memastikan keamanan pangan, meningkatkan perawatan kesehatan, menyediakan pendidikan berkualitas serta mendukung kesetaraan gender.
Ini semua ada datanya, lho jadi bukan asal ngecap.
Contoh yang sederhana, saat pandemi Kopit China justru beri bantuan kemanusiaan ke banyak negara mitra kerjasamanya yang angkanya fantastik. (https://www.csis.org/analysis/chinas-humanitarian-aid-cooperation-amidst-competition)
Bisa disimpulkan China telah membantu negara-negara mitra BRI-nya untuk meningkatkan tata kelola, mempromosikan kemajuan teknologi, hingga transfer teknologi canggih yang dimilikinya. (https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0040162517304602)
Dan sukses China adalah derita sang Ndoro besar. (baca disini)
Nggak aneh kalo media mainstream Barat yang berafiliasi dengan sang Ndoro selalu mempropagandakan kampanye negarif tentang utangan yang diberikan China. “Jangan ngutang ke China, nanti anda akan terkena jebakan utang,” begitu kurleb-nya.
Padahal, yang namanya jebakan utang itu hanya propaganda yang sengaja dibuat sang Ndoro untuk mendiskreditkan China.
Mau tahu jebakan utang yang sesungguhnya?
Yaitu utangan yang diberikan oleh lembaga-lembaga Bretton Woods milik sang Ndoro besar, seperti IMF dan World Bank.
Saat suatu negara diberi utangan oleh IMF atau World Bank, otomatis selamanya negara itu berada dalam jerat hutang (debt trap) yang mereka ciptakan. (https://www.cadtm.org/The-debt-trap)
Gak usah jauh-jauh. Coba lihat Wakanda, hutangnya pada sang Ndoro kian hari makin ‘menggunung’, bukan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments